Ada
Skandal Sadis dibalik Vaksinisasi dan Imunisasi. Penting untuk dibaca bagi yang
tidak mengetahuinya dan ini benar-benar kabar yang mengejutkan !!!
Rahasia
Di balik Vaksin dan Imunisasi ternyata proyek untuk mengacaukan sifat dan watak
generasi penerus di negara-negara tersebut.
Menurut
penelitian tentang imunisasi yang telah di lakukan sejak beberapa tahun lalu.
Vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini
(terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah
sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di
negara-negara tersebut.
Vaksin
tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat
dan asal muasalnya. Kita tahu bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita
penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam
vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut.
Pernahkah Anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang
masih dalam keadaan suci?
DNA
adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan
kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya. Lalu apa jadinya
apabila DNA orang yang tidak kita tahu asal usul dan wataknya bila tercampur
dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA
sang inang vaksin tersebut.
Pernahkan
Anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang
terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya?
Dari
banyak sumber yang saya dengar selama ini, penelitian tentang virus dilakukan
kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal
itu disengaja? Zat-zat kimia berbahaya dalam vaksin. Vaksin mengandung
substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan
performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium, yang dapat
membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme,
hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak
autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika.
[http://rumahkeluarga-indonesia. com]
Imunisasi:
Skandal Sadis Konspirasi Medis
IMUNISASI DAN KONSPIRASI
Jika
merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat
menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia
didanai oleh keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu
keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari
Zionisme Internasional.
Kenyataannya,
mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategi lainnya : “The UN’s WHO was
established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the
same Rockefeller cohort established the CIA. Two year later the Rockefeller
Foundation established the U.S Government’s National Science Foundation, the
National Institute of Health (NIH), andv earlier, the nation’s Public Health
Service (PHS).”( Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu
Propaganda”.)
Dilihat
dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya
imunisasi) adalah salah satu campur tangan (baca: konspirasi) Zionisme dengan
tujuan untuk menguasai dan memperbudak seluruh dunia dalam “new world order”
mereka.
APA KATA ILMUWAN TENTANG
VAKSINASI?
“Vaksin
menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang sehingga vaksin
mengubah fungsi pencegahan sistem imun” (Dr. Ricard Moskowitz, Harvard
University)
“Kanker
pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai
diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorangpun dari
mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya” (Dr. W.B.
Clarke, Peneliti Kanker Inggris)
“Ketika
vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat
diartikan secara umum” (dr. Harris Coulter, pakar Vaksin Internasional)
“Sebelum
vaksin besar-besaran 50 tahun yang lalu, dinegara itu (Amerika) tidak terdapat
wabah kanker, penyakit autoimun dan kasus autisme” (Neil Z. Miller, peneliti
vaksin internasional)
“Vaksin
bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang
mengalami gangguan sistem imun dan syaraf, hiperaktif kelemahan daya ingat, asma,
sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple dan
bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenaal dua dekade lalu,
menjadi wabah diseluruh dunia saat ini.“ (Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat
Informasi Vaksin Nasional Amerika )
“Tak
masuk akal memikirkan bahwa anda bisa menyuntikkan nanah kedalam tubuh anak
kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara
pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam
kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang
menurun, tidak akan mampu. Dan anda tidak akan mengubah kebugaran tubuh menjadi
lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga dalamnya.” (Dr. William Hay,
dalam buku “ Immunisation : The Reality behind the Myth) ”
Dan
ternyata faktanya adalah di Jerman para praktisi medis, mulai dari dokter
hingga perawat menolak adanya imunisasi campak. Penolakan itu diterbitkan dalam
jurnal “Journal Of The American Medical Association” 20 Februari 1981, yang
berisi sebuah artikel dengan judul “Rubella Vaccine In Suspectible Hospital
Employees, Poor Physician Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa
jumlah partisipan terendah dalam imunisasi campak terjadi dikalangan praktisi
medis di Jerman. Hal ini terjadi pada para pakar obstetrik dan kadar terendah
lain terjadi pada para pakar pediatrik. Kurang lebih 90% obstetrik dan 66%
pakar pediatrik menolak suntikan vaksin rubella.
RAHASIA DIBALIK VAKSINASI
DAN IMUNISASI
Vaksin
yang telah diproduksi dan dikirim keberbagai tempat di belahan bumi ini
(terutama negara muslim, negara dunia ketiga dan negara berkembang) adalah
sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di
negara-negara tersebut. Vaksin tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang
bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita ketahui bahwa vaksin
didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil melawan penyakit
tersebut. Itu artinya, dalam vaksin tersebut tersebut DNA sang inang dari
tempat virus dibiakkan tersebut.
