Pteridhophyta
Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda). Warga kelas ini yang sekarang masih hidup
umumnya berupa terna yang menyukai tempat tempat lembab. Batangnya kebanyakan
bercabang-cabang berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas.
Daun-daun kecil, seperti selaput dan tersusun berkarang, sporofil selalu
berbeda dari daun biasa. Sporofil biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium
pada sisi bawahnya, dan semua sporofil tersusun merupakan suatu badan berbentuk
gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang. Protalium berwarna hijau dan
berkembang di luar spora. Equisetinae dibedakan dalam beberapa bangsa.
Bangsa Equisetales
Bangsa
ini hanya terdiri dari suku Eqisetaceae dan satu marga Equisetum dengan 25
jenis saja. Tumbuh sebagian di darat, sebagian di rawa-rawa. Memiliki semacam
rimpang yang merayap, dengan cabang yang berdiri tegak. Pada buku-buku batang
terdapat suatu karangan daun serupa selaput atau sisik, berbentuk runcing,
mempunyai satu berkas pengangkut kecil. Karena daun amat kecil, batang dan
cabang-cabangnya yang mempunyai fungsi sebagai asimilator, tampak berwarna hijau
karena mengandung klorofil. Di antara warga Equisetales terdapat beberapa jenis
yang mempunyai semacam umbi untuk menghadapi kala yang buruk, ada pula yang
tetap berwarna hijau.
Sporofil
tersusun dalam rangkaian yang berseling, dan karena pendeknya ruas-ruas pendukung
sporofil, maka rangkaian sporofil terkumpul menyerupai suatu kerucut pada ujung
batang. Sporofil berbentuk perisai atau meja dengan satu kaki di tengah, dengan
beberapa sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawahnya.
Jaringan
sporogen mula-mula diliputi oleh dinding yang terdiri atas beberapa lapis sel. Seperti
biasanya, dinding sel-sel dalam (tupetum) terlarut, plasmanya merupakan
periplasmodium yang masuk di antara spora-spora, dan habis terpakai untuk
pembentrukan dinding spora. Jika spora telah masak, sporangium hanya mempunyai
dinding yang terdiri atas selapis sel saja. Sel-selnya mempunyai penebalan
berbentuk spiral atau cincin. Sporangium yang telah masak pecah menurut suatu
retak pada bagian dinding yang menghadap ke dalam. Retak itu terjadi karena
pengaruh kekutan kohesi air yang menguap dan berkerutnya dinding sel yang tipis
pada waktu mengering.
Spora
mempunyai dinding yang terdiri atas endo- dan eksosporium, dan di samping itu masih
mempunyai perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang paling luar
terdiri atas dua pita sejajar yang dalam keadaan basah membalut spora. Pita itu
ujungnya agak melebar seperti lidah . Jika spora menjadi kering, pita itu
terlepas dari gulungannya, akan tetepi kurang lebih di tengah-tengahnya tetap
melekat pada eksosporium. Dengan adanya pita yang memperlihatkan gerakan
higroskopik itu, pemencaran spora di permudah, dan itu kemungkinan adanya
beberapa spora yang selalu bergandeng-gandengan amatlah besar, dan bila spora
dan jatuh di tempat yang amatlah besar, dan bila spora dan jatuh di tempat
yang berdekatan, tentulah dalam perkembangan selanjutnya protalium akan berdekatan
pula dengan protalium
Pada
perkecambahan spora, rhizoid keluar dari bagian yang tidak menghadap sinar
matahari. Sel-sel lainnya berkembang terus menjadi bagian protalium yang berwarna
hijau. Protalium berupa talus yang bercabang-cabang, dapat berumah satu, tetapi
biasanya berumah dua. Anteridium terbenam dalam protalium • dan mengeluarkan
spermatozoid berbentuk sekrup dengan banyak bulu cambuk.
Zigot
mula-mula membelah menjadi dua sel, tetapi berlainan dengan Lycopodium, pada Equisetales
tidak terbentuk suspensor, melainkan kedua sel itu membelah-belah lagi. Embrio
pada Equisetales letaknya eksokopik, tunas mempunyai sel ujung bentuk piramid.
Bakal akar terletak di bagian samping sumbu panjangnya.
Beberapa
jenis tumbuhan ini mempunyai sebagian batang yang tetap steril dan banyak
bercabangcabang, dan cabang-cabang itu tersusun dalam karangan. Sel-sel epidermis
batang mengandung zat kersik pada dinding yang sebelah luar, oleh sebab itu abu
batang tumbuhan ini dapat digunakan sebagai penggosok.
Beberapa
contoh jenis paku ekor kuda yang masih hidup dan ditemukan di Indonesia, antara
lain Equisetum aeniie, E. ramosissunum. Di Eropa E. arvense, E. pratense.
Dari
bangsa ini ada suatu golongan yang sekarang telah punah yaitu suku
Calamitaceae. Warga suku ini banyak tumbuh dalam zaman Palaezoikum, teristimewa
dalam zaman Karbon. Jenis tumbuhan dari suku ini mempunyai habitus yang sangat
menyerupai paku ekor kuda sekarang, tetapi biasanya berbentuk pohon, jarang
sekali berupa terna. Di antara pohon-pohon itu ada yang mencapai tinggi 30 m,
dengan garis tengah batang 1 m dan cabang-cabang yang tersusun berkarang.
