Setiap
orang memiliki respon yang berbeda terhadap kecemasan. Pada sistem saraf
manusia terdapat sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat. Fungsi saraf pusat
adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan,
kaki, leher, dan jari-jari. Sedangkan sistem saraf otonom berfungsi
mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses
kardiovaskuler, dan gairah seksual. Sistem saraf otonom terdiri dari dua
subsistem yang kerjanya saling berlawanan yaitu; (1) sistem saraf simpatis yang
bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ- organ tubuh, memacu
meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta menimbulkan penyempitan
pembuluh darah tepi dan pembesaran pembuluh darah pusat serta menurunkan
temperatur kulit dan daya tahan, dan juga akan menghambat proses digestif dan
seksual; (2) sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan
oleh saraf simpatis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh
saraf simpatis (Utami, 1993 dalam Purwanto, 2006).
Secara
fisiologis situasi kecemasan akan mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya
mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
korteks adrenal. Sistem saraf simpatis berespon terhadap impuls saraf dari
hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada
di bawah pengendaliannya. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula
adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke dalam aliran darah.
Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan corticotropin
releasing factor (CRF) yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat
di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya akan mensekresikan
adrenocorticotropic hormon (ACTH) yang dibawa melalui aliran darah ke korteks
adrenal. Hal tersebut menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk
kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke
kelenjar endokrin lain untuk melepaskan hormon. Efek kombinasi berbagai hormon
stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang
simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight
(Corwin, 2009 dalam Sugiarto, 2015).
Setiap
tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu
sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan
pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme
koping yang digunakannya (Asmadi, 2009).
Stuart
(2007) menyebutkan respon terhadap kecemasan dapat dibagi menjadi:
Respon Fisiologis
- Kardiovaskular; palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
- Respirasi; nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, seperti tercekik, terengah-engah.
- Neuromuskular; refleks meningkat, mudah terkejut, mata berkedipkedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal.
- Gastrointestinal; kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual, nyeri ulu hati, diare.
- Saluran perkemihan; tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
- Kulit; wajah kemerahan, berkeringat pada telapak tangan, gatal, wajah pucat, diaphoresis.
Respons
Perilaku
Respons
perilaku antara lain gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara
cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
Respons
Kognitif
Respons
kognitif antara lain perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada,
kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada
gambaran visual, takut cidera atau kematian, mimpi buruk.
Respons
Afektif
Respon
afektif antara lain mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan,
waspada, kekhawatiran, mati rasa, malu.