Pterydhophyta kelas lycopodinae (Paku Rambat atau Paku Kawat). Batang
dan akar-akarnya bercabang-cabang dan menggarpu. Daunnya kecil-kecil
(mikrofil),tidak bertangkai,selalu bertulang satu saja,dan ada beberapa bangsa
yang daun-daunnya memiliki lidah-lidah (ligula). Daun-daun tersusun menurut
garis spiral, sporofilnya berbeda dengan tropofilnya. Tiap-tiap sporofil
mempunyai satu sporangonium yang besar pada bagian bawah sisi atas daun.
Lycopodinae adalah keturunan dari Psilophytinae, hal ini dibuktikan oleh adanya
mikrofil.
Lapisan
dalam dinding sporangium disebut dengan tapetum,pada waktu spora menjadi masak
dan tidak terlarut. Embrio oleh suspensor didesak kedalam jaringan protalium
kecuali pada Isoetes.Lycopodinae di dalam zaman Karbon telah berkembang lebiah
luas daripada zaman sekarang,bahkan ada yang telah berkembang menjadi tumbuhan
berbiji,yaitu Lepidospermae. Mungkin karena tidak sempurnanya alat-alat
penyerap dan pengangkut air,maka tumbuhan yang telah berupa pohon itu kemudian
punah menjelang akhir zaman Palaeozoikum,karena iklim dibumi ini bertambah kering.
Paku kawat dan paku rane yang berupa terna itulah yang dapat bertahan sampai sekarang.
Bangsa Lycopodiales
Bangsa
ini terdiri kurang lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong
dalam suku Lycopodiaceae dari marga Lycopodium. Lycopodium itu kebanyakan berupa
terna kecil yang sering sekali dipakai untuk pembuatan buket bersama dengan bunga.
Batang mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana,tumbuh tegak atau berbaring
dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas. Daun-daun berambut,berbentuk garis
atau jarum,yang dianggap homolog dengan mikrofil Psilophytinae dan hanya
memiliki satu tulang yang tidak bercabang.
Akar
biasanya bercabang-cabang mengarpu. Bagian-bagian batang yang berdiri tegak,di atas
bagian yang agak jarang daun-daunnya,mempunyai rangkaian sporofil. Sporofil
berbentuk segitiga sama sisi,mempunyai sporangium yang agak pipih,berbentuk
ginjal,menghasilkan isospora. Letak sporangium pada sisi atas daun dekat dengan
pangkalnya. Dinding sporangium terdiri atas beberapa lapis sel. Sporangium
membuka dengan dua katup menurut suatu retak yang telah tampak dari susunan
anatomi sel-selnya. Sesudah 6 atau7 tahun spora itu baru berkecambah,menghasilkanbadan
yang terdiri dari 5 sel, yang semula mendapat makanan dari cadangan di dalam spora.
Sesudah mengalami waktu istirahat,baru badan itu berkembang terus,jika dalam
sel-selnya yang sebelah bawah dimasuki hifa cendawan yang berkelakuan sebagai
mikoriza.Jadi untuk perkembangan prolatalium harus ad simbiosis dengan
mikoriza.
Protalium
hidup di dalam tanah, berbentuk seperti umbi kecil,keputih-putihan dan bersifat
saprofit. Baru sesudah 12-15 tahun, alat-alat kelaminnya menjadi masak, sehingga
umur protalium itu dapat sampai 20 tahun. Jika protalium muncul di atas
tanah,lalu membentuk kloroplas dan warnanya menjadi hijau. Protalium itu
berumah satu,alat-alat kelaminnya terdapat pada bagian apikal. Anetridium
terbenam dalam jaringan protalium dan terdiri atas banyak sel. Tiap sel anteridium
( selain dindingnya) menghasilkan spermatozoid berbentuk jorong, masing-masing mempunyai
dua bulu cambuk.
