Menurut
Davis and Heywood (1963), ada 4 tahapan perkembangan taksonomi yaitu: 1. Fase eksplorasi;
2. Fase konsolidasi; 3. Fase biosistematik; 4. Fase ensiklopedik. Turril (1935)
membagi tahap ini dengan cara yang berbeda, lebih menunjukkan kesinambungan
antara satu fase ke fase yang lain, yaitu: taksonomi alfa yang ekuivalen dengan
fase eksplorasi dan konsolidasi, dan taksonomi omega ekuivalen dengan fase
ensiklopedik. Taksonomi alfa lebih kurang sepenuhnya tergantung pada ciri
morfologi luar, sedangkan taksonomi omega menekankan pada semua ciri taksonomi
yang ada.
Fase Eksplorasi
Fase eksplorasi disebut juga fase pioneer,
sesuai dengan salah satu tujuan taksonomi yaitu inventarisasi semua tumbuhan
yang ada di muka bumi. Pada fase ini yang lebih ditekankan adalah identifikasi
yang didasarkan pada herbarium yang jumlahnya terbatas. Acuan utama adalah morfologi
dan distribusi tumbuhan tersebut.
Fase Konsolidasi
Fase
ini disebut juga fase sistematika. Pada fase ini studi lapangan dilakukan
secara intensif dan bahan herbarium sudah lebih lengkap. Banyak tumbuhan yang
dinyatakan sebagai jenis pada fase eksplorasi ternyata merupakan varian dari
jenis lainnya dan banyak menemukan jenis-jenis baru. Pada fase ini flora dan
dasar-dasar monografi mulai diterbitkan.
Fase Biosistematika
Fase
ini disebut juga fase eksperimental. Pengetahuan terhadap tumbuhan bukan hanya
pada distribusi geografis tetapi juga informasi pada tingkat yang lebih luas
misalnya jumlah dan morfologi kromosom. Pada fase ini kegiatan yang menonjol
adalah: analisis sistem kawin silang, pola variasi dan penelitian yang
menyangkut aspek-aspek taksonomi di bidang kimia (kemotaksonomi), taksonomi
kuantitatif (numerical taxonomy), sitologi, anatomi, embriologi, palinologi.
Fase Ensiklopedik
Fase ini merupakan koordinasi dari ketiga fase
sebelumnya. Semua data (ciri taksonomi) yang ada dianalisis dan disintesis
untuk membuat satu atau lebih sistem klasifikasi yang mencerminkan hubungan
kekerabatan secara filogenetis.