Ada beberapa jenis-jenis alergi dan
penyebabnya. Peristiwa alergi dapat diidap oleh semua orang, tergantung pada
sistem imun orang yang bersangkutan. Sehingga sangat penting untuk mengetahui
jenis-jenis alergi dan faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan alergi
tersebut.
Di bawah ini dijelaskan beberapa jenis-jenis
alegi dan penyebabnya:
Alergi jamur
Yang dimaksudkan disini adalah alergi kapang.
Peranan jamur dalam alergi pada waktu ini telah banyak diketahui. Jamur dapat
tumbuh ditempat lembab yang mengandung sedikit sumber karbon dan beberapa bahan
kimia. Pada umumnya Alternaria dan Hormodendrum (Cladosporium) merupakan jamur
terpenting yang ditemukan dalam udara.
Gejala alergi jamur berupa batuk kering dan
tidak beriak terutama malam hari, disusul dengan sesak napas, bunyi (mengi).
Alergi jamur mungkin dapat diketahui dari riwayat penyakit. Cara mengobati
alergi jamur sama pada alergi lain.
Alergi Rinitis (Radang
Hidung)
Alergi Rinitis adalah peradangan rongga
hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi. Sering terjadi pada semua umur, yang
disebabkan oleh faktor keturunan. Orang yang sering terserang menyebabkan bersin-bersin.
Alergi hidung secara garis besar digolongkan menjadi dua grup, yaitu
terus-menerus dan musiman. Alergi yang terus menerus disebabkan oleh kontak
dengan alergen secara terus menerus seperti debu dan tungau (kutu mikroskopik),
jamur dan bulu binatang. Alergi jenis ini yang musiman juga disebut sebagai
demam rumput kering (hay fever), disebabkan serbuk sari yang terbang musiman.
Kejadian alergi musiman akan timbul disaat musim serbuk sari
berkembang.Gejalanya, Bersin-bersin, hidung berair, pilek dan pada beberapa
kasus dapat menyebabkan mata merah dan berair. Penyebabnya, Rangsangan terhadap
debu, serbuk, asap rokok, parfum, rambut, bulu binatang, jenis binatang, jenis
makanan tertentu dan perubahan udara maupun cuaca. Reaksinya timbul peradangan
dan pengeluaran cairan yang berlebihan baik pada hidung maupun mata.
Alergi Kulit/Radang kulit
(Eksema/ Dermatitis)
Eksema adalah suatu reaksi alergi berupa
gatal ruam pada kulit, juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini
tidak menular, tetapi cenderung diturunkan dalam keluarga. Gejalanya, Kumpulan
lepuhan berwarna merah diatas kulit, kemudian pecah dan mengeluarkan cairan
yang gatal. Bila cairan itu mengering, menyebabkan kulit bersisik dan sangat
gatal sekali. Penyebabnya, Alergi pada
kulit sangat rentan yang mungkin dicetuskan oleh bahan/senyawa mulai dari
kosmetik, detergen, sabun mandi, perhiasan imitasi , kain yang kasar dan
pakaian yang lembab atau yang terlalu ketat yang dapat menimbulkan gatal atau
makanan tertentu.
Alergi pollen
Pollen atau tepung sari adalah sel benih
jantan tanaman yang berbunga seperti rumput, gulma dan pohon. Bentuk pollen
adalah bundar dengan ukuran kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Gejala alergi pollen: Pollen dapat
menimbulkan konjungtivitis serta riritis atau asma pada penderita yang
menghirupnya. Alergi pollen biasanya mulai timbul pada usia anak dan dewasa
muda. Gejala rinitis timbul setelah alergen masuk hidung.
Ada 3 cara pengobatan alergi pollen yaitu
menghindari alergen, pemberian obat-obatan. Cara tersebut biasanya dapat
mengontrol gejala meskipun tidak menyembuhkan penyakit. Pemakaian alat
pendingin (AC) dan saringan udara (air filter) dapat mencegah pollen masuk
kedalam rumah. Selama musim pollen penderita hendaknya banyak tinggal dirumah
dan menghindari rangsangan. Bila tidak menolong diberikan obat jenis
anti-histamin melalui mulut.