Batang
bersifat monopodial, sebagian gelam terdiri atas kulit mati (kerak).
Pertumbuhan menebal sekunder berlangsung dengan perantaraan kambium. Dalam
bagian kayu terdapat trakeida jala dan trakeida yang mempunyai noktah-noktah
halaman. Dalam bagian kayu terdapat saluran udara, sehingga batang bersifat
sepert pipa.
Adanya
saluran udara yang membujur dalam bagian kayu itu menyebabkan batang kurang
kuat dan mudah patah. Akar yang keluar dari buku-buku batang dan dari rimpang
juga mempunyai kambium. Warga suku ini paling tua adalah Asterocalomites,
mempunyai daun-daun kecil yang menggarpu. Biasanya daun-daun warga
Asterocalomites berupa daun tunggal, mempunyai satu tulang daun, berbentuk
lanset panjang dan tersusun berkarang. Daun-daun telah mencapai panjang sampai beberapa
cm dan telah mempunyai jaringan tiang sebagai jaringan asimilasinya.
Rangkaian
sporofil mempunyai susunan yang sama dengan Equisetum, tetapi pada Calamitaceae
terdapat daun-daun steril dan fertil berselang-selang. Di antara Calamitaceae
ada yang isopor, ada pula yang heterospor, spora tidak mempunyai haptera.
Dari
segi filogeni Calamitaceae dipandang lebih tua daripada Equisetaceae yang
selalu isopor, akan tetapi anggapan itu sukar diterima, padahal umumnya orang
beranggapan bahwa sifat heterospor adalah gejala yang lebih maju daripada sifat
isopor dan bukan sebaliknya. Contoh-contoh jenis tumbuhan yang tergolong dalam
suku Calamitaceae ialah Eucalamites multiramis, Calamostachys binneyana,
Asterophyllites longifolus.
Bangsa Sphenophyllales
Tumbuhan
dari bangsa ini hanya dikenal sebagai fosil dari zaman Palaezoikum. Daundaunnya
menggarpu atau berbentuk pasak dengan tulang-tulang yang bercabang menggarpu, tersusun
berkarang, dan tiap karangan biasanya terdiri dari 6 daun. Dari bangsa ini,
warga yang filogenetik merupakan tumbuhan tertua mempunyai daun-daun yang tidak
sama (heterofil).
Pada
warga Sphenophyllum terdapat daun-daun yang berbentuk pasak dan daun-daun kecil
yang sempit yang menggarpu. Tumbuhan ini banyak tersebar dalam zaman Devon
akhir sampai Perm, berupa terna yang rupa-rupanya dapat memanjat.Batangnya
mencapai tebal sejari, beruas-ruas panjang, bercabang-cabang, mempunyai satu
berkas pengangkut yang tidak berteras dan mempunyai kambium. Dalam bagian kayu
terdapat trakeida noktah halaman dan trakeida jala.
Rangkaian
sporofil menyerupai Equisetum, sebagian bersifat isopor sebagian heterospor. Contoh-contoh
Sphenophyllum cuneifolium, S. dawsoni,
S.fertile.
Bangsa Protoarticulatales
Warga
bangsa ini pun telah fosil. Tumbuhan itu telah mulai muncul di atas bumi pada pertengahan
zaman Devon. Di antaranya yang paling terkenal adalah anggota marga Rhynia,
berupa semak-semak kecil yang bercabang-cabang menggarpu, daun-daunnya tersusun
berkarang tidak beraturan. Helaian daun sempit, berbagi menggarpu. Sporofil
tersusun dalam suatu bulir, tetapi sporofil itu belum berbentuk perisai,
melainkan masih bercabang-cabang menggarpu tidak beraturan dengan sporangium
yang bergantungan. Bangsa Protoarticulatales mencakup suku Rhyniaceae, yang
anggota-anggotanya dipandang sebagai nenek moyang Sphenphyllaceae dan
Calamitaceae.Contoh
Rhynia elegans.
Equisetinae mencapai puncak perkembangannya dalam zaman
Palaezoikum, yang hampir semuanya kemudian punah kecuali marga Equisetum yang
masih kita kenal sampai sekarang. Jenisjenis tumbuhan dari marga Equisetum yang
sekarang ada merupakan sisa dari warga Equisetum yang dahulu lebih banyak dan
lebih meluas.
Dalam
Mesozoikum dulu hidup jenis-jenis Equisetum yang telah memperlihatkan pertumbuhan
menebal sekunder(mempunyai kambium). Beberapa golongan yang telah punah itu (Sphenophyllaceae,
Calamitaceae), kebanyakan bersifat heterospor, akan tetapi belum pernah ada warga
Equisetinae yang mencapai tingkat perkembangan sampai dapat menghasilkan biji
seperti Lepidospermae. Nenek moyang Equisetinae mungkin sekali tumbuhan yang
tergolong dalam Psilophytinae. Jadi Equisetinae dan Lycopodinae dapat sisamakan
dengan dua cabang dengan perkembangan yang sejajar, keduanya berasal dari
Psilophytinae, tetapi berbeda mikrofilnya.
Tags
Tumbuhan