Ada
yang menarik dari judul Adab membaca Al-Qur’an ini. Yang tiga tahun lalu
menjadi inspirasi saya dan pengingat saya sampe sekarang. Sebelum membahas
adab-adabnya, saya mau share kisah inspirasi itu hingga saya tidak bisa lupa dan
ada kaitannya dengan judul tulisan ini.
Kisah
ini bermula ketika saya KKN (Kuliah Kerja Nyata) di 3 tahun yang lalu, udah
lama banget yah?? Hehe,..Rutinitas teman-teman dan sikap,sifatnya,kebaikannya
selama bersama menjadi ruang memory
tersendiri dihati dan fikiran saya karena banyak kelebihannya yang membuat saya
takjub bahwa saya bisa belajar dari siapapun jua,ntah itu ia yang tidak ta’at
beribadah padaNya ataupun sebaliknya yang ta’at beribadah dari beda agama. Nah,
kembali dengan kisah tadi,kelompok KKN kami itu ada bertujuh orang diantaranya aku
(Fitri), teman sekelas Riska, Chia dari pendidikan ekonomi, jahyadi dari FMIPA,
Rizky dari Pertanian dan dari kedokteran si Fajri dan Wiwin. 3 girls and 4
boys. Hehe…kisah KKN ntar saya tulis di edisi selanjutnya, now saya mau fokus dengan
judul tulisan tadi dan kaitannya dengan kisah KKN ini.
Aku,
Riska, Fajri dan Wiwin muslim sedang Chia Katolik dan Jahyadi Protestan. Kisah yang
ingin saya share ini tentang si Jahyadi atau akrab kami panggil Jay. Taukah pembaca,
beliau adalah seorang yang ta’at beragama dan beribadah walaupun ditempat KKN g ada gereja, tapi si Jahyadi ini saya
perhatikan seorang yang religious, hehe.. Jay, ini punya kebiasaan yang tiap
malam sebelum bobok itu baca Alkitab/Injilnya awalnya sih aku penasaran apa
yang dibacanya tapi ternyata yang dibacanya itu Injilnya, si Jay ambil tempat
duduk yang nyaman seperti bahannya dari bantal, dicarinya sudut ruangan ntah
itu diruang tamu ataupun disudut kamar. Selalu..selalu dan selalu aktivitasnya
seperti itu menjelang tidur,..tau g,.dengan begitu si Jay sangat khusyuk dengan
injilnya dan do’a-do’anya pada Tuhannya. Baru kali ini saya jumpa non-muslim
yang ta’at.
Nah
inilah yang membuat aku terisnpirasi,. Bukan terinspirasi baca injilnya tapi
sikap khusyuk dan mencari suasana yang tenang itulah yang membuat aku tersadar
bahwa aku jarang seperti itu, bahkan akupun sering tidak khusyuk membaca al-qur’an.
Dan sering pula aku bisa menyahut panggilan atau pembicaraan yang mengarah
untuk berbicara padaku. Padahal aku tau alqur’an bukanlah buku biasa ia adalah
qalam Ilahi yang agung, yang dapat diresapi dan ditadabburi isinya bagi yang
khusyuk membacanya kalau tidak ia hanyalah bacaan biasa yang tiada membekas di
hati. Ya Allah, jadikan aku bisa khusyuk membaca alqur’an dan menghadapMu
ketika membaca alquran dengan begitu akupun bisa berinteraksi denganMu tanpa
hijab lagi, hingga segala sedih, duka, bahagia dan amarahpun bisa terobati
dengan alqur’an,dengan berdo’a padaMu dan dengan sepertiga malamku.
Dan
aku teringat Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ Ulum al-Din yang menguraikan
dengan sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya membaca al-Qur’an. Imam alGhazali
telah membagi adab membaca al-Qur’an menjadi adab yang batin dan adab yang
lahir.
Adapun
mengenai adab lahir, maka dalam membaca al-Qur’an harus memperhatikan hal-hal
berikut:
- Hendakah berwudhu, menetapi keadaan yang serba tenang dan penuh kesopanan.
- Kadar bacaannya, para ahli baca al-Qur’an mempuyai kebiasaan yang berlainan, mengenai banyak sedikitnya yang dibaca.
- Ketertiban bacaan (tartil), cara ini adalah disunahkan dalam membaca alQur’an, sebab tujuan membaca itu untuk direnungkan isinya dan dipikirkan maknanya.
- Hendaklah menjaga hak dari ayat yang dibacanya.
- Pada permulaan membaca hendaklah mengucapkan ta’awudz (Muhammad Jamaluddin al-Qasimi al-Dimasyqi, Mauidhat al-Mukminin dari Ihya’ ‘Ulum al-Din, terj. Moh. Abdai Rathamy, (al-Maktabah at-Tijariyyah t.th.), hlm.184-186.)
Adab
membaca al-Qur’an secara batin yang paling besar ialah memperhatikan (tadabbur)
makna-makna al-Qur’an. Artinya, melihat dan memperhatikan kesudahan segala
urusan dan bagaimana akhirnya. Tadabburini dekat dengan pengertian tafakkur
(memikirkan). Hanya saja tafakkur ini lebih diartikan pemusatan hati dan pikiran
ke dalil. Sementara tadabbur memusatkan perhatian ke kesudahan.(M.Yusuf
Qardhawi, Kaifa Nata’amalu ma’al Qur’an, terj. Kathur Suhaidi, Jakarta:
alKaustar, 2003)
Benarkan?
Karena ia qalam Ilahi yang agung maka adab-adabnyapun perlu diperhatikan agar
secara lahir maupun batin kita akrab berinteraksi dengan alqur’an. Bagaimana
menurut anda? Temenku Jay yang non-muslim saja bisa seperti itu dengan Injinya. agaimana dengan kita (muslim) yang jelas-jelas alqur'an adalah Qalam Allah yang tiada rekayasa dari makhluk manapun
Sekian,
kisah yang menginspirasi saya dan yang saya kaitkan dengan adab membaca qur’an.
Semoga bermanfaat.
Wallahua’lam