Asma
Asma adalah peradangan saluran pernafasan
yang mengakibatkan kesulitan bernafas karena menyempitnya saluran udara
bronkial sehingga pasokan udara ke paru-paru menjadi kurang. Asma tidak selalu
disebut alergi, namun disebut sebagai gejala alergi yang disebabkan oleh
alergen yang terhirup. Gejala-gejala asma yang umum adalah nafas pendek, batuk,
nafas berbunyi dan dada sesak.
Alergi mata atau alergi
Konjungtivitis
Alergi ini disebabkan oleh peradangan selaput
yang meliputi bola mata dan struktur dibawah bola mata. Ada 5 gejala umum dari
alergi konjungtivitis yaitu, bertambahnya produksi airmata, putih mata menjadi
merah begitu juga bagian dalam kelopak mata, mata menjadi gatal, pandangan
kabur dan pembengkakan kelopak mata atau sekitarnya.
Alergi makanan
Alergi makanan lebih sering terjadi pada
anak-anak daripada orang dewasa. Alergi makanan biasanya terjadi pada
orang-orang yang mempunyai keturunan alergi dalam keluarganya. Orang-orang
seperti ini juga memiliki kemungkinan besar terserang asma serta alergi
lainnya. Penyebabnya, hampir setiap jenis makanan, memiliki potensi untuk
menimbulkan reaksi alergi. Sifat fisikokimia yang berperan dalam alergenisitas
masih belum banyak diketahui. Alergen dalam makanan, terutama berupa protein
yang terdapat di dalamnya. Beberapa makanan seperti susu sapi, telur, dan
kacang mengandung beberapa protein dan allergen sekaligus. Namun demikian tidak semua protein dalam makan tersebut
mampu menginduksi produksi IgE. Penyebab yang paling sering pada alergi makanan
pada orang dewasa adalah kacang-kacangan, ikan, dan kerang sedangkan penyebab
yang paling sering alergi makanan pada anak adalah susu, telur,
kacang-kacangan, ikan, dan gandum. Sebagian besar alergi makanan akan
menghilang setelah pasien menghindari makanan tersebut dan kemudian melakukan
cara eliminasi makanan, kecuali alergi terhadap kacang-kacangan, ikan dan
kerang cenderung menetap atau menghilang setelah jangka waktu yang sangat lama.
Alergi obat.
Banyak resep dan obat-obatan nonprescription
dapat menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi terhadap obat ini sangat umum
dan kadangkala tak terduga.
Alergi terhadap kosmetik,
Seperti kuku buatan, ekstensi rambut, dan
tato henna. Alergi musiman muncul pada waktu yang sama setiap tahun dan
disebabkan oleh paparan terhadap serbuk sari dari pohon, rumput, atau gulma.
Alergi pada orang Alergik
dengan antibody IgE yang berlebihan
Beberapa orang mempunyai kecenderungan
“alergik”. Alergi semacam ini disebut alergi atopic karena disebabkan oleh
respon sistem imun yang tidak lazim. Kecenderungan alergi ini diturunkan secara
genetis dari orang tua ke anak , dan ditandai dengan adanya sejumlah besar
antibody IgE dalam darah. Antibodi ini disebut reagin atau anytibodi
tersensitisasi untuk membedakannya dengan antibody IgE yang lebih umum . Bila
suatu allergen ( yang didefinisikan
sebagai suatu antigen yang bereaksi secara spesifik dengan antibody regain IgE
tipe spesifik) memasuki tubuh, maka terjadi reaksi allergen-reagin, dan
kemudian terjadi reaksi alergi.
Sifat khusus antibody IgE (reagin) adalah
adanya kecenderungan yang kuat untuk melekat pada sel mast dan basofil.
