Ciri utama kepribadian dependen adalah kurangnya
kepercayaan diri dan perasaan otonom. Para pasien dengan gangguan kepribadian
dependen memandang diri mereka sebagai orang yang lemah dan orang lain sebagai
orang yang penuh kekuatan. Mereka juga memiliki kebutuhan yang sangat kuat
untuk diurus oleh orang lain, yang sering kali membuat mereka tidak nyaman bila
sendirian. Mereka mengabaikan kebutuhan mereka sendiri agar hubungan protektif
yang telah dibangunnya tidak hancur. Bila suatu hubungan dekat berakhir,
sesegera mungkin mereka berupaya menjalin hubungan baru untuk menggantikan
hubungan yang sudah berakhir (Davison, 2018).
Seseorang dengan gangguan kepribadian dependen menempatkan
kebutuhan pribadinya lebih rendah dibandingkan orang lain, dan membuat orang
lain bertanggung jawab terhadap sebagian besar hidupnya, hilang kepercayaan
diri, dan sering merasa tidak nyaman jika seorang diri meski dalam waktu yang
singkat. Kelainan ini biasa disebut juga sebagai gangguan kepribadian
pasif-dependen. Freud menjelaskan mengenai dimensi oral-kepribadian dependen
yang ditandai oleh ketergantungan, pesimistik, ketakutan seksual, ragu-ragu,
pasif, dan senantiasa membutuhkan saran dari pihak lain (Sadock, 2007).
Individu dengan gangguan kepribadian dependen sering
ditandai oleh pesimisme dan keraguan diri, cenderung meremehkan kemampuan
dirinya, dan mungkin terus-menerus menyebut diri mereka sebagai "orang
bodoh”. Mereka menerima kritik dan ketidaksetujuan sebagai bukti
ketidakberdayaan mereka dan kehilangan kepercayaan pada diri mereka sendiri.
Mereka mungkin mencari perlindungan berlebihan dan dominasi dari orang lain.
Fungsi kerja dapat terganggu jika inisiatif independen diperlukan. Mereka
mungkin menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas ketika dihadapkan dengan
keputusan. Hubungan sosial cenderung terbatas pada beberapa orang yang menjadi
sandaran individu tersebut. Mungkin ada peningkatan risiko gangguan depresi,
gangguan kecemasan, dan gangguan penyesuaian. Gangguan kepribadian dependen
sering terjadi bersamaan dengan gangguan kepribadian lainnya, terutama gangguan
kepribadian borderline, avoidant, dan histrionik. Penyakit fisik kronis atau
gangguan kecemasan perpisahan di masa kanak-kanak atau remaja dapat
mempengaruhi individu untuk pengembangan gangguan ini.
Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola
ketergantungan yang pervasive dan kebiasaan patuh atau tunduk (Gill D, 2007).
Orang-orang dengan gangguan ini tidak dapat membuat keputusan tanpa sejumlah
(berlebihan) saran, jaminan dan dukungan dari orang lain. Mereka menolak posisi
dimana mereka harus bertanggung jawab dan menjadi khawatir saat diminta untuk
menjadi seorang pemimpin (Sadock, 2007). Mereka sangat takut untuk ditinggalkan
dan merasa tidak berdaya (Gill D, 2007). Karena orang-orang dengan gangguan ini
tidak suka bila seorang diri, mereka mencari orang lain yang dapat mereka
percaya dan panuti, mereka cenderung melimpahkan tanggung jawab kepada orang
lain. Hubungan mereka dengan orang lain menjadi menyimpang karena kebutuhan
mereka untuk selalu bergantung pada orang lain.
Orang-orang dengan gangguan kepribadian dependen memiliki
kepercayaan diri yang disproporsional dan rendah terhadap intelegensi dan
kemampuannya, mereka akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri. Mereka mempercayakan kepada orang lain, bahkan untuk tugas-tugas
yang kecil. Mereka cenderung enggan untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka
terhadap orang lain untuk tetap bersama orang yang mereka percayai (Strickland,
2001).
SUMBER:
Gill D. Hughes.
2007. Outline of Modern Psychiatry Fifth
Edition. England: John Wiley & Sons, Ltd.
Millon, Theodore,
dkk. 2004. Personality Disorder in Modern
Life – Second Edition. Jhon Wiley & Sons. New Jersey.
Sadock BJ, Sadock
VA. Kaplan & Sadock's. 2007. Synopsis
of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
England: Lippincott Williams & Wilkins.