Sejarah
batik di Indonesia sangat panjang mengikuti perkembangan budaya Indonesia. Pada
abad XIX batik Jawa mulai berkembang dalam menentukan corak batiknya, Dharsono
(2010). Dalam Katalog Batik Indonesia yang di susun oleh Tim dari Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik, pada zaman penjajahan
Belanda, berdasarkan pada sifat ragam hias dan komposisi pewarnaan
pembatikandibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
- Batik Vorstenlanden dari daerah Surakarta dan Yogyakarta, yang ciri ragam hiasnya bersifat simbolis dengan latar belakang kebudayaan Hindu-Jawa. Komposisi warna terdiri dari sogan, indigo (biru), hitam dan putih.
- Batik pesisir adalah semua batik yang dihasilkan atau dibuat oleh daerah-daerah diluar Surakarta dan Yogyakarta, memiliki ciri ragam hias bersifat naturalis dengan latar belakang pengaruh dari berbagai budaya, termasuk budaya asing, komposisi warna beraneka ragam.
Batik
DKI, Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Lasem, Sidoarjo, baik ragam hias maupun
komposisi warnanya termasuk kelompok batik pesisir, sedangkan daerah Wonogiri,
Karanganyar, Surakarta, Banyumas dan Yogyakarta termasuk Batik Vorstenlanden.
Ada
beberapa pendapat yang berbeda tentang asal batik Indonesia dan sampai kini
masih dalam penelitian, antara lain:
- Ditinjau dari sejarah kebudayaan, Prof. Dr. R.M Sutjipto Wirosaputro, menyatakan bahwa Bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India, telah mengenal aturan-aturan menyusun syair, mengenal teknik membuat batik, mengenal industri logam, cara penanaman padi disawah dengan jalan pengairan suatu pemerintahan yang teratur. Jadi dari pernyataan ini yang mengembangkan seni batik di Indonesia adalah bangsa Indonesia sendiri.
- Menurut R. Soeprapto dalam bukunya The Art of Batik, pada mulanya batik merupakan suatu seni yang berkembang dikalangan keraton di Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Hanjokro Kusumosekitar tahun 1613 sampai tahun 1645,beliau sangat mencintai karya-karya seni batik dan menciptakan ragam hias simbolik pada batik yang mempunyai arti yang dalam mengenai falsafah hidup dan mencerminkan unsur-unsur kehidupan. Sehubungan dengan simbol-simbol di dalam perjalanan hidup manusia, maka berkembanglah beberapa motif atau ragam hias yang dihubungkan dengan upacara-upacara adat, ada motif-motif yang dipakai untuk upacara perkawinan untuk wanita, mengandung anak pertama, melahirkan, pengobatan/perawatan penyakit, menyambut tamu maupun untuk upacara kematian, dengan demikiain nilai filosofi sehelai batik di zaman itu sangat tinggi.
Sejarah
batik diperkirakan dimulai dari zaman pra sejarah dalam bentuk pra batik dan
mencapai proses perkembangannya pada zaman Hindu diteruskan ke zaman Islam,
selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku
Jawa pada akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan
ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru
setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan
penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah
daerah-daerah santri dan kemudian batik menjadi alat perdagangan ekonomi oleh
tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian Belanda.