Adaptasi
Mikroorganisme Termofilik. Mikroorganisme termofilik telah dipelajari secara
intensif dalam pengaruhnya untuk menentukan mekanisme dimana organisme ini
tidak hanya bertahan, tetapi juga menyukai suhu yang lebih tinggi untuk
pertumbuhannya. Secara kimia perbedaan lipid ditemukan di mikroorganisme
termofilik. Organisme termofilik mengandung lipid dengan titik lebur yang lebih
tinggi dari yang ditemukan pada mesofil. Komposisi membran lipid pada organisme
termofilik dibedakan dengan persentase lebih tinggi (30-40%) dari asam lemak
jenuh dibandingkan dengan spesies mesofilik dan psikrofilik. Psikrofilik
mengandung sekitar 90% asam lemak tak
jenuh, 55% di antaranya adalah asam linolenat (Albert, 2002).
Selain
enzim dan makromolekul lain di dalam sel, membran sitoplasma dari organisme
termofilik dan hipertermofilik harus tahan terhadap panas. Psikrofilik memiliki membran lipid kaya asam
lemak tak jenuh, sehingga membuat membran setengah cair fungsional pada suhu
rendah. Termofilik biasanya memiliki lipid kaya asam lemak jenuh. Hal tersebut
memungkinkan membran untuk tetap stabil dan fungsional pada suhu tinggi. Asam
lemak jenuh membentuk lingkungan hidrofobik kuat daripada asam lemak tak jenuh,
yang membantu menjelaskan stabilitas
membran (Brock, 2009: 164).
Kemampuan
hidup dari mikroorganisme termofilik ini berhubungan dengan struktur selnya
yang memiliki kelebihan dalam beberapa hal, yaitu :
Struktur membran sel
Membran
sel setiap makhluk hidup tersusun atas senyawa lipid dan protein yang disebut
lipoprotein. Pada umumnya bagian lipid dari membran sel makhluk hidup
dihubungkan oleh ikatan ester, sedangkan pada organisme termofilik senyawa
lipid membran selnya mengandung ikatan eter yang terbentuk lewat proses kondensasi dari gliserol atau senyawa poliol
kompleks lainnya dengan alkohol isoprenoid yang mengandung 20, 25 atau 40 atom
karbon (de Rossa N.,1986)
Struktur protein
Chaperonin
merupakan suatu jenis protein yang merupakan jenis protein yang tidak umum
dijumpai pada protein-protein fungsional lainnya di dalam sel. Protein ini
berperan dalam mempertahankan kembali struktur tiga dimensi dari protein
fungsional sel dari denaturasi suhu lingkungan yang bersifat ekstrim. Protein
ini memiliki struktur yang tetap stabil, tahan terhadap denaturasi, dan proteolisis
(Kumar and Nussinov, 2001). Protein ini dapat membantu organisme termofilik
mengembalikan fungsi aktififtas enzimnya bila terdenaturasi oleh suhu yang
tinggi. Chaperonin tersusun oleh molekul yang disebut chaperone, yang membentuk
struktur chaperonin seperti tumpuka kue donat pada sebuah drum. Tiap cincin
donat terdiri atas 7, 8 atau 9 subunit chaperone tergantung jenis organismenya.
Aktivitasnya untuk dapat mempertahankan struktur protein fungsional agar tetap
stabil, chaperonin membutuhkan molekul ATP (Everli and Alberto, 2000).
Struktur DNA Gyrase
DNA
gyrase merupakan salah satu anggota kelompok enzim topoisomerase yang berperan
dalam mengontrol topologi DNA suatu sel dan memegang peran penting dalam proses
replikasi dan transkripsi DNA. Semua jenis topoisomerase dapat merelaksasikan
DNA tetapi hanya DNA gyrase yang dapat mempertahankan struktur DNA tetap berbentuk
supercoil (Maxwell, 1999 dalam Dessy, 2008). Enzim DNA gyrase dapat menginduksi
terjadinya supercoiling positif pada molekul DNA dan mempengaruhi mekanisme
perbaikan melalui pelapisan protein tertentu pada daerah yang rusak.
Organisme
termofilik dan hipertermofilik menawarkan beberapa keuntungan terutama untuk
proses industri dan bioteknologi, banyak yang dapat berjalan lebih cepat dan
efisien pada suhu tinggi. Sebagai contoh, enzim dari termofilik dan
hipertermofilik yang banyak digunakan dalam industri mikrobiologi. Enzim
tersebut dapat mengkatalisis reaksi biokimia pada suhu tinggi dan biasanya atau
pada umumnya lebih stabil dari pada enzim dari mesofil, sehingga memperpanjang
masa simpan untuk dimurnikan pada persiapan enzim.Contoh klasik dari enzim
tahan panas yang sangat penting bagi biologi adalah DNA polimerase terisolasi
dari Thermus aquaticus. Kegunaan lain enzim tahan panas adalah produk tahan
panas, yang juga dikenal atau sedang dikembangkan untuk aplikasi industri
(Brock, 2009).
Tags
Biologi