Tujuan fenomenologi adalah untuk menghasilkan deskripsi
lengkap tentang fenomena pengalaman sehari-hari, sehingga sampai pada pemahaman
tentang struktur penting dari 'benda itu sendiri', fenomena tersebut.
Pendekatan fenomenologi memahami makna atau hakikat yang
sebenarnya dari suatu gejala objek yang dikaji melalui jiwa atau kesadaran
objek itu sendiri. Dalam arti bahwa pendekatan fenomenologi yang dikembangkan
dari pendekatan fenomenologis, membiarkan gejala yang diteliti berbicara
sendiri secara tulus dan apa adanya, tidak boleh ada upaya-upaya luar dari sang
peniliti membuat prakonsepsi yang macam-macam, apalagi berlebih-lebihan.
Berbeda dengan pendekatan ilmiah positivistik, pendekatan fenomenologi dapat
memahami adanya keterkaitan objek dengan nilai-nilai tertentu, misalnya
keadilan, kemanusiaan dan lain-lain.
Sejak zaman Edmund Husserl, arti fenomenologi telah
menjadi filsafat dan menjadi metodologi berpikir. Sebagai sebuah aliran
filsafat, Edmund Hussrel dianggap sebagai pendirinya. Husserl menggunakan
ungkapan 'sikap alami' untuk menggambarkan jaringan asumsi yang biasanya kita
gunakan untuk memahami dunia kita sehari-hari. Fenomenologi berusaha melampaui
sikap alami ini dengan mengadopsi sikap transendental, yang dicapai dengan
asumsi 'mengoordinir'. Juga mengungkapkan atau mendiskripsikan makna
sebagaimana yang ada dalam data (gejala) dalam bentuk kegiatan-kegiatan, tradisi-tradisi,
dan simbol keagamaan. Serta memahami pemikiran, tingkah laku, dan
lembaga-lembaga keagamaan tanpa mengikuti salah satu teori filsafat, teologi,
metafisika, ataupun psikologi.
Referensi:
Heath, H. and Cowley, S.
2004. Developing a Grounded Theory
Approach: A Comparison of Glaser and Strauss. International Journal of
Nursing Studies, 41, 141–150
Maksum, Ali. 2011. Pengantar Filsafat; dari Masa klasik
hingga Postmodernisme. Yogyakarta.
Ar-ruzz Media
Moleong, Lexy J, Dr. Metodologi Penelitian Kualitatif. 1993.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
McLoad, John. 2001. Qualitative Research in Counseling and
Psychotherapy. Sage Publication. Hal 70 – 89
Muhadjir, N. 2002. Filsafat Ilmu: Positivisme, Postpositivisme,
dan Postmodernisme. Yogyakarta: Reka
Sarasin
Lathief, Sufaat, I., 2010. Psikololgi Fenomenologi Eksistensialisme.
Pustaka Pujangga.
Robert.C. Solomon. 1981. Sartre on Emotions dalam The Philosophy of
Jean Paul-Sartre, The Library of Living Philosophers. Volume XVI