Pernahkah
anda berpikir apabila DNA orang asing ini bercampur dengan bayi yang masih
dalam keadaan suci?. DNA adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik
leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat, watak dan sejarah penyakitnya.
Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tahu asal usul dan wataknya
bila tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan
mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut.
Pernahkah
anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang
terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol dsb.?
BENCANA AKIBAT VAKSIN YANG
TIDAK PERNAH DIPUBLIKASIKAN
Di
Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan
pada Vaccine adverse event reporting system (VAERS) FDA. Dari jumlah ini, 45 %
terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2
minggu setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi dikalangan anak-anak usia
1-3 bulan.
Pada
tahun tahun 1986 ada 1.300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah
anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis
juga terjadi di Nova scotia dimana pertusis telah muncul sekalipun telah
dilakukan vaksinasi universal.
Jerman
mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000
kasus, dimana pada tahun yang sama Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi,
kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus.
Penularan
polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di nigeria utara berpenduduk
muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio, sumbangan AS untuk
penduduk muslim. Beberapa pemimpin islam lokal menuduh pemerintah federal
nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang
muslim dengan menggunakan vaksin.
Tahun
1989 sampai 1991, vaksin campak “ High Titre” buatan yugoslavia Edmonton-
Zagreb diuji coba pada 1.500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan latin,
di kota Los Angeles, Meksiko, Haiti dan Afrika. Vaksinasi tersebut sangat
direkomendasikan oleh WHO. Program dihentikan setelah didapati banyak anak-anak
meninggal dunia dalam jumlah besar.
Vaksin
campak menyebabkan penindasan terhadap sistem kekebalan tubuh anak dalam waktu
panjang selama enam bulan sampai tiga tahun. Akibatnya anak-anak yang diberi
vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal dunia dalam jumlah
besar dari penyakit-penyakit lainnya. WHO kemudian menarrik vaksin-vaksin tersebut
dari pasar di tahun 1992.
MENGAPA VAKSIN GAGAL MELINDUNGI
TERHADAP PENYAKIT?
Walene
James, pengarang buku “Immunisation : The Reality behind the Myth”, mengatakan
respon inflamatori penuh diperlukan untuk menciptakan kekebalan nyata. Sebelum
introduksi vaksin cacar dan gondok, kasus cacar dan gondok yang menimpa
anak-anak adalah kasus tidak berbahaya. Vaksin “mengecoh” tubuh sehingga tubuh
kita tidak menghasilkan respon inflamantori terhadap virus yang diinjeksi. SIDS
(sudden infant death syndrome) naik dari 0.55 per 1000 orang di 1953 menjadi
12.8 per 1000 orang pada 1992 di Olmstead Country, Minnesota. Puncak kejadian
SIDS adalah umur 2-4 bulan dimana waktu vaksin mulai diberikan kepada bayi. 85%
kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi. Persentase kasus SIDS telah naik
dari 2.5 per 1000 orang menjadi 17.9 per 1000 orang dari 1953 – 1992. Kenaikan
kematian akibat SIDS meningkat pada saat hampir semua penyakit anak-anak
menurun karena perbaikan sanitasi dan kemajuan medikal kecuali SIDS. Kasus
kematian SIDS meningkat pada saat jumlah vaksin yang diberikan pada balita naik
secara meyakinkan menjadi 36 per anak.
Dr.
W. Torch berhasil mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak yang terjadi
dalam 3,5 – 19 jam paska imunisasi DPT. Dia juga kemudian melaporkan 11 kasus
kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24 jam paska injeksi DPT. Saat dia
mempelajari 70 kasus kematian SIDS, 2/3 korban adalah mereka yang baru di
vaksinasi mulai dari 1.5 hari sampai 3 minggu sebelumnya.
Tidak
ada satu kematianpun yang dihubungkan dengan vaksin. Vaksin dianggap hal yang
mulia dan tidak ada pemberitaan negatif apapun mengenai mereka di media utama
karena mereka begitu menguntungkan bagi perusahaan Farmasi.
Ada
alasan yang valid untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak berguna dalam
mencegah penyakit, tetapi mereka juga kontra produktif karena melukai sistem
kekebalan yang meningkatkan resiko kanker, penyakit kekebalan tubuh, dan SIDS
yang menyebabkan cacat dan kematian.
STATUS KEHARAMAN VAKSIN
Mantan
Menteri Agama Republik Indonesia, Maftuh Basyuni mengaku kecewa dengan aksi
LPPOM MUI Sumsel. Menurutnya, mempublikasikan temuan bahan haram dalam vaksin
meningitis hanya membuat gelisah para calon jamaah haji. “Mestinya cukup
disampaikan kepada Kementerian Agama dan dan Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Sebenarnya
tanpa diberitahu LPPOM MUI pun, pihak pemerintah, yakni Departemen Kesehatan
dan Departemen Agama, sudah mengetahui masalah keharaman vaksin. Namun masalah
itu cuma mengendap hingga kini. Hal ini bermula dari surat edaran yang
keluarkan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) pertengahan 2005 lalu. Surat
itu berisi peringatan kepada negara-negara anggota OKI tentang adanya
penggunaan tripsin babi dalam proses pembuatan vaksin polio.
