Prinsip-prinsip klasifikasi dan nomenklatur zoologi invertebrata dalam ilmu biologi. Zologi
(Yunani, Zoon = hewan + logos = ilmu) merupakan cabang biologi yang khusus mempelajari
tentang hewan tidak bertulang belakang . Karena biologi itu sendiri merupakan
bagian dari sains, maka dalam prkembangannya atau pemecahan masalah-masalah
zoologi senantiasa menggunakan metode ilmiah.
Sebagaimana
juga tumbuhan, klasifikasi pada invertebrata pun mengalami berbagai masalah. Oleh
karena itu bentuk dan cara pengklasifikasian invertebrata belum dapat
ditentukan secara tegas dan pasti, baik ditinjau dari sudut pengelompokannya
maupun dari sudut kesempurnaan hewannya itu sendiri.
Sejak
zaman Aristoteles pengelompokan hewan di alam ini telah mengalami beberapa kali
perubahan, bahkan pengelompokan ke dalam katagori takson filum pun berbeda-beda
sesuai dengan dasar atau kriteria pengelompokan yang digunakan oleh masing-masing
ahli. Sebagai contoh: pada awalnya kita hanya mengenal 7 filum yang termasuk ke
dalam invertebrata, yaitu
- Protozoa
- Porifera
- Coelenterata
- Vermes
- Mollusca
- Echinodermata
- Arthropoda
Sejalan
dengan perkembangannya yang dilakukan melalui observasi dan penelitian, para
ahli sepakat bahwa filum Vermes yang semula membawahi 3 kelas (classis) yaitu
Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Annelida sudah tidak cocok lagi karena
masing-masing kelas tersebut 2memiliki karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, baik dilihat dari habitat, struktur, maupun fisiologinya.
Oleh karena itu kedudukan katagori takson kelas berubah menjadi filum dan
Vermes tidak digunakan lagi. Dengan demikian sekarang ini kita mengenal 9 filum
invertebrata, yaitu:
- Protozoa
- Porifera
- Coelenterata
- Platyhelminthes
- Nemathelminthes
- Annelida
- Mollusca
- Echinodermata
- Arthropoda
Dilihat
dari susunan filum tersebut, berdasarkan struktur tubuhnya para ahli menetapkan
bahwa Protozoa merupakan filum yang paling rendah derajatnya dibandingkan
dengan filum-filum berikutnya, filum Porifera/Sponge dianggap lebih tinggi dari
Protozoa akan tetapi lebih rendah dari Coelenterata, demikian seterusnya. Namun
pada saat ini, dasar penyusunan tinggi rendahnya tingkat filum tersebut telah
mengalami perkembangan, ada yang didasarkan pada fisiologi yang mencakup: respirasi;
ekskresi; nutrisi; sistem saraf; sistem peredaran darah, dan reproduksi), filogenetik
(kekerabatan), susunan kimia tubuh, dan coelomnya.
Berdasarkan
susunan kimia tubuh dan coelomnya, para ahli menetapkan bahwa Echinodermata dianggap
paling tinggi derajatnya di antara invertebrata karena susunan kimia penyusun
tubuh echinodermata paling lengkap dibandingkan dengan invertebrata lainnya,
bahkan hampir sama dengan susunan kimia tubuh yang dimiliki Chordata. Berdasarkan
filogenetiknya Annelida dianggap memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan
Arthropoda sehingga dalam urutannya Annelida senantiasa berdekatan Arthropoda.
Demikian
pula dengan fisiologi yang dimiliki oleh setiap filum, semakin lengkap
fisiologinya semakin tinggi derajatnya. Namun yang menjadi masalah bagi para
ahli adalah tidak adanya keteraturan di antara dasar pengelompkan yang
digunakannya. Misalkan saja, tidak seluruh filum yang memiliki susunan kimia
tubuh lebih lengkap, memiliki struktur tubuh yang lebih lengkap pula dibandingkan
dengan filum-filum yang dianggap derajatnya lebih rendah, sebagai contoh:
struktur tubuh Echinodermata tidak lebih baik dibandingkan dengan Arthropoda
atau Mollusca, dll.
Tags
Zoologi Invertebrata