Ada beberapa model pembelajaran kooperatif. Menurut
Agus Suprijono (2011) ”Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Pembelajaran kooperatif mendorong siswa
untuk bekerjasama pada tugas yang sama, mengkoordinasi usahanya dalam menyelesaikan
tugas, bertanggungjawab baik secara individu maupun kelompok. Kondisi ini
mendorong siswa untuk belajar, bekerja dan bertanggungjawab dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran
kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan
ositif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik
melalui aktivitas kelompok.
Menurut Wina Sanjaya (2008) “Pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”. Tujuan
model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif
siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pembelajaran yang telah ditentukan. Selain itu pembelajaran kooperatif untuk
mempersiapkan siswa agar memiliki orientasi untuk bekerjasama tim/kelompok.
Siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi harus mempelajari ketrampilan
khusus yang disebut ketrampilan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dimana sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami
materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran tersebut (Widyantini, 2006).
Pembelajaran kooperatif bukanlah permainan,
dan bukan merupakan sebuah cara untuk sebagian siswa mengerjakan tugas siswa yang
lain. Para siswa sangat termotivasi untuk melihat bahwa tiap orang dalam
kelompoknya telah mempelajari materi, sehingga mereka belajar diskusi dengan
baik, menjelaskan, menilai, dan menjelaskan kembali muatan pelajaran sampai
mereka merasa puas bahwa semua orang dalam timnya akan berhasil dalam ujian
individual (Slavin, 2010).
Beberapa macam model pembelajaran kooperatif
menurut Slavin (2010) antara lain:
Student Team-Achievement
Division (STAD)
STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang
yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara
sendiri-sendiri, dimana saat itu tidak diperbolehkan untuk saling bantu.
Skor
kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan
kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang
diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria
tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh
rangkaian kegiatan, termasuk persentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan
kuis biasanya akan memerlukan waktu 3-5 periode kelas.
Teams Games-Tournament (TGT)
TGT
pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards, ini merupakan
metode pembelajaran pertama dari John Hopkins, metode ini menggunakan pelajaran
yang sama disampaikan guru dan tim kerja yang seperti STAD, tetapi menggantikan
kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan
anggota tim lainnya untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Siswa
memainkan gameini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta
dalam satu meja turnamnen ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap
meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari
meja mana ia mendapatkannya, ini berarti bahwa mereka yang berprestasi dan yang
berprestasi tinggi keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Sama
seperti STAD, tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau
bentuk penghargaan tim lainnya.
Team Assisted
Individualization
Pembelajaran
Kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini dikembangkan oleh Slavin.
Model ini mengkombinasikan keunggulan model kooperatif dan pembelajaran
individual. Model ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individu,
oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan
masalah. Pembelajaran model ini akan lebih meningkatkan kerjasama antar siswa.
Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang
bekerjasama dalam suatu perencanaan kegiatan. Setiap siswa akan
bertanggungjawab baik pada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.
Masing-masing siswa sebelumnya diberi tugas individu oleh guru dengan materi
yang sudah ditentukan serta siswa diberi kuis terlebih dahulu oleh guru
kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan dari hasil
yang telah ditentukan oleh guru.
Tujuan
dari kegiatan tersebut adalah melatih kerjasama dalam memecahkan masalah,
mengurangi sifat egois, belajar menghargai pendapat teman, melatih bertanggung jawab
dalam menyelesaikan tugas. Dari hal tersebut diharapkan siswa lebih mudah
memahami materi, jika ada materi yang sulit dapat diselesaikan bersama-sama.
Cooperatif Integrated
Reading and Composition (CIRC)
CIRC
merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas
sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah
(Madden, Slavin, dan Steven 1986). Dalam CIRC guru menggunakan novel atau bahan
bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan atau
tidak menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas membaca tradisional.
Para
siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian
kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membaca cerita satu sama lain,
membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling
merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih
pengucapan, penerimaan dan kosa kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk
menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehensif lainnya. Selama periode seni
berbahasa, siswa terlibat dalam pelatihan penulisan, konsep penulisan, saling
intervensi dan menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan
pemuatan hasil kerja tim atau buku-buku kelas.
Tags
Psikologi Pendidikan