Guna
menindaklanjuti hal itu, Depkes meminta Majelis Pertimbangan Kesehatan dan
Syarak (MPKS) –penasihat Depkes tentang kaitan agama dan kesehatan– untuk
menyelidiki hal tersebut. Kemudian MPKS mengundang PT. Bio Farma dan Aventis
untuk memberi penjelasan tentang proses pembuatan vaksin polio yang mereka
lakukan. Salah seorang anggota MPKS, Profesor Jurnalis Uddin mengatakan, dari
situ terbukti tripsin babi memang digunakan dalam pembuatan vaksin polio.
“Begitu juga dengan vaksin meningitis yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline
untuk para jamaah haji,” ujar Jurnalis.
Namun
program imunisasi nasional harus tetap jalan. PT. Bio Farma, produsen vaksin
milik negara sekaligus pemasok tunggal vaksin program imunisasi nasional sowan
ke MUI meminta fatwa. Karena alasan darurat, MUI membolehkan penggunaan vaksin
tersebut selama belum ditemukan vaksin pengganti yang halal. Status vaksin
tersebut tetap haram, tapi boleh karena darurat.
Pada
pertemuan itu PT Bio Farma berjanji mengusahakan pengganti bahan haram pada
produksi vaksinnya. MUI memberi waktu tiga tahun. Tapi hingga tahun ini,
bahan-bahan haram tersebut tetap dipakai dalam produksi vaksin Bio Farma.
Selain
penggunaan tripsin, produksi vaksin juga menggunakan media biakan virus (sel
kultur). Virus ini berasal dari jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari
ginjal anjing, dan dari retina mata manusia. Kepala Divisi Produksi Vaksin
Virus Bio Farma, Dori Ugiyadi mengatakan, ketiga sel kultur tersebut dipakai
untuk pengembangan vaskin influenza. “Di Bio Farma, kita menggunakan sel ginjal
monyet untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi
vaksin campak,” ujar Dori.
Sejauh
ini vaksin yang bebas dari keterlibatan bahan haram adalah vaksin campak.
Karena vaksin tersebut dibiakkan dengan embrio telur ayam serta bebas dari
tripsin babi. Namun secara umum, kata Dori, produksi vaksin masih menggunakan
berbagai macam sel yang berasal dari hewan maupun manusia.
HARAM DALAM OBAT-OBATAN
Bahan
haram ternyata juga merambah ke produk obat-obatan. Sejumlah obat dengan jelas
mencantumkan bahan tersebut pada kemasan produknya. Seperti Lovenox (Aventis),
obat anti penggumpalan darah untuk penderita penyakit jantung yang mengandung
heparin sodium dari babi. Juga Mixtard (Novonordisk), obat penderita diabetes
ini mengadung insulin manusia; ataupun Cereblyosin yang terbuat dari otak babi.
Sebagian
dokter mengetahui perihal bahan-bahan haram pada obat yang mereka gunakan,
namun sebagian besarnya lagi tidak. Prof. Jurnalis Uddin, Dewan Pembina yang
juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta bahkan
mengatakan, hampir 99 persen dokter di Indonesia tidak tahu masalah ini.
Kalaupun tahu, banyak juga dokter yang tidak mengabarkan hal tersebut kepada
pasiennya.
“Secara
nalar, apa yang disampaikan Prof. Jurnalis memang benar,“ ujar Dr. Amir Syarif
SKM, SpFK, Ketua Bidang Kajian Obat Ikatan Dokter Indonesia, kepada Suara
Hidayatullah. Kata Amir, hingga kini bidang kajian obat IDI memang belum pernah
membicarakan masalah halal-haram suatu obat secara khusus. Fokus IDI tentang
obat adalah soal keamanan dan efektiftas serta ketersediaan dan keterjangkauan
harganya saja. Sedangkan masalah kehalalan obat, kata Amir, diserahkan
sepenuhnya kepada para anggota IDI yang beragama Islam.
Todung
Silalahi, dokter spesialis jantung di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit
Cipto Mangungkusumo (PJT RSCM), termasuk di antara dokter yang sedikit itu.
Meski beragama non-Muslim, Todung mengaku selalu memberitahukan kandungan babi
pada obat Lovenox kepada para pasiennya. “Ada yang menolak, ada juga yang
menerima,” katanya.
