Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku
kata phainomenon (gejala atau fenomena).
Fenomenologi juga berarti ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak
(phainomenon). Jadi, fenomenologi itu mempelajari apa yang tampak atau apa yang
menampakkan diri. Dalam KBBI fenomenologi adalah ilmu tentang perkembangan
kesadaran dan pengenalan diri manusia sebagai ilmu yang mendahului filsafat. Seorang
Fenomenolog suka melihat gejala Fenomenolog bergerak di bidang yang pasti.
Fenomenologi adalah suatu metode pemikiran, “a way of looking at things”.
Pendekatan fenomenologi sangat dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi. Pendekatan fenomenologis memusatkan perhatian pada pengalaman
subyektif. Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunia
dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapi. Pendekatan tersebut
mencoba memahami kejadian fenomenal yang dialami individu tanpa adanya beban
prakonsepsi. Pendekatan fenomenologi meliputi yaitu:
- Pengamatan yaitu suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsang-rangsang dari obyek.
- Imajinasi yaitu suatu perbuatan (act) yang melihat suatu obyek yang absen atau sama sekali tidak ada melalui suatu isi psikis atau fisik yang tidak memberikan dirinya sebagai diri melainkan sebagai representasi dari hal yang lain. Dunia imajinasi berdasar aktivitas suatu kesadaran.
- Berpikir secara abstrak. Bidang yang sangat penting dalam hidup psikis manusia ialah pikiran abstrak. Aristoteles berpendapat bahwa pikiran abstrak berdasarkan pengamatan; tak ada hal yang dapat dipikirkan yang tidak dulu menjadi bahan pengamatan. Dengan menghilangkan ciri-ciri khas (abstraksi) terjadi kumpulan ciri-ciri umum, yaitu suatu ide yang dapat dirumuskan dalam suatu defenisi.
- Merasa/menghayati. Merasa ialah gejala lain dari kesadaran mengalami. Pengalaman tidak disadari dengan langsung, sedangkan perasaan biasanya disadari. Merasa ialah gejala yang lebih dekat pada diri manusia daripada pengamatan atau imajinasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
fenomenologi adalah imu pengetahuan yang tentang apa yang tampak mengenai suatu
gejala-gejala atau fenomena yang pernah menjadi pengalaman manusia yang bisa
dijadikan tolak ukur untuk mengadakan suatu penelitian kualitatif.
Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian
kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada
pengalaman hidup manusia (sosiologi). Pendekatan fenomenologi hampir serupa
dengan pendekatan hermeneutics yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat
untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks
sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu
objek kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Peneliti akan
mengkaji secara mendalam isu sentral dari struktur utama suatu objek kajian dan
selalu bertanya "apa pengalaman utama yang akan dijelaskan informan
tentang subjek kajian penelitian". Peneliti memulai kajiannya dengan ide
filosofikal yang menggambarkan tema utama. Translasi dilakukan dengan memasuki
wawasan persepsi informan, melihat bagaimana mereka melalui suatu pengalaman,
kehidupan dan memperlihatkan fenomena serta mencari makna dari pengalaman
informan.
Referensi:
Heath, H. and Cowley, S. 2004. Developing a Grounded Theory Approach: A Comparison of Glaser and
Strauss. International Journal of Nursing Studies, 41, 141–150
Maksum, Ali. 2011. Pengantar
Filsafat; dari Masa klasik hingga
Postmodernisme. Yogyakarta. Ar-ruzz Media
Moleong, Lexy J, Dr. Metodologi Penelitian Kualitatif. 1993. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
McLoad, John. 2001. Qualitative Research in Counseling and Psychotherapy. Sage
Publication. Hal 70 – 89
Muhadjir, N. 2002. Filsafat
Ilmu: Positivisme, Postpositivisme, dan Postmodernisme. Yogyakarta: Reka Sarasin
Lathief, Sufaat, I., 2010. Psikololgi Fenomenologi Eksistensialisme. Pustaka Pujangga.
Robert.C. Solomon. 1981. Sartre on Emotions dalam The Philosophy of Jean Paul-Sartre, The
Library of Living Philosophers. Volume XVI