Titrasi Permanganometri merupakan titrasi berdasarkan
reaksi kalium permanganat (KMnO4). Kalium permanganat digunakan secara luas
sebagai pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu
indikator kecuali kalau digunakan larutan yang sangat encer. Satu tetes 0.1 N
KMnO4 memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan yang
biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai
indicator, jadi titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan
umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat.
Permanganat mengalami reaksi kimia yang
bermacam – macam dalam keadaan – keadaan oksidasi. Reaksi yang paling banyak
dijumpai berada dalam laboratorium pendahuluan yaitu dalam larutan yang sangat asam.
Permanganat bereaksi sangat cepat dengan
banyak pereaksi tetapi beberapa zat memerlukan pemanasan atau penggunaan
katalis untuk mempercepat reaksinya. Kelebihan yang sedikit dari permanganat
yang ada pada titik akhir satu titrasi cukup untuk menyebabkan pengendapan beberapa
MnO2 akan tetapi karena reaksinya lambat maka MnO2 biasanya tidak diendapkan
pada titik akhit tiitrasi permanganometri (Underwood, 1988).
Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun.Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang
dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara
tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn,
dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan
dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara
kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi
dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb
dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan
dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian
Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya
dengan menitrasinya dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan
alkalis.
MnO4- +
8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati
titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi
dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida
dan tiosulfat. Reaksi dalam suasana netral yaitu:
MnO4 + 4H+ +
3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan.
Reaksi dalam suasana alkalis:
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42-
+ 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- +
2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam
larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat
dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan
suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas
penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu
penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau
melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta
bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan
lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,
permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida
Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan.
3Mn2+ + 2MnO4-
+ 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir
dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat.
Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak
dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat
reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam
air, mengarah pada ekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-ristalnya,
pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan
melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2.
Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan
tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi
terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan
biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk
membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di
reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones
atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang
tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk. Jika
larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan
timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas
dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya
warna kuning dari ion besi.
Tags
Kimia