Sesungguhnya , satu sel mast atau basofil dapat mengikat sampai setengah juta
molekul antibody IgE. Bila suatu antigen (allergen) yang mempunyai banyak
tempat ikatan kemudian berikatan dengan beberapa antibody IgE yang melekat pada
sel mast atau basofil, maka ini akan menyebabkan perubahan segera pada sel mast
atau basofil , mungkin disebabkan oleh efek fisik dari molekul antibody yang
dapat merubah membran sel. Padasetiap saat, banyak sel mast dan basofil yang
ruptur; ada juga yang segera melepaskan substansi khusus seperti histamine, protease, substansi anafilaksis
yang bereaksi lambat ( yang merupakan campuran leukotrien-leukotrien toksik),
substansi kemotaktik eosinofil, substansi kemotaktik netrofil, heparin, dan
faktor pengaktif trombosit. Substansi-substansi ini menyebabkan beberapa efek
seperti dilatasi pembuluh darah setempat; penarikan eosinofil dan netrofil
menuju tempat yang reaktif; peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya
cairan ke dalam jaringan; dan kontraksi sel otot polos local. Karena itu, dapat
terjadi berbagai respon jaringan, tergantung pada macam jaringan tempat reaksi
allergen-reagin terjadi. Bermacam-macam reaksi alergi yang disebabkan oleh pola
ini adalah sebagai berikut.
Anafilaksis. Bila suatu alergen spesifik
disuntik secara langsung kedalam sirkulasi , maka alergen tersebut dapat bereaksi dengan basofil dalam
darah dan sel mast pada jaringan yang terletak tepat diluar pembuluh darah
kecil jika basofil dan sel mast tersebut telah disensitisasi oleh pelekatan
reagen IgE. Oleh karena itu terjadalih reksi aleri yang luas diseluruh sistem
pembuluh darah dan jaringan yang berkaitan erat. Hal ini di sebut anafilaksis.
Histamin yang di lepaskan ke dalam
sirkulasi akan menimbulkan vaso dilatasi di seluruh tubuh dan peningkatan
permeabilitas kapiler, sehingga mengakibatkan kehilangan banyak plasma di
sirkulasi. Orang yang mengalami reaksi ini, dalam waktu beberapa menit akan
meninggal akibat syok sirkulasi, kecuali diobati dengan pemberian efinefrin
untuk melawan pengaruh histamine
Basofil dan sel mast yang teraktifasi juga
melepaskan suatu campuran leukotrien yang disebut substansi anafilaksis
bereaksi lambat. Leukotrien-leukotrien ini dapat menyebabkan spasme otot polos
bronkiolus sehingga menimbulkan serangan seperti asma dan kadang-kadang menimbulkan
kematian akibat lemas.
Urtikaria. urtikaria timbul akibat masuknya
antigen ke area kulit yang spesifik yang menimbulkan reaksi setempat yang mirip
yang mirip dengan reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan
menimbulkan: (1) vasodilatasi yang meningkatkannya red flare kemerahan dan (2)
peningkatan permebilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit
kemudian akan terjadi pembengkakan
stempat yang berbatas jelas. Pembengkakan ini umumnya disebut urtikaria.
Obat antihistamin sebelum seseorang terpajan akan mencegah timbulnya uritkaria
Hay fever . Pada hay fever, reaksi alergen –reagen terjadi di dalam
hidung. Histamin yang di lepaskan sebagai respon terhadap reaksi, menimbulkan
dilatasi pembuluh darah intra nasal stempat, sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler. Kedua efek ini
menimbulkan kebocoran cairan yang cepat kedalam rongga hidung dan kedalam
jaringan hidung yang lebih dalam : dan saluran hidung enjadi bengkak dan penuh
dengan secret. Sekali lagi, penggunaan obat anti histamin dapat menghindari
pembengkakan. Tetapi produk reaksi alergen- reagin yang lain tetap dapat.
Menyebabkan iritasi pada hidung, sehingga menimbulkan syndrom bersim yang khas.
Asma. Asma sering terjadi pada seseorang yang
alergen. Pada orang seperti ini, reaksi alergen reagen terjadi di dalam
bronkiolus paru. Di tempat ini, produk paling penting yang di lepaskan dari sel
mast tampaknya adalah substansi anafilaksi berakis lambat, yang minimbulkan
spasme otot polos bronkiolus. Akibatnya, orang tersebut mengalami kesukaran
bernapas sampai produk reaktif dari reaksi alergik di hilangkan. Pemberian anti
histamin memberi efek yang sedikit saja terhadap perjalanan penyakit asma,
karena histamine bukanlah faktor utama yang menimbulkan reaksi asma.
