Agar
penanganan terhadap depresi optimal, perlu dilakukan assessment/pengukuran
tingkat depresi. Banyak alat tes yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat
depresi ini. Berikut beberapa alat tes yang dapat mengukur tingkat depresi.
Skala
Nilai Depresi Hamilton (Hamilton Depression Rating Scale / HDRS)
Skala
Nilai Depresi dari Hamilton atau Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) adalah
rating skala yang pertama dikembangkan untuk mengukur beratnya gejala depresi.
Pertama kali diperkenalkan oleh Max Hamilton tahun 1960 yang kemudian secara
luas digunakan dan diterima untuk mengevaluasi beratnya depresi. HDRS terdiri
dari 21 aitem pernyataan dengan fokus primer pada gejala somatik. HDRS
selanjutnya dijadikan standar pengukuran evaluasi depresi pada percobaan klinis
perusahaan farmasi untuk persetujuan obat baru oleh FDA (Food and Drug
Administration) juga digunakan sebagai evaluasi utama ‘National Institute of
Mental Health’ untuk membandingkan farmakoterapi dengan psikoterapi dalam
mengobati depresi (Idrus, 2016).
Skala
Depresi Geriatri (Geriatri Depression Scale / GDS)
Salah
satu instrumen yang dapat membantu mengukur tingkat depresi adalah GDS
(Geriatri Depression Scale). GDS adalah suatu kuesioner, terdiri dari 30
pertanyaan yang harus dijawab. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15
pertanyaan yang harus dijawab. Sederhana saja, hanya dengan “Ya atau Tidak”,
suatu bentuk penyederhanaan dari skala yang mempergunakan lima rangkai respon kategori.
Skala ini mendapatkan angka dengan memberi satu pokok untuk masing-masing
jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam sintesa di belakang pertanyaan
tertulis tersebut. Angka akhir antara 10 sampai 11, biasanya dipergunakan
sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan pasien tersebut masuk ke dalam
kelompok depresi atau kelompok non depresi.
The
Beck Depression Inventory (BDI-II)
BDI
merupakan alat tes yang digunakan untuk membantu mengungkapkan tingkat depresi
seseorang. Alat ukur tersebut dibuat oleh Beck pertama kali pada tahun 1976.
Pada tahun 1996 BDI direvisi dengan tujuan untuk menjadi lebih konsisten dengan
kriteria DSM-IV. Beck et all (1996) memberi nama hasil revisi tersebut dengan
BDI-II. Alat ukur ini dibuat untuk digunakan pada individu usia 13 tahun ke
atas.
Contoh
perevisian BDI-II antara lain adalah responden diminta untuk merespon setiap
pernyataan berdasarkan periode waktu dua minggu bukan satu minggu seperti
jangka waktu dalam BDI. Alasan perevisian ini adalah agar sesuai dengan
kriteria depresi pada DSM-IV yang menyatakan bahwa untuk mendiagnosis depresi,
sedikitnya gejala depresi telah ada selama 2 minggu berturut-turut (American
Psychology Association, 2000). Pada BDI responden diminta untuk merespon pertanyaan
berdasarkan perasaannya selama satu minggu terakhir, maka pada BDI-II responden
diminta untuk merespon pertanyaan berdasarkan perasaannya selama dua minggu
terakhir. BDI-II terdiri dari 21 aitem untuk menaksir intensitas depresi pada
orang yang sehat maupun sakit secara fisik. Setiap aitem terdiri dari empat
pernyataan yang mengindikasikan gejala depresi tertentu. Gejala-gejala tersebut
yaitu mengenai kesedihan, pesimisme, kegagalan masa lalu, kehilangan kesenangan,
perasaan bersalah, perasaan hukuman, tidak menyukai diri, kegawatan diri,
pikiran atau keinginan untuk bunuh diri, menangis, agitasi, kehilangan minat,
keraguan, tidak berharga, kehilangan energi, perubahan pola tidur, lekas marah,
perubahan nafsu makan, kesulitan konsentrasi, kelelahan dan kehilangan ketertarikan
untuk melakukan hubungan seks.
Item
yang terdapat dalam BDI-II juga dikembangkan untuk menaksir gejala depresi
individu berdasarkan kriteria dalam DSM-IV, antara lain aitem pada skala BDI-II
yang menggantikan aitem mengenai gejala kehilangan berat tubuh, perubahan citra
tubuh dan keterpakuan somatis pada BDI. Aitem lainnya dari BDI mengenai
kesulitan dalam bekerja juga digantikan dengan aitem mengenai kehilangan energi
pada BDI-II. Perubahan selanjutnya yaitu aitem mengenai kehilangan waktu tidur
dan selera makan pada BDI juga diubah dengan menambah dua pilihan pernyataan
pada BDI-II yaitu meningkat atau menurunnya pola tidur dan pola makan. Pada
tahun 2013 alat ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dr. Henndy
Ginting untuk disertasi S3-nya di Radboud University dan telah dibuktikan dapat
dijadikan alat ukur yang valid untuk mengukur depresi pada masyarakat
Indonesia.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa alat tes yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat depresi, antara lain adalah Skala Nilai
Depresi dari Hamilton atau Hamilton Depression Rating Scale (HDRS), Skala
Depresi Geriatri atau Geriatri Depression Scale (GDS), dan The Beck Depression
Inventory atau BDI-II.
Untukversi online BDI-II, dapat diakses disini (GRATIS)… !!!