Ada beberapa model pembelajaran pendidikan
agama Islam. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Untuk
terjadinya perubahan perilaku sudah tentu di dalam pembelajaran tersebut
terdapat pengalaman belajar yang sistematis yang langsung menyentuh kebutuhan
siswa.Untuk keperluan pembelajaran dalam konteks pemberian pengalaman belajar dimaksud,
maka model pembelajaran yang monoton yang selama ini berlangsung di kelas sudah
saatnya diganti dengan model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, siswa
mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan masalah.
Model
pembelajaran yang ditawarkan para ahli untuk mewujudkan kegiatan belajar aktif
dimaksud diantaranya:
- Inquiry-discovery approach (belajar mencari dan menemukan sendiri)
- Expository teaching (menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib)
- Mastery learning (belajar tuntas)
- Humanistic education yaitu menitik beratkan pada upaya membantu siswa mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya).
Mulyasa
menawarkan konsep tentang model pembelajaran yang efektif bagi terbentuknya
kompetensi siswa diantaranya:
- Contectual Teaching and Learning yaitu model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata
- Role playing yaitu model pembelajaran yang menekankan pada problem solving (pemecahan masalah)
- Modular Instruction yaitu pembelajaran dengan menggunakan system modul/paket belajar mandiri yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah
- Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Dari sekian model di atas, masih banyak model
pembelajaran lainnya yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru, guna mendesain
pengalaman belajar yang bermanfaat bagi siswa baik bagi perkembangan ranah
kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Yang jelas tidak ada satu model
pembelajaran pun yang paling efektif untuk satu mata pelajaran, yang ada adalah
satu atau beberapa model pembelajaran yang efektif untuk mata pelajaran
tertentu tetapi belum tentu untuk materi lainnya. Oleh karenanya guru harus
cerdas dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk suatu kegiatan pembelajaran
guna tercapainya indikator-indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Bagi guru jangan terlalu merisaukan cara
mengajar yang penting adalah bagaimana kondisi pembelajaran yang diharapkan itu
dapat terjadi dan dirasakan oleh siswa. Karena dari kondisi pembelajaran itu diharapkan
maksud dan tujuan pembelajaran dapat terjadi, dengan cara mengajar yang
bervariasi. Setiap cara mengajar memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Yang kurang baik adalah apabila guru sering menggunakan satu
cara pembelajaran yang terus menerus dengan slogan dikotomis yakni bila guru
aktif maka siswa diam bila siswa aktif, maka guru pasif.
Dengan menghindari penggunaan metode monoton
diharapkan pencapaian pendidikan agama terjadi secara maksimal. Di dalam
Al-Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran. Ayat pertama
(lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang pembelajaran, surat
Al-Alaq: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(2) Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Lima ayat tersebut merupakan ayat pertama
yang diterima oleh Nabi Muhammad, yang diantaranya berbicara tentang perintah
kepada semua manusia untuk selalu menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah
tentang penciptaan manusia sendiri.
Dalam Islam, penggunaan metodologi yang tepat
dalam rangka mempermudah proses belajar-mengajar adalah suatu yang niscaya sehingga
keberadaanya sangat dinanti baik dari kalangan siswa maupun dari pemerhati dan
pengguna lulusan keguruan. Ismail mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam
mentrasfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding
dari materi itu sendiri. Sebuah adagium mengatakan bahwa “At-Thariqat Ahamm min
al-Maddah” (metode jauh lebih penting disbanding materi). Ini adalah sebuah
realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa,
walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik.
Sebaliknya materi yng cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yag kurang
menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa.
Al-qur’an sebagai sumber hukum Islam telah
memrintahkan untuk memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran, seperti
yang terdapat dalam surh an-Nahl: 125 “Serulah
(manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Ayat diatas berbicara tentang beberapa metode
pembelajaran. Di sini ada tiga contoh metode, yaitu hikmah (kebijaksanaan),
mau’idhah hasanah (nasehat yang baik), dan mujadalah (dialog dan debat).
Pendapat ini juga banyak disampaikan oleh para mufassir, seperti Fakhrudin
ar-Razy, Muhammad Ash-Shawy, an-Nawawy al-Jawy, dan lain-lain.
Tags
Islam