Alergi debu
Kerentanan yang abnormal terhadap debu rumah.
Gejala yang sering ditemukan adalah rinitis:bersin-bersin, hidung gatal, berair
dan tersumbat, mata gatal dan berair yang sifatnya terus-menerus sepanjang
tahun, tidak tergantung pada musim. Debu rumah dapat pula menimbulkan jenis
alergi lain yaitu asma: napas bunyi (mengi), batuk dan sesak.
Cara pencegahan alergi debu. Dapat dilakukan
mengurangi dan menghilangkan gejala. Kamar tidur merupakan tempat utama yang
harus dibebaskan dari debu. Bantal dan kasur sebaiknya ditutupi plastik atau
kain khusus yang non alergi atau tidak tembus debu. Disamping tindakan-tindakan
tersebut orang dengan alergi debu harus menghindari semprotan (pewangi ruangan,
pembunuh serangga dll). Polusi udara yang timbul akibat bakaran sampah, debu
dan asap pabrik/industri mempermudah timbulnya gejala alergi.
Alergi Serangga
Banyak orang digigit serangga golongan Hymenoptera
(dengan sayap seperti selaput) seperti lebah, tawon dan semut tertentu (fireant
dan harvester ant). Pada sengatan lebah dan tawon, sejumlah bisa masul ke
badan. Di beberapa negara, jumlah orang yang meninggal akibat sengatan serangga
lebih banyak dibanding gigitan ular.
Alergi serangga yaitu reaksi yang berlebihan
terhadap serangga. Istilah yang lebih tepat ialah alergi sengatan serangga atau
alergi bisa serangga oleh karena alergennya bukan seluruh serangga tetapi
bisanya yang masuk ke dalam kulit.
Gejala
alergi serangga
Sengatan
serangga dapat menimbulkan berbagai reaksi:
- Reaksi Alergi. Reaksi setempat: Bengkak dengan kemerah-merahan pada tempat sengatan yang dapat menjalar pada anggota tubuh yang disengat.
- Reaksi sistemik ialah gejala yang tidak terbatas pada tempat yang disengat. Reaksi alergi yang terjadi dapat ringan, sedang dan berat. Ringan, bila terjadi rasa gatal dan bengkak di tempat sengatan untuk beberapa hari. Berat, bila gejala sedang disertai susah menelan dan napas sesak, susah bicara, dan perasaan bingung. Yang paling berat ialah syok, yang dapat terjadi dalam beberapa menit dan dapat meninggal kalau tidak diberikan pertolongan dengan cepat.
- Reaksi Toksik terjadi akibat puluhan sengatan atau lebih. Dalam waktu yang pendek, dapat membunuh seseorang karena banyak bisa masuk ke dalam badan. Reaksi toksik atau keracunan terjadi tanpa reaksi alergi.
Penanggulangan
sengatan serangga
- Pengobatan. Alat penyengat dan kantung bisa yang masih tertinggal di kulit harus dikeluarkan secepatnya dengan kuku atau ujung pisau. Kantung bisa hendaknya tidak ditekan atau dipijat untuk menghindari lebih banyak bisa masuk ke dalam badan. Sesudah penyengat dan kantung terangkat, kulit harus dicuci. Masuknya bisa ke dalam badan dapat diperlambat dengan kompres es. Kompres es dapat pula mengurangi rasa sakit dan bengkak. Suntikan adrenalin diberikan untuk mengurangi reaksi alergi dan mencegah syok. Antihistamin dalam jumlah 2 kali dari biasa, dapat mengurangi rasa gatal dan reaksi alergi. Aspirin diberikan untuk menahan rasa sakit.
- Mengurangi Kerentanan. Desensesitisasi dapat diberikan dengan campuran bisa berbagai serangga. Desensitisasi dapat diberikan untuk puluhan tahun bahkan seumur hidup.
- Menghindari Serangga
Daftar Pustaka
Gyuton
& Hall. 2001.Text Book of Medical
Physiologi.philadelphia: Pennsylvania
Sudoyo,Aru
W.dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:
Interna Publishing
Gyuton
& Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Djuanda,Adhi.
2007. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin.Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Tags
Patologi