Untuk
yang menolak, dia akan memberikan alternatif obat bermerek Arixtra. Obat
tersebut terbuat dari kimia sintetis dengan harga dua kali lipat dari Lovenox,
600 ribu rupiah sekali suntik. Yang paling murah bermerek Fluxum, seharga Rp
150, tetapi berbahan babi. Todung mengaku lebih sering memakai Lovenox. Karena
peluang keberhasilannya paling besar. Sekitar 90 persen dibanding Arixtra yang
hanya 60 persen.
MEWASPADAI BAHAN-BAHAN OBAT
Berdasarkan
temuan LPPOM MUI, sejumlah bahan haram yang ditemukan dalam obat-obatan yang
beredar di masyarakat meliputi bahan utama dari babi, bahan tambahan dari babi,
bahan penolong dari babi, embrio dan organ manusia, serta penggunaan alkohol.
Insulin
Insulin
merupakan hormon yang digunakan untuk mengatur gula tubuh. Penderita diabetes
memerlukan hormon insulin dari luar, guna mengembalikan kondisi gula tubuhnya
kembali normal. Insulin dimasukan ke dalam tubuh dengan cara disuntik. Insulin
bisa berasal dari kelenjar mamalia atau dari mikroorganisme hasil rekayasa
genetika. Jika dari mamalia, insulin yang paling mirip dengan manusia adalah
yang berasal dari babi. (lihat boks perbandingan strukturnya)
Insulin
manusia: C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin
babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6 (hanya 1 asam amino berbeda)
Insulin
sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6 (ada 3 asam amino berbeda)
Salah
satu produk Insulin terkenal yang beredar di pasaran adalah Mixtard yang diproduksi
oleh Novonordisk. Ada banyak tipe mixtard yang diproduksi dengan kode produk
yang berbeda-beda. Kandungannya ada yang berasal dari manusia yang diperbanyak
dengan teknik rekombinansi DNA dan proses mikroba, ada juga yang berasal dari
hewan, yakni babi.
Informasi
kehalalan produk ini sangat minim, bahkan dokterpun tidak mengetahuinya. Dari
data yang dirilis oleh International Diabetes Federation pada tahun 2003
menyebutkan, 70 persen insulin yang beredar berasal dari manusia, 17 persen
berasal dari babi, delapan persen dari sapi, sisanya lima persen merupakan
campuran antara babi dan sapi.
Heparin
Obat
ini berfungsi sebagai anti koagulan atau anti penggumpalan pada darah. Banyak
digunakan oleh penderita penyakit jantung untuk menghindari penyumbatan pada
pembuluh darah.
Hampir
semua heparin yang beredar di pasaran diimpor dari luar negeri. Salah satunya
merek Lovenox 4000 keluaran Aventis Pharma Specialities, Perancis yang iimpor
oleh PT Aventis Pharma, Jakarta. Lovenox mengandung heparin sodium dari babi
yang dengan tegas tertera pada kemasannya. Hanya saja, keterangan berbahan babi
tersebut dicetak sangat kecil dan hanya tertera pada kemasan. Sehingga ketika
kemasannya dibuang, maka dokter dan pasien yang bersangkutan tidak akan
mengenalinya lagi.
Kapsul
Cangkang
kapsul sebenarnya hanya bahan penolong untuk membungkus obat, bukan bahan obat.
Tapi masalahnya, cangkang ini juga ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh.
Cangkang kapsul terbuat dari gelatin yang bersumber dari tulang atau kulit
hewan. Bisa dari sapi, ikan, atau babi.
Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebenarnya telah menegaskan, gelatin yang
boleh masuk ke Indonesia hanya yang berasal dari sapi. Pertanyaanya, apakah
sapi yang digunakan disembelih secara Islam atau tidak?
Selain
itu, ada pula obat dan multi vitamin yang diimpor dalam bentuk kapsul. Lebih
tepatnya jenis kapsul lunak (soft capsule). Kapsul jenis ini banyak dibuat dari
gelatin babi karena lebih bagus dan murah. Dari keterangan LPPOM MUI, di antara
obat impor berkapsul yang beredar di Indonesia seperti Yunan Baiyao dari Cina,
sejumlah produk multi vitamin, vitamin A dosis tinggi, dan vitamin E.
Alkohol
Alkohol
banyak digunakan untuk melarutkan bahan-bahan aktif pembentuk obat. Obat batuk
adalah salah satu obat yang banyak menggunakan alkohol. Bahan ini dikonotasikan
sebagai minuman keras atau khamr. Sejumlah obat batuk yang bebas dijual di
pasaran mengandung alkohol berkadar di atas 1 persen. Di antaranya Vicks
Formula 44 (PT. Prafa) 10,5 persen, Benadryl (PT. Pfizer) 5 persen,Woods’ (PT.
Kalbe Farma) 6 persen, dan OBH Combi (Combiphar) 2 persen.
Sumber: www.bamah.net
Tags
Virus dan Bakteri