Salah
satu penyebab masih ragunya masyarakat muslim di negeri untuk tidak menikah
lewat pacaran adalah teramat minimnya komunitas-komunitas kebaikan yang bisa
mereka akses. Misalnya majelis ta'lim, lembaga sosial, organisasi dakwah,
ataupun relasi-relasi yang shalih.
Media
massa yang berorientasi duniawi telah menggempur akses informasi kaum muslimin
dengan sentuhan-sentuhan yang jauh dari Islam. Adegan ciuman, gandengan,
berangkulan, bersentuhan, hang-out, hedonis, musik, dan gaya hidup permisif
(serba boleh) disuguhkan setiap hari, sepanjang tahun.
Kaum
muslimin tidak punya pilihan selain mengambil informasi-informasi menyesatkan
pada topik "muhrim dan non-muhrim", "aurat lelaki dan
wanita", "cara mencari jodoh", dan "pedoman pergaulan"
yang disajikan oleh media massa itu. Sehingga dari mana kaum muslimin mengambil
topik-topik tadi (yang sebagian besar merupakan topik aqidah dan akhlaq) selain
dari yang ditontonnya, diperdengarkannya, dibacanya?
Hari
ini, kita belajar agama dari sinetron, bukan dari sumbernya yang asli. Ketika
sebuah film romantis menyuguhkan adegan lelaki dan perempuan yang bermesraan,
maka kita menyimpulkan: "Ooh, beginilah cara bergaul lelaki dan perempuan
itu".
Adegan
yang sarat dengan hal-hal yang tak pantas dilakukan seorang muslim/muslimah sebelum
menikah itu ditayangkan berulang-ulang, sehingga menjadi sebuah kebenaran umum.
Menjadi opini publik. "Beginilah nikmatnya kemesraan pacaran".
Saat
14 Februari tiba, propaganda kemaksiatan itu makin menjadi-jadi. Semua warna
berubah menjadi pink, dan kampanye jurusan seks bebas dimulai. Andalah sasaran
tembaknya. Kini dan nanti.
Apa
yang diinginkan oleh pembuat sinetron, pengarang novel, atau penulis esai yang
menyesatkan itu? Sebuah pendidikan pra-nikah? Bukan. Mereka tak peduli dengan
hidup Anda, para penikmat karya cabul dan hedonis itu. Mereka hanya ingin Anda
semakin jauh dari Islam, dan mendekat pada produk pikiran mereka. Mereka hanya
ingin uang Anda.
Kalau
mau ditilik lebih sabar dan dalam, komunitas-komunitas kebaikan menjadikan
jalan pencarian jodoh berlangsung relatif lebih aman. Terjamin 100% akan
mendapat jodoh? Mungkin tidak. Tetapi jalan ini menyelamatkan, diridhai-Nya.
Mulai
sekarang, bergabunglah dengan komunitas kebaikan, dan konsistenlah
memperjuangkan nilai-nilai kebajikan yang diusungnya. Bila nurani Anda jujur
dan berpegang teguh kepada Sunnah-sunnah Nabi, Allah-lah yang akan mengatur
sendiri pertemuan antara diri Anda dan si dia...