Belajar
dari kisah nyata: selama 17 tahun menggendong suami ataupun kisah orang-orang
disekitar kita, akan membuat kita bijak dan menginspirasi kita untuk senantiasa
melakukan perbaikan-perbaikan dalam kehidupan rumah tangga. Setia pada pasangan
yang telah dianugerahkan-Nya dalam hidup kita, dan merawat kesetian itu hingga
mau memisahkan. So, mungkin pembaca pernah membaca atau mendengar kisah ini,
tidak ada salahnya saya tuliskan untuk mereviewnya kembali agar bisa menjadi
bahan pelajaran bagi kita terutama yang sudah berumah tangga ataupun yang mau
akan berumah tangga.
***********************
Seorang
istri berjuang membantu suaminya seorang guru yang lumpuh dengan cara
menggendong menuju tempat mengajar selama lebih dari 17 tahun Du Chanyun adalah
seorang guru di kampung Dakou kota Liushan, tepatnya di pedalaman pegunungan
Tuniu. Chanyun adalah tumpuan harapan dari 500 KK yang tersebar di kampung
Dakou.
Tahun
1981, setelah lulus SMA, ketika itu usianya 19 tahun, Chanyun memutuskan
menjadi seorang guru SD di kampung Dakou. Pria asal kampung Nancao, Provinsi
Henan ini adalah seorang guru yang gigih. Selama sepuluh tahun, setiap bulan
dia hanya memperoleh gaji guru sebesar 6.5 Yuan Renmibi (sekitar Rp. 7.000).
Suatu
hari, di tahun 1990, bencana datang menimpanya. Saat itu adalah musim panas.
Hujan badai membasahi ruangan kelas sekolahnya. Biasanya, di liburan musim
panas, orang-orang di kampung itu mengumpulkan uang untuk memperbaiki sekolah,
Du Chanyun begitu bersemangat bekerja, kehujanan pun tetap kerja memindahkan
batu, seluruh badan basah kuyup.
Akhirnya
pada suatu hari, dia jatuh sakit, sakit berat karena kehujanan dan capek.
Sayangnya, setelah sembuh ia mendapatkan tubuhnya dia sudah tidak mampu dibuat
berdiri lagi. Tubuh sisi kirinya tidak dapat digerakkan. Meski begitu, ia
khawatir, mengajar akan menjadi sebuah mimpi yang jauh baginya.
Istrinya,
Li Zhengjie merasakan isi hati sang suami. Untuk menentramkannya, Li
mengatakan, “Kamu jangan kuatir, kamu tidak bisa jalan, sampai panggung pun
saya akan menggendongmu,” demikian ujar wanita dari kampung yang buta huruf
ini.
Menopang Suami
Tak
urung, Li memikul tanggung jawab keluarga. Setiap hari, ia harus menggendong
suaminya menjadi seorang guru dari rumah sampai sekolah yang jaraknya 6 mil.
Sejak 1 September 1990, jadwal hidup Li seperti ini. Setiap hari mulai
pagi-pagi, Li Zhengjie bangun menanak nasi, membangunkan 4 anggota keluarganya
dan menyiapkan mereka makanan. Setelah makan, ia harus menggendong suaminya
berangkat mengajar.
Di
sepanjang jalan, Li meraba, merangkak jatuh bangun sampai tiba di sekolah. Di
sekolah, Li menempatkan suaminya di kursi lalu menitip pesan ke beberapa murid
yang agak besar lantas bergesa-gesa pulang. Maklum, di rumah masih ada sawah
yang menunggunya untuk dikerjakan. Sejak memikul tanggung jawab mengendong
suaminya, ada dua hal yang paling dia takuti adalah musim panas dan musim
dingin.
Rumah
Du Chanyun berada pada Barat Selatan sekolah, walaupun jarak dari rumahnya ke
sekolah hanya 3 mil, namun tidak ada jalan lain, selain dari jalan tikus,
dengan batu-batuan yang berserakan, ranting-ranting pohon, sungai kecil.