Zigot
mula-mula dengan suatu dinding dasar yang melintang membelah menjadi dua sel. Yang
bawah mula-mula membagi diri menjadi 4 kuadran kemudian menjadi oktan dan
selanjutnya menjadi enmbrionya,sedang sel-sel yang atas yang menghadapleher
arkegonium menjadi pendukung embrio atau suspensor. Jadi embrio itu tidak
menghadap kearah leher arkegonium. Letak embrio yang demikian itu disebut
endoskopik. Di daerah tropika banyak pula terdapat terdapat warga Lycopodium,
di antaranya
Ada
yang hidup sebagai epifit, misalnya L. nummularifolium. Yang banyak dikenal di
Indonesia adalah :
- L. cernuum, di Jawa Barat banyak digunakan dalam pembuatan karangan bunga.
- L. clavatum, yang sporanya dikumpulkan sebagi serbuk licopodium (pulvis lycopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut pil agar tidak lengket satu sam, lain,dan juga digunakan dalam percobaan Kundt untuk mengukur panjang gelombang suara.Sisa-sisa Lycopodiinae sebagai fosil ditemukan dari zaman Devon tengah, bahkan ada yang dari zaman Silur. Lycopodiinae yang telah fosil antara lain ialah :
- Drepanophycus spinaeformis, merupakan tumbuhan darat yang tertua bagi Eropa.
- Protolepidodendrom scharyanum, pada ujung cabang-cabangnya terdapat daun-daun yang menggarpu. Sporangium terdapat pada sisi atas daun.
Pada
kedua jenis tersebut sporofil belum terkumpul menjadi rangkaian sporofil
(bunga). Sublepidodendraceae dan Archaeosigillariaceae mempunyai daun-daun yang
melekat pada alas berbentuk belah ketupat atau persegi enam. Tumbuhan ini
dianggap sebagai nenek moyang pohon pohon sisik-sisik (Lepidondraceae).
Habitus
paku rane dalam beberapa hal memperlihatkan persamaan dengan Lycopodinae. Sebagian
mempunyai batang berbaring dan sebagian tegak, bercabang-cabang menggarpu
anisotom, tidak memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Ada yang tumbuhnya
membentuk rumpun,ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai panjang sampai
beberapa meter. Pada batang terdapat beberapa daun-daun kecil yang tersusun
dalam 4 baris. Cabang-cabang sering kali mempunyai susunan dorsiventral. Dari 4
baris daun itu yang dua baris terdiri atas daun-daun yang lebih besar dan
tersusun kesamping, yang dua baris lagi terdiri atas daun-daun yang lebih kecih
terdapat pada sisi atas cabang-cabang yang menghadap kemuka. Akar-akar yang
keluar dari bagianbagian batang yang tidak berdaun yang dinamakan pendukung
akar. Pada bagian bawah sisi atas daun terdapat suatu sisik yang dinamakan
lidah-lidah (ligula). Lidah-lidah tersebut merupakan alat penghisap air
(misalnya tetes air hujan), dan sering kali dengan perantaraa suatu trakeida
mempunyai hubungan dengan berkas-berkas pembuluh pengangkutan.
Selaginella
bersifat heterospor, protakliumnya sangat kecil, jadi telah mengalami reduksi
yang jauh. Rangkaian sporofil terminal,merupakan suatu bulir tunggal atau
bercabang,biasanya radial,jarang sekali drsiventral. Sporangium itu
menghasilkan mikro dan makrospora, akan tetapi keduaduanya ditemukan dalam satu
rangkaian sporofil. Dalam makrosporangium sel-sel induk spora yang terbentuk
semua mati,kecuali satu yang akhirnya dengan pembelahan reduksi menghasilkan 4
spora yang dindingnya penjol-penjol. Mikrosporangium pipih,di dalamnya banyak
terkandung mikrospora.
Dinding
sporangium terdiri atas 3 lapis sel,yang paling dalam merupakan tapetum yang berguna
untuk memberi makanan kepada spora. Dinding sel-sel tapetum tidak terlarut.
Sporangium membuka dengan suatu mekanisme kohesi, dan membukanya sporangium
spora terlempar keluar.
