Analogi
merupakan salah satu bagian dari teori inteligensi Thurstone yaitu reasoning
(R). Reasoning merupakan kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari beberapa
contoh, aturan, atau prinsip dan dapat juga diartikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah (Azwar, 2011; Walgito, 2010; Sobur, 2003). Pernyataan
analogis mengungkap tentang kemampuan kosakata dan kemampuan menalar (Sukardi,
1997). Analogi dapat berarti “sebanding dengan”, persoalan-persoalan yang
bersifat analogi biasanya berbentuk perbandingan atau modifikasimodifikasinya.
Alamsyah mengungkapkan bahwa dalam analogi yang dicari adalah keserupaan dari
dua hal yang berbeda, dan menarik kesimpulan atas dasar keserupaan itu (Putra,
2011). Dengan demikian analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelas atau sebagai
dasar penalaran. Analogi adalah persamaan yang berhubungan, jadi perlu menalar
jawaban menurut kasus yang paralel (Philip, 2010). Pola-pola analogi bisa
digunakan untuk memecahkan masalah yang stimulusnya berupa fitur geometris,
numerik, verbal, dan lain-lain (Lestari & Suryani, 2012). Ada beberapa
bentuk analogi, seperti analogi verbal, analogi matematik dan analogi lainnya.
Analogi
verbal terdiri atas dua fungsi kognitif yaitu analogi dan verbal (Lestari &
Suryani, 2012). Verbal berarti berkaitan dengan kata atau kumpulan kata.
Melalui pengertian pengertian tersebut, analogi verbal dipahami sebagai proses
bernalar analogis yang melibatkan kata-kata untuk memecahkan suatu masalah
(Duran, Enright, & Peirce, 1987). Steward, Barnes-Holmes, & Roche (2004)
menyatakan bahwa dalam menyelesaikan persoalan analogi verbal, fungsi-fungsi
yang terlibat antara lain adalah fungsi penghubungan atau penyusunan kombinasi,
penggunaan logika, fleksibilitas dalam berpikir, dan juga kemauan untuk
berpikir eksploratif. Pada analogi verbal, proses yang dilakukan adalah berusaha
mencari pola dari suatu persoalan, lalu menciptakan hipotesa atau formula untuk
menjelaskan pola dari suatu contoh atau kejadian yang ada tersebut supaya dapat
menerapkannya pada persoalan yang baru dengan pola yang sama (Sternberg, 1994).
Dari penjelasan-penjelasan tersebut maka dapat dipahami bahwa analogi verbal
merupakan kemampuan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kata-kata.
Analogi
merupakan sebuah dasar bernalar, mencari sebuah keserupaan, membentuk
pola-pola, mencari sebab akibat, melibatkan penggunaan logika serta fleksibilitas
berpkir. Maka dari hal tersebut jelas bahwa analogi akan memiliki keterkaitan
yang sangat erat dengan sebuah disiplin ilmu, yakni filsafat. Filsafat menurut
Poedjawijatna (Tafsir, 1990) merupakan sejenis pengetahuan yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran.
Dari keberagaman pendapat filsuf mengenai filsafat maka dapat disimpulkan bahwa
filsafat adalah proses berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke
akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis,dan tidak serampangan), dan
universal (umum, terintegral, seta tidak khusus dan tidak parsial) terhadap
segala yang ada dan mungkin ada. Dari penjelasan mengenai filsafat tersebut,
jelas bahwa filsafat tidak bisa dipisahkan dan sangat berkaitan dengan proses
bernalar, berpikir yang mendalam sesuai dengan konsep analogi.