Teori Neo Fungsionalisme merupakan rangkaian
kritik-kritik dari teori fungsionalisme yang sedang mempertahankan inti
teorinya. Lewis Coser dalam bukunya “The Funcional of Social Conflict”,
ditekankan bahwa meskipun analisis konflik sangat penting dalam kajian
masyarakat, aspek konsensus (keteraturan) masih lebih penting. Konflik tidak
saja mengarah kepada perubahan sosial tapi juga mempererat integrasi sosial.
Coser berusaha memahami berbagai segi positif dari konflik selain dampak perubahan
sosialnya bagi keberlangsungan suatu masyarakat.
Coser mengembangkan perspektif konflik karya
ahli sosiologi Jerman, George Simmel. Berdasarkan risalat konflik Simmel,
konflik terjadi pada level interaksi sosial antar individu yang kemudian berkembang
di level struktural. Konflik diawali atau terjadi ketika ada hubungan yang
intens antar individu atau kelompok.
Ada dua tipe konflik menurut Coser yaitu
konflik realistis (konflik yang digunakan untuk mendapatkan atau memenuhi
kepentingan tertentu), konflik non realistis (konflik hanya sebagai media
melepas ketegangan atau mencari kambing hitam).
Menurut Coser konflik mengarah ke perubahan,
tapi juga bisa positif bagi kelompok. Konsekuensi positif konflik meliputi
menetapkan karakter anggota kelompoknya, menetapkan identitas kelompok, mempertahankan
stabilitas dan meningkatkan kohesi (kerekatan) masyarakat. Coser juga
membedakan antara konflik eksternal dan konflik internal.
Konflik eksternal berperan menetapkan
identitas kelompok, menetapkan batas-batas kelompok dengan memperkuat
kesadaran, rasa keberbedaan dan identitas. Konflik internal mengaktifkan
berbagai individu/kelompok pasif menjadi aktif dan menciptakan ruang negoisasi serta
saling memahami antar anggota kelompok.