Permasalahan bayi prematur ada beberapa yang kemungkinan
dapat terjadi. Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA (Patent Ductus Arteriosus),
15% diantaranya baru dapat menutup dalam 3 bulan pertama. Kejadian PDA (Patent
Ductus Arteriosus) pada bayi prematur lebih tinggi dan ini dapat menyebabkan
gagal jantung pada neonatus. Keadaan lain yang mungkin timbul adalah terjadinya
hipotensi yang disebabkan oleh hipovolemia, gangguan fungsi jantung dan
terjadinya vasodilatasi akibat sepsis yang sering kali terjadi pada bayi-bayi
prematur. Selain itu dengan keadaan sistim kardiovaskular yang belum matang
akan memperberat penyakit lain yang diderita neonatus prematur tersebut.
Perubahan kardiovaskular pada bayi pematur memiliki adaptasi sirkular yang
lebih lambat dan kurang sempurna dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur
memiliki tonus arteriol pulmonary yang tinggi, berkurang lebih lambat, dan
labil. Tekanan darah pulmonal tinggi dan bervariasi, berbeda dengan tekanan
darah sistemik yang relatif rendah. Duktus arteriosus tidak tertutup rapat dan
kemungkinan terbuka lagi, ketika terjadi pertemuan darah antara sirkulasi
sistemik dan pulmonar. Ketidakstabilan ini menyebabkan terjadinya variasai yang
signifikan saturasi oksigen pada sirkulasi perifer (Johnston & Olds dalam
Hariati, 2010; Muttaqin, 2009).
Masalah yang terjadi pada bayi prematur menurut Bobak, Lowdermilk,
& Jensen (2004), pada bayi prematur digaris batas memiliki masalah yang
sering muncul meliputi adanya ketidakstabilan tubuh, kesulitan menyusu,
ikterik, respiratory distress syndrome (RDS) mungkin muncul. Dan pada bayi
prematur sedang mengalami masalah adanya ketidakstabilan tubuh, pengaturan
glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi, kesulitan menyusu. Serta hampir semua
bayi sangat prematur memiliki masalah komplikasi yang berat.
Menurut Priyono (2010), bayi prematur tidak memiliki
perlindungan yang cukup dalam menghadapi suhu luar yang lebih dingin dibanding
suhu di dalam rahim ibu. Selain itu pengontrolan suhu tubuh bayi prematur belum
mampu bekerja sempurna sehingga walaupun didalam ruangan yang bersuhu normal,
bayi sering mengalami kedinginan. Diperjelas menurut Farrer (1999), masalah
pada bayi prematur salah satunya adalah hipotermia. Suhu rektal bayi di bawah
35°C diartikan sebagai keadaan hipotermia, tapi dalam prakteknya setiap suhu
yang lebih rendah dari 36°C sudah memerlukan perhatian khusus dan pelaksanaan
prosedur untuk mempertahankan panas tubuh. Bayi yang paling berisiko untuk
mengalami hipotermia salah satunya adalah bayi-bayi prematur. Bayi yang
menderita hipotermia tampak lemah dan letargik, tidak mau menghisap susu dan terasa
dingin ketika disentuh. Jika tidak diatasi, keadaan hipotermia dapat menimbulkan
neonatal cold injury di mana terjadi edema yang padat (sklerema), ‘marble
baby’, yaitu suatu keadaan serius yang seringkali fatal.
Sedangkan menurut Hull, & Johnston (2008), masalah yang terjadi pada
bayi prematur adalah sebagai berikut:
Kesulitan pernapasan
Akibat imaturitas, banyak bayi prematur mengalami kesulitan dalam
mengembangkan paru dan kerja pernapasan sangat meningkat karena sindrom gawat
napas idiopatik. Gerakan pernapasan juga bervariasi. Hal ini tampak pada pola
pernapasan periodik yang dapat
menjadi masalah jika menjurus pada serangan apneu yang lama.
Perdarahan intraventricular
haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak sering
dijumpai pada pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami
asfiksia atau masalah pernapasan yang berat. Perdarahan ini meluas ke dalam
sistem ventricular dan sebagian bayi akan menderita hidrosefalus. Tetapi,
sebagian besar bayi hanya mengalami perdarahan kecil dan akan pulih tanpa
pengaruh jangka panjang yang serius.
Imaturitas hati
Ikterus fisiologi sering menjadi lebih nyata dan lebih lama pada bayi
prematur. Namun, dengan perawatan yang cermat, pemberian minum sejak dini serta
penggunaan fototerapi, transfuse tukar jarang diperlukan. Diduga bahwa otak
bayi prematur mempunyai risiko kerusakan yang lebih besar akibat kadar
bilirubin yang tinggi.
Infeksi
Akibat kulit yang tipis dan daya imunitas yang terbatas, bayi prematur
lebih rentan terhadap infeksi. Karena daya tahan yang lemah, mereka tidak
memperhatikan gejala dan tanda seperti yang terjadi pada bayi yang lebih tua.
Keadaan klinis mereka berubah dengan cepat dari bakteremia menjadi septikemia
dan akhirnya kematian. Meningitis yang menyertai dapat mudah terlewatkan. Oleh
karena itu, pada bayi yang dicurigai mengalam infeksi perlu dilakukan skrining
sepsis meliputi biakan darah, urin, cairan serebrospinal serta memulai terapi antibiotik
spektrum luas sebelum hasil skrining tiba.
Leukomalasia periventrikular (LPV)
Iskemia parenkim otak dapat menjurus pada perubahan yang pada mulanya
dikenal sebagai ‘flare’ pada pemeriksaan ultrasonografi kranial. Kadang-kadang
kelainan ini menghilang, tetapi pada bayi lain kerusakan otak ini berubah
bentuk menjadi kista. Leukomalasia perivertrikular kistik mempunyai prognosis
jauh lebih buruk dibanding perdarahan yang hanya terbatas pada ventrikel, yaitu
sekitas 9 dari 10 bayi akan menderita palsi serebral spastik.
Enterokolitis nekrotikans (EKN)
Enterokolitis nekrotikans merupakan keadaan serius yang mempengaruhi usus
dalam 3 minggu pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada bayi prematur yang paling
kecil. Penyebabnya belum diketahui, tapi cedera hipoksia pada dinding usus
mungkin berhubungan dengan keteterisasi vena umbilikalis, serangan apneu, septokemia,
dan kolonisasi usus oleh organisme tertentu mungkin merupakan faktor presipitasi.
Retinopathy of prematurity (ROP)
Bayi prematur yang menghirup gas campuran dengan konsentrasi oksigen yang
tinggi, mempunyai risiko terjadinya vaskularisasi abnormal dibelakang mata.
Walaupun telah dilakukan pengendalian kadar oksigen secara ketat, beberapa bayi
yang sangat imatur mengalami retinopathy of prematurity dan sebagian akan
menjadi buta parsial ataupun buta komplet.
Defisiensi nutrisi
Segera setelah bayi prematur beradaptasi dengan kehidupan ekstrauteri dan
makanan telah diberikan, bayi prematur dapat tumbuh dengan laju yang serupa
dengan pertumbuhan yang akan dicapai in utero. Laju pertumbuhan yang tinggi ini
dapat menimbulkan defisiensi vitamin, sehingga perlu diberikan suplemen
vitamin.
Bahaya lain
Bayi prematur sering lahir tanpa diduga dan punya risiko lebih besar
untuk mengalami asfiksia selama kelahiran dan cedera pada jaringan yang rentan.
Bayi prematur yang rentan juga mudah cedera akibat prosedur perawatan dan
prosedur medis.
Tags
Kehamilan