Spora
selagi masih berada dalam sporangium telah memulai perkembangannya untuk
membentuk protalium. Mula-mula spora membelah menjadi suatu sel kecil berbentuk
lensa dan satu sel yang lebih besar. Sel yang lebih besar berturut-turut mengadakan
pembelahan,sehingga menghasilkan 8 sel dinding yang steril,dan 2 atau 4 sel
yang di pusat. Sel kecil berbentuk lensa bersifat vegetatif dan dinamakan sel
rizoid. Sel-sel yang merupakan dinding anteridium lalu terlarut dindingnya
menjadi suatu lapisan lendir yang di dalamnya terdapat spermatozoid. Seluruh
protalim jantan sampai stadium itu tetap berada dalam kulit mikrospora, tetapi
akhirnya kulit itu pecah, sel-sel anteridium menjadi bebas , dan keluarlah
spermatozoid berbentuk gada yang sedikit bengkok.
Inti
spora membelah secar bebas menjadi banyak,yang lalu tersebar dal plasma pada
bagian atas spora. Baru kemudian mulai terbentuk dinding-dinding sel yang
meluas kebawah, sehingga akhirnya seluruh spora terisi dengan sel-sel
protalium. Akhirnya dinding makrospora pecah,dan protalium yang terdiri atas sel-sel
kecil dan tidak berwarna tersebut keluar dan membentuk 3 rizoid pad 3 tempat.
Setelah satu atau beberapa arkegonium dibuahi,mulailah perkembangan embrio yang
biasanya bersifat endoskopis. Untuk membebaskan diri dari protalium, embroi
yang endoskopik itu membelok seperti pada Lycopodium.
Bangsa
ini hanya terdiri atas satu suku Selaginellaceae, dan satu marga Selaginella.
Di Indonesia antara lain kita dapati Selaginella caudata, S. plana, S.
wildenowii.
Bangsa Lepidodendrales
Bangsa
ini sekarang telah punah. Tumbuhan ini mencapai puncak perkembangannya dalam zaman
Devon,Karbon,dan Perm. Dalam zaman tersebut warga Lepidodendrales telah
berbentuk pohon-pohon yang mencapai tinggi sampai 30 meter dengan garis tengah
batang sampai 2 meter. Daun-daunnya bangun jarum atau bangun garis, mempunyai
lidah-lidah,terdapat berkas pengangkut yang sederhana dan jarang sekali
memperlihatkan percabangan menggarpu. Defrensiasi dalam jaringan tiang belum
nampak. Dari sisa-sisa pohon-pohon itulah sekarang digali batu bara.
Batang
tumbuhan itu telah memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada batang telah
terdapat pula meristem bermacam kambium gabus,yang kearah dalam menghasilkan
banyak selsel gelam. Lepidodendron hampir 90% penampang melintang batang
terdiri atas gelam.Pohon yang miskin akan bagian kayu ini mempunyai alat-alat
yang tumbuh mendatar tidak jauh dari permukaan tanah, bersifat seperti rimpang.
Organ ini mengadakan pertumbuhan menebal sekunder dan disebut pendukung akar,
atau stigmarium. Permukaannya penuh dengan berkas-berkas akar,karena akar-akar yang
tumbuh dari stigmarium itu kemudian terputus dari stigmarium tadi.
Bangsa
ini dibedakan dalam beberapa suku, yaitu :
- Suku Sigillariaceae, batangnya penuh dengan berkas-berkas daun yang berupa bantalan berbentuk segi enam dan tersusun berderet-deret menurut poros bujur batang. Daun mencapai panjang 1 m, lebarnya hanya 1 cm, mempunyai satu tulang daun, tersusun pada ujung batang yang bercabang-cabang menggarpu atau tidak lagi bercabang-cabang. Pada bagian bawah tajuk pohon tampak bergantung kumpulan sporofil berbentuk kerucut yang besar-besar.Contoh :, S Sigillaria elegans. S. micaudi.
- Suku Lepidodendaceae, daun-daun panjangnya sampai beberapa dm, tersusunMenurut garis spiral dan duduk diatas bantalan-bantalan berbentuk belah ketupat. Batangnya memperlihatkan lebih banyak percabangan dikotom, pada ujung cabang-cabang terdapat kerucut-kerucut sporofil. Berkas pengangkut primer masih berupa suatu protostele dan bagi yang lebih tinggi berupa sifonostele. Pada Sigillariaceae malahan telah terdapat jari-jari empelur.Dalam maqkrosporangium sering hanya terdapat satu makrospora yang tebalnya dapat mencapai 5 mm. Pada Lepidostrobus major spora untuk sebagian berlekatan dengan dinding sporangium, pembentukkan protalium berlangsung didalam sporangium itu. Protaloiumnya menyerupai protalium Selaginellales.Contoh : Lepidodendron vasculare, L. aculeatum, Lepidostobus major.
