Teori
dua faktor Herzberg adalah teori motivasi yang ideal yang dapat merangsang
usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas lebih membutuhkan keahlian dan peluang
untuk mengembangkan kemampuan. Hezberg berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi
bawahannya yaitu:
Hal-hal yang mendorong karyawan adalah “pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semuanya itu”.
Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan dan lain-lainnya.
Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Dalam
teori Dua Faktor, Hezberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:
MAINTENANCE
FACTORS
Adalah
faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Faktor ini disebut juga faktor higienes.
Kebutuhan kesehatan ini menurut Hezberg merupakan kebutuhan yang berlangsung
terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali ke titik nol setelah dipenuhi.
Konsep hygiene ini disebut juga teori dua faktor, yaitu:
Isi
(Content=Satisfier) Pekerjaan
a)
Prestasi (A chievement)
Mc
Cielland, Edward Murray dan Gordon dalam Mangkunegara (2004) yang dikutip dari
Amalia (2008), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara motivasi
berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya pekerja yang yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja yang tinggi, dan
sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi
berprestasinya rendah pula.
b)
Pengakuan (Recognition)
Menurut
Soekidjo (2007) bahwa penghargaan terhadap karyawan juga dapat menimbulkan
perasaan betapa pentingnya karyawan tersebut bagi organisasi. Disamping itu
pengakuan atau penghargaan kepada karyawan dapat menimbulkan rasa berhasil bagi
yang bersangkutan. Pengaruh-pengaruh pemberian pengakuan dalam bentuk
penghargaan-penghargaan tersebut selanjutnya akan meningkatkan motivasi kerja
karyawan.
c)
Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
Pendapat
Symtak (1999) yang dikutip dari Amalia (2008), dimana bila seseorang merasa
pekerjaanya itu sendiri dianggap sudah cukup baik, maka ia akan merasa puas dan
secara otomatis akan bekerja dengan baik.
d)
Tanggumg jawab (Responsibility)
Berdasarkan
teori Herzberg,tanggung jawab merupakan faktor yang menyangkut kebutuhan
psikologis seseorang yang berhubungan dengan penghargaan pribadi yang secara
langsung berkaitan dengan pekerjaan. Kebutuhan ini menyangkut kepuasan
pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakan tingkat
motivasi yang kuat yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Sementara
menurut Murray dalam Hafizurrachman (2009) menyatakan bahwa bila motivasi
dihubungkan dengan suatu pekerjaan maka terdapat tiga jenis kebutuhan yang
berhubungan dengan kerja, salah satunya adalah kebutuhan berprestasi yang
meliputi tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan berani mengambil resiko.
e)
Pengembangan potensi individu (advancement)
Dalam
Siagian (1989) dinyatakan bahwa pengembangan karir pegawai penting sebagai
bagian integral dari usaha memberikan motivasi bagi mereka, dengan cara
mempunyai program pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya, penyelenggaraannya
dapat dilakukan di dalam maupun diluar organisasi yang ditujukan untuk kepentingan
melaksanakan tugasnya sekarang ataupun mempersiapkan karyawan tersebut untuk
penugasan baru dimasa yang akan datang. Menurut pendapat Andrew J Durbin dalam
Mangkunegara (2004) yang dikutip dari Amalia (2008) bahwa pengembangan karir
merupakan aktifitas kepegawaian yang membantu pegawai-pegawai merencanakan
karir masa depan mereka diperusahaan, agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan
dapat mengembangkan diri secara maksimum.
Faktor
Higienes (Demotivasi= Dissatisfier)
a)
Gaji atau upah (wages or salaries)
Pendapat
Vionita (2006) dan Amalia (2008) bahwa terdapat hubungan antara gaji yang
diterima dengan motivasi kerja perawat. Menurut Sastrohadiwirya (2005) yang
dikutip dari Amalia (2008) bahwa sistem imbalan dapat berperan dalam
meningkatkan motivasi kerja agar lebih efektif dan penting yang digunakan oleh
pekerja mengenai penghasilannya, yaitu harapan dan persepsi tentang keadilan.