Hampir Terpeleset ke Sungai
Pada
suatu hari di musim panas, saat itu, baru saja turun hujan lebat, Li Zhengjie
seperti hari biasa menggendong suaminya berangkat. Air sungai saat itu melimpah
menutup batu injakkan kakinya. Li Zhengjie sudah hati-hati meraba-raba batu
pijakan, namun tidak disangka ia tergelincir. Arus sungai yang deras
menghanyutkan mereka sampai 10 meter lebih.
Untung
tertahan oleh ranting pohon yang melintang di hulu sungai. Setelah lebih kurang
setengah jam, ayahnya yang merasa khawatir akhirnya datang mencari, mereka
ditarik, anak dan menantunya baru berhasil diselamatkan. Li lolos dari ancaman
maut.
Dalam
beberapa tahun ini, Li Zhengjie terus menggendong suaminya. Entah sudah berapa
kali ia jatuh bangun. Pernah suaminya jatuh di posisi bawah. Kadang-kadang Li
Zhengjie jatuh di posisi bawah. Suatu hari Li Zhengjie punya akal, setiap jatuh
dia berusaha duluan menjatuhkan tubuhnya yang kekar menahan batu yang
mengganjal. Li Zhengjie telah berjuang membantu suaminya siang dan malam. Ia
bekerja keras dan capek. Sang suami, melihat dengan jelas perjuangan istrinya itu.
Hati Du Chanyun merasa iba.
Sang Suami Menggugat Cerai
Pada
tahun 1993, Du Chanyun memulai rencana buruk agar sang istri meninggalkannya.Ia
tak ingin sang istri menderita. Untuk mencapai tujuan ini, dia mengubah
karakternya, sengaja ia mencari gara-gara untuk bertengkar. Du Chanyun, mulai
memakinya. Tentu saja Li Zhengjie merasa tertekan. Setelah 2 kali ribut besar,
mereka sungguh-sungguh akan bercerai.
Di
hari perceraian yang ditunggu, Li Zhengjie menggendong suaminya naik sepeda. Ia
sangat berhati-hati mendorong suaminya ke kelurahan setempat. Semua orang
sangat mengenal sepasang suami-istri yang dikenal akrab ini. Begitu melihat
tampang keduanya, semua orang makin gembira.
“Saya
tidak pernah melihat wanita menggendong suaminya ke lurah minta cerai, kalian
pulang saja,” ujar pihak kelurahan. Setelah keributan minta perceraian tenang
kembali, Li Zhengjie hanya mengucapkan sepatah kata pada suaminya.
“Walaupun
nanti kamu tidak bisa bangun lagi, saya juga akan menggendong kamu sampai tua.”
Tidak Pernah Sekalipun Bolos
Mengajar
Kondisi
di sekolah tempat Du Chanyun mengajar sangat parah. Meski demikian, kedua
pasang suami istri bisa memberikan pendidikan yang baik buat anak-anak. Di
sekolah itu, pendidikan sangat kurang baik. Tidak ada alat musik dan tidak ada
poliklinik. Namun Du Guangyun menggunakan daun membuat irama musik buat
anak-anak. Li Zhengjie naik ke gunung mencari obat ramuan, pada musim panas dia
memasak obat pendingin buat anak-anak, pada musim dingin masak obat anti flu
buat anak-anak.
Di
bawah bantuan istri, dalam 17 tahun, hari demi hari, tidak terhalangi oleh
angin hujan, tidak pernah bolos satu kali pun. Suatu hal yang menggembirakan,
data yang terkumpul dari kepala sekolah tentang hasil ujian negeri bulan April,
tingkat siswa yang lulus dari sekolah SD tersebut mencapai 100 %. Tahun lalu
ketika ujian masuk perguruan tinggi, ada 4 orang siswa yang dulu pernah diajari
dia masuk ke perguruan tinggi, tahun ini ada 4 lagi yang lulus masuk masuk
spesialis.
Kini,
setiap hari raya Imlek, murid-muridnya sengaja pulang ke kampung menjenguk
bapak dan ibu gurunya, masalah tersebut menjadi peristiwa yang sangat
menggembirakan bagi sepasang suami istri guru ini.