Lepidospermae
merupakan suatu kelompok warga Lepidondrales yang berbeda dengan warga tumbuhan
paku lainnya, karena telah mempunyai biji. Makrosporofil menjadi suatu selubung
( integument ) sporangium, tetapi pada ujungnya terbuka, sehingga dapat
menangkap mikrospora yang berhamburan, dan dengan cara-cara yang belum
diketahui akhirnya akan terjadi pembuahan. Organ tersebut tetap pada tumbuhan
induknya dan berkembang menjadi biji. Pada pembentukan kulit biji tidak hanya
dinding sporangium saja ikut mengambil bagian, tetapai juga sporofil
(integument).
Karena
makrosporofil tersusun dalam badan-badan berbentuk seperti kerucut, terjadilah
kerucutkerucut yang mengandung biji seperti pada Gymnospermae. Dari golongan
ini sebagai contoh adalah Lepidocarpon
lomaxi, L. westfalium, Miadesmia membranacea.
Tumbuhan
yang tergolong bangsa ini berupa terna, sebagian hidup tenggelam dalam air, sebagian
hidup pada tanah yang basah. Batang seperti umbi dan memperlihatkan pertumbuhan
membesar sekuder biasa. Dari batang keluar suatu rozet, daun pada pangkalnya
melebar, mempunyai mesofil sederhana, dan pada sisi atas memiliki suatu
cekungan yang dinamakan foveum. Daun-daun kebanyakan adalah sporofil dengan
satu sporangium dalam foveum.Hanya daun-daun yang letaknya paling dalam yang
steril. Antara sporofil dan daun biasa tidak terdapat perbedaan bentuk. Diatas foveum
terdapat lidah-lidah berupa selaput berbentuk segitiga dengan pangkal yang
terbenam. Ligula berfungsi sebagai alat penghisap air dan zat-zat makanan.
Daun-daun
yang tersusun dibagian luar rozet berupa makrisporofil dengan makrosporangium yang
menghasilkan banyak mmakrospora berbentuk bulat atau tetraeder. Daun yang
letaknya lebih dalam merupkan mikrosporofil dengan mikrosporangium yang menghasilkan
mikrospora berbentuk jorong dan agak pipih pada salah satu sisinya. Di dalam
sporangium terdapat jaringan-jaringan steril yang dinamakan trabekula. Dinding
sporangium terdiri atas beberapa lapis tapetum.
Protalium
yang berumah dua itu sangat kecil dan terbentuk di dalam spora. Protalium jantan
hanya menghasilkan 4 spermatozod berbentuk spiral dan pada ujung muka terdapat
suatu berkas bulu-bulu cambuk. Pada tempat robeknya dinding spora,protalium
membentuk arkegonium.
Zigot dengan dua dinding yang tegak lurus satu
sama lain membelah menjadi empat kuadran,dua diantaranya membentuk ujung tunas
dan daun beserta ligulanya, dan yang dua lainnya menjadi akar dan haustorium,
suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula endoskopoik, tetapi sedikit demi sedikit
embrio itu berputar, hingga mencapai kedudukan yang eksoskopik.
Isoetales
dianggap berasal dari Lycopodiinae yang telah mengalami reduksi. Semula tumbuh-tumbuhan
ini pun lebih besar. Dalam zaman Perm, Pleuromeia telah mencapai tinggi 2 m dengan
batang setebal lengan. Kemungkinan besar Sigillariaceae merupakan nenek moyang Isoetales,
tetapi mungkin juga Lepidodendrales. Isoetales hanya terdiri dari satu suku
saja yaitu Isoetaceae. Contohnya adalah Isoetes
lacustris, I. echinasporum, I. duvieri.
Tags
Tumbuhan