Penanganan bayi prematur bertujuan untuk memberikan lingkungan,
nutrisi dan dukungan yang memungkinkan bayi tersebut mengatasi semua
cacat/kekurangannya akibat kelahiran prematur beserta segala komplikasinya.
Menurut Priyono (2010), bayi yang lahir prematur akan diletakan dalam alat
khusus, yaitu inkubator. Inkubator merupakan alat yang dilengkapi dengan
pengatur suhu dan kelembaban udara agar bayi selalu hangat. Bayi yang berat
badannya dibawah 2000 gram, suhu dalam inkubator berkisar antara 32°C. Bila
berat badan <2500 gram, suhu inkubator 30°C.
Menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003), bayi
prematur atau berat lahir rendah, fungsi sistem organnya belum matur sehingga
dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Berikut ini merupakan penatalaksanaan pada bayi prematur:
Mengupayakan suhu lingkungan
netral
Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu lingkungan yang
rendah atau dingin harus dilakukan upaya untuk merawat bayi dalam suhu lingkungan
yang netral, yaitu suhu yang diperlukan agar konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal. Keadaan suhu inti bayi dapat dipertahankan 36,6 °C- 37,5 °C.
Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan
dengan isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti
dengan pemantauan terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara 80-100
mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan
elektroda oksigen melalui kulit.
Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi sangat penting karena akan memperburuk
keadaan bayi yang sudah bermasalah. Bayi prematur dan berat badan lahir rendah
mudah menderita sakit. Yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi,
yaitu: mengunjungi bayi harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,
baik perawat maupun pengunjung menggunakan masker, pakaian penutup khusus yang
disediakan, sarung tangan.
Makanan bayi prematur
Menurut Wiknjosastro (dalam penelitian Nani & Utami, 2012) alat
pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg berat badan dan kalori 110
Kal/kg berat badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman
kepada bayi dilakukan sekitar 3 jam setelah kelahiran dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu
diberikan. Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan diminumkan perlahan-lahan
atau memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50–60 cc/kg
BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
Tags
Kehamilan