Pengertian gangguan pertumbuhan (Growth
Faltering) adalah ketidakmampuan anak untuk mencapai berat badan dan tinggi
badan (BB/TB) sesuai dengan jalur pertumbuhan normalnya. Growth Faltering merupakan
kejadian yang sangat umum terjadi pada anak umur 0-6 bulan, dengan tanda
goncangan pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan massa tubuh maupun pertumbuhan
linier, yang kedua – duanya menjurus ke arah penurunan grafik bila dibandingkan
dengan rujukan tertentu. Anak yang dua kali penimbangan berturut – turut tidak
bertambah berat badannya merupakan peringatan kepada ibu untuk segera mengambil
tindakan pencegahan agar BB anak tidak berlanjut menurun.
Anak yang tidak sehat menurut kurva
pertumbuhan pada KMS balita adalah jika berat badannya berada pada pita warna
kuning, di bawah pita warna hijau atau berat badan anak berkurang / turun /
tetap dibandingkan dengan bulan lalu, ditandai dengan berpindah ke pita warna
di bawahnya, juga jika berada di bawah garis merah ( Narendra, 2002 ).
Gangguan pertumbuhan meliputi gangguan
pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan
berat badan menggunakan KMS(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah
untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila
grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas
atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau
kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang
penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran
lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal.
Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita
hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari
normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun
hanya merupakan variasi normal. Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan
pendengaran juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang
lebih berat. Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara
lain adalah maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling,
nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik,
glaukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003).
Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan
menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2000), tuli
pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor
prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama
kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah
infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.