Apakah laki-laki dan perempuan menunukkan perbedaan
dalam hal Dependensi kepribadian? Terdapat beberapa penelitian untuk mengukur
perbedaan Kepribadian Dependen antara laki-laki dan perempuan dengan
menggunakan Self-report dan Tes Proyektif.
Penelitian dengan menggunakan pengukuran Self-report
menunjukkan tingkat dependensi yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Hasil yang serupa telah didapat dengan menggunakan anak-anak
usia sekolah, dewasa, dengan berbagai latar budaya.
Karena self-report
mengukur apa yang mudah dicapai olek kesadaran conscious, Bornstein (1993) bertanya apakah perbedaan antara
laki-laki dan perempuan akan ditemukan ketika menggunakan tes proyektif yang
dimaksudkan untuk menyentuh motif diluar kesadaran conscious, dalam jangkauan alam bawah sadar (unconscious), yang tidak tersedia dalam self-report.
Hasil tes Proyektif menunjukkan tingkat
dependen yang sama ditemukan pada laki-laki dan perempuan. Bornstein
menyimpulkan: “perempuan melaporkan tingkat dependensi yang lebih tinggi
daripada laki-laki pada pengukuran self-report,
tetapi laki-laki dan perempuan memperoleh skor yang hamper sama pada pengukuran
tes proyektif” (1993, hal. 47). Jadi Perempuan lebih mau mengakui dependensi,
laki-laki sebenarnya sama-sama dependen tetapi mereka tidak mau mengakuinya.
Malah terdapat hubungan yang konsisten antara face validity dari pengukuran yang digunakan dengan sejauh mana
perbedaan gender ditemukan ketika menilai tingkat dependensi. Jika face validity meningkat, begitu pula dengan
besarnya perbedaan gender yang ditemukan ketika menggunakan pengukuran tersebut
(Bornstein, Rossner, Hill, & Stepanian, 1994).
Karena face
validity sebagian besar adalah fungsi mengenai betapa mudahnya untuk memperkirakan
apa yang dinilai oleh sebuah tes (item “saya merasa tidak berdaya tanpa
seseorang melindungi saya”, adalah face
validity untuk dependensi), perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanya
bisa menjadi sebuah fungsi presentasi diri (self-presentation)
dan keinginan sosial. Semakin mudahnya untuk mengetahui apakah sebuah tes
mengukur mengenai dependensi, laki-laki menolak untuk mengakui kebutuhan
dependensinya. Secara tradisional, laki-laki telah diasosialisasikan untuk
mengekspresikan dependensi secara tidak langsung seperti halnya perempuan
mengekspresikan dependensi secara langsung dan terbuka (Maccoby & Jacklin,
1970).
Penelitian dimasa depan mengenai kepribadian dependen
harus memperhitungkan potensi efek penyamaran dari self-presentation dan keinginan sosial. Penilaian yang valid
terhadap personality trait yang
sangat berhubungan dengan orientasi peran jenis kelamin menuntut pendekatan
yang tidak menonjol, paling tidak jika berhubungan dengan laki-laki.
Sumber :
Millon, Theodore, dkk. 2004. Personality Disorder in Modern Life – Second Edition. Jhon Wiley &
Sons. New Jersey.