Body Dysmorphic
Disorder (BDD) awalnya dikategorikan sebagai
dysmorphophobia. Istilah tersebut untuk pertama kalinya dimunculkan oleh
seorang doktor Italia yang bernama Morselli pada tahun 1886. Dysmorphophobia
berasal dari bahasa Yunani, “dysmorph”
yang berarti misshapen dalam bahasa Inggris. Kemudian namanya diresmikan oleh American Psychiatric Classification (APA) menjadi Body Dysmorphic Disorder (BDD).
Sebenarnya, sejak Freud praktek sudah disinyalir mengenai gejala ini yang oleh
Freud sendiri dinamakan sebagai ‘wolf
man’. Karena gejala Body Dysmorphic
Disorder (BDD) tersebut terjadi pada seorang pria bernama Sergei Pankejeff
yang mempunyai masalah dengan kecemasan terhadap bentuk hidungnya.
Istilah Body
Dysmorphic Disorder (BDD), secara formal juga tercantum dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorder (DSM-IV-TR, nomor
300.7, dimasukkan dalam gangguan somatoform & DSM-5, nomor F45.22,
dimasukkan dalam gangguan Obsesisive-Compulsive dan gangguan lain), untuk menerangkan kondisi seseorang yang terus menerus memikirkan
kekurangan fisik minor atau bahkan imagine
defect. Akibatnya, individu itu tidak hanya merasa tertekan, bahkan kondisi
tersebut melemahkan taraf berfungsinya individu dalam kehidupan sosial,
pekerjaan atau bidang kehidupan lainnya (misalnya, kehidupan keluarga dan
perkawinan).
Media kadang menyebutnya sebagai ”imagined ugliness syndrome”. Body
Dysmorphic Disorder (BDD) dimasukkan ke dalam DSM IV di bawah somatization
disorders. Keduanya merupakan gangguan tubuh (somatoform) yang disebabkan oleh pengaruh psikologis dan kesulitan
emosional yang ditunjukkan dengan bentuk-bentuk perilaku tubuh tertentu. Kata “soma”
berasal dari bahasa Yunani yang memiliki persamaan istilah dengan “body” .
Somatoform disorders merupakan lima gangguan besar yang saling berhubungan
(Bruno, 1989).
Penjelasannya sebagai berikut:
- Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan bentuk gangguan mental yang mempersepsi tubuh dengan ide-ide bahwa dirinya memiliki kekurangan yang berarti pada wajah dan badannya sehingga kekurangan itu membuatnya tidak menarik.
- Conversion disorder adalah suatu kapasitas kerusakan fisik yang disebabkan oleh konflik emosional.
- Hypocondriasis diartikan sebagai karakteristik gangguan mental yang kronis dan kecemasan yang irrasional mengenai kesehatan.
- Somatization disorders adalah kerusakan fisik yang ditandai oleh adanya kondisi saraf yang lemah dan kecapaian yang terus-menerus karena konflik psikis.
- Somatoform pain disorders merupakan gangguan perasaan sakit tanpa alasan yang jelas.
Para ahli memberikan pengertian
untuk istilah BDD sebagai berikut:
- Menurut Watkins (2006), Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah keasyikan dengan kekurangan fisik yang imajiner pada penampilan atau perhatian yang sangat berlebihan terhadap kekurangan yang sebenarnya tidak begitu berarti.
- Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan salah satu body image disturbance yang diartikan oleh Thompson (2002) sebagai taksiran terlalu tinggi terhadap ukuran tubuh tertentu ketika dibandingkan dengan ukuran yang objektif.
- Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental yang diartikan sebagai keasyikan seseorang terhadap perasaan kekurangan penampilannya (Veale).
Secara klinis, Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan bagian dari
obsessive-compulsive disorder (Watkins, 2006; Thompson, 2002). Kartini Kartono
(1985) menjelaskan mengenai Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) sebagai berikut:
Simptom reaksi obsessif-compulsif ialah kekacauan psikoneurotik dengan kecemasan-kecemasan, yang berkaitan dengan pikiran-pikiran yang tidak terkontrol, dan berhubungan dengan impuls-impuls repetitif untuk melakukan suatu perbuatan. Penderita sadar kalau pikiran dan kecemasan itu sia-sia, tidak pantas/tidak perlu, abnormal, absurd dan tidak mungkin. Namun ia tidak mampu mengontrolnya…
Secara sederhana, seorang yang
terkena gangguan Body Dysmorphic Disorder
(BDD) selalu mencemaskan penampilan karena merasa memiliki kekurangan pada
tubuhnya (body image yang negatif). Body image adalah suatu pandangan internal
seseorang mengenai penampilannya. “Body image is an internal view of one’s own
appearance” (Thompson, 2002). Body image juga mengandung arti sebagai persepsi
dan penilaian tubuh, fungsi fisik, dan penampilan seseorang terhadap dirinya sendiri
(Taylor, 2003). Menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image
adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana
seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan
rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana ‘kira-kira
penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan
rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun
lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif.
Definisi Body Dysmorphic Disorder (BDD) dapat diindikasikan dengan gejala
ketidak-puasan tingkat tinggi terhadap tubuh, pemikiran negatif atau hubungan
kognisi terhadap bagian-bagian tubuh tertentu atau bahkan tingkatan yang tinggi
dari penghindaran situasi sosial yang disebabkan perasaan-perasaan negatif
mengenai tubuh. “These measure may
indicate high levels of body dissatisfaction, negative thoughts, or cognitions
associated with certain body parts, or even high levels of social avoidance due
to negative feelings about the body” (Thompson, 2002).
Dengan demikian, Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah
gangguan pada seseorang yang mengalami ketidak-puasan terhadap beberapa bagian
tubuh dengan tingkat yang tinggi, kecemasan yang ditunjukkan dengan perilaku
obsesif-kompulsif, pikiran dan perasaan yang negatif mengenai tubuh, serta
menghindari hubungan dan situasi sosial.