Harapan bahwa jumlah imbalan finasial yang layak diterimanya berdasarkan
tingkat pendidikan, pengetahuan yang dimiliki, keterampilan, sifat pekerjaan,
besarnya tanggung jawab, besarnya wewenang yang dimiliki dan harapan untuk
mendapatkan kebutuhan ekonomis dan kebutuhan lain secara wajar. Persepsi
keadilan juga berperan, dari teori motivasi diketahui keadilan itu dinilai
dengan menggunakan tiga faktor pembanding yaitu diri sendiri, sistem yang
berlaku dan orang lain.
b)
Kondisi Kerja (Working condition)
Pendapat
Siagian (1997) yang menyatakan meskipun benar bahwa efisiensi, efektifitas dan
produktifitas kerja tergantung pada unsur manusia di dalam organisasi, namun
demikian tetap diperlukan kondisi kerja yang mendukung dalam arti tersedianya
sarana dan prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus
diselesaikan, karena seorang pekerja menggunakan sepertiga hidupnya di dalam
lingkungan kerjanya setiap hari.
c)
Kebijaksanaan atau administrasi perusahaan (Company policy and administration)
Pendapat
Sagir (1990) yang dikutip dari Amalia (2008) yang menyatakan bahwa kebijakan
perusahaan khususnya dalam hal ini rumah sakit, yang menyangkut hak-hak
karyawan untuk mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
perawat itu sendirin maupun keluarganya, adanya peraturan kepegawaian yang baik
serta memuaskan dalam pelaksanaannya dan keterbukaan dalam masalah yang
dihadapi perusahaan dapat mempengaruhi kinerja seseorang.
d)
Hubungan antar pribadi (interpersonal relation)
Hubungan
antar pribadi dengan orang-orang di lingkungan kerja akan mempengaruhi kinerja
seseorang dan secara langsung juga mempengaruhi motivasi kerja. Hal ini sesuai
dengan teori kebutuhan Mc. Clelland yaitu kebutuhan afiliasi yaitu kebutuhan
akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia tinggal dan bekerja,
kebutuhan akan perasaan dihormati. Ini juga sesuai dengan pendapat Dessler
(1997) yang menyatakan bahwa kualitas kehidupan lingkungan kerja serta iklim
kerja organisasi yang memadai berarti dimana para pegawai dapat memenuhi
kebutuhan mereka yang penting melalui hubungan sesama pegawai dalam organisasi.
e)
Kualitas supervise (Quality supervisor)
Pendapat
Mangkunegara (2001) yang dikutip dari Vionita, bahwa kegiatan supervisi oleh
atasan yang dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan kepada pegawai
akan mendorong produktifitas. Mutu pengawasan ditinjau dari tingkat kepuasan
pegawai merupakan salah satu variabel yang mendukung tingkat kinerja pegawai.
MOTIVATION
FACTORS
Faktor
ini merupakan faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu
perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan
dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan
pekerjaan.
Dari
kedua faktor tersebut diketahui bahwa dalam perencanaan pekerjaan bagi pekerja
haruslah senantiasa terjadi keseimbangan antara faktor tersebut. Motivasi yang
ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas lebih
membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan dari pekerja
tersebut.
Menurut
Herzberg cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah dengan memasukkan unsur
tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan.
Penerapannya dengan pengayaan pekerjaan (job enrichment) yaitu suatu teknik
untuk memotivasi karyawan yang melibatkan upaya pembentukan kelompok-kelompok
kerja, pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan dengan klien. Teknik ini
bertujuan utuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi karyawan. Pengayaan pekerjaan
ini merupakan upaya menciptakan motivator seperti kesempatan untuk berhasil
dalam pekerjaan dengan membuat pekerjaan lebih menarik dan lebih menantang.
Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan kewenangan atau otonomi yang lebih besar
kepada karyawan dengan memberikan kesempatan lebih banyak bagi karyawan untuk
terlibat dalam perencanaan dan pengawasan yang biasanya dilakukan oleh
supervisor.