Psikometri
merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi yang membahas mengenai konsep pengukuran. Psikometri
atau Psychometric didefinisikan dalam Chambers Twentieth-Century
Dictionary sebagai “branch of psychology dealing with measurable factors”.
Untuk menelusuri perkembangan awal psikometri maka tidak mungkin kita menafikan
perkembangan inteligensi, karena perkembangan psikometri berkembang bersama
dengan perkembangan teori dan pegukuran inteligensi.
Psikoteri
adalah Prosedur untuk pengukuran psikologi (Guilford). Kombinasi dari
pengukuran psikologi dan statistika (Kerlinger). Sedangkan Nunnally mendefinisikan
psikometri sebagai metodologi
tentang pengembangan dan
penggunaan pengukuran pada
psikologi.
Perkembangan
teori inteligensi dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin yang tampak dari
pendapat atau studi-studi yang dilakukan oleh Galton yang sangat mempercayai
teori evolusi ini yang kemudian mempengaruhinya dalam menyusun teori tentang
genius.
Galton
pada tahun 1869 menulis Hereditary Genius: An Inquiry into its Laws and
Consequences. Galton melakukan studi geneologi terhadap keluarga-keluarga
terkemuka di bidang sains dan berpendapat bahwa kegeniusan yang bersifat
genetika ini ditemukan dalam keluarga-keluarga ini termasuk di keluarganya
sendiri. Pada akhir abad XIX akhirnya berkembang pendapat di Inggris bahwa ras
kulit putih, bangsa Inggris, kelompok kelas menengah adalah merupakan puncak
dari evolusi ini.
Galton
adalah bapak psikometri. Dia mendirikan laboratrium antropometri di South
Kensington exhibition tahun 1883, disana orang-orang yang menghadiri eksibisi
itu bisa diuji kecerdasan mereka melalui tiga hal, dan data yang diperoleh dari
tes itu dan studi lain memberi materi mentah untuk pengembangan alat-alat yang
bisa dijual. Dia juga melakukan studi kembar sebagai teknik meneliti keturunan,
dan bersama koleganya, Karl Pearson, dia menciptakan Koefisien Korelasi
Product-Moment untuk menganalisis data ini. Sebenarnya, usaha untuk mengukur kecerdasan
dengan tes yang dia lakukan itu mengalami kegagalan, karena sedkitnya
pengukuran yang dibuat Galton – variabel visual, auditory and weight
discrimination, dan varibel psikofisik lain yang saling berhubungan. Galton
juga mengembangkan kurva normal sebagai model untuk distribusi skor tes.
Pearson
terus mengembangkan matematika korelasi, yaitu dengan menambahkan koefisien korelasi
parsial dan ganda serta uji chi kwadrat. Charles Spearman (1904) mantan tentara
yang menjadi psikolog, lebih jauh mengembangkan prosedur analisis matriks
korelasi yang lebih kompleks yang kemudian menjadi dasar analisis faktor.