Model cooperative learning merupakan salah
salah model dalam pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan interaksi
yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan
atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Seorang guru dituntut
untuk menggunakan berbagai model pembelajaran secara bervariasi. Soekamto, dkk (Trianto,
2010) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Pengajaran yang menyenangkan dapat terwujud
apabila terjadi interaksi aktif antara guru dan siswa. Pengajaran seperti ini
dapat ditemui pada pembelajaran kooperatif. Ada beberapa definisi tentang
pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut
Cohen (Nur Asma, 2006) pembelajaran cooperative learning yaitu kerja kelompok
yang menunjukkan ciri sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif
yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang siswa
kepada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan
materi atau tugas.
Slavin (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007)
mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
kelompok.
Davidson dan Kroll (Nur Asma, 2006) mendefinisikan
belajar kooperatif (cooperative learning) adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan
belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja
secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa cooperative learning adalah siswa belajar dan bekerja sama
dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas.
Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara
sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran
dengan lebih baik.
Nur Asma (2006) menyatakan dalam pelaksanaan
cooperative learning setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu (1)
belajar siswa aktif, (2) belajar kerja sama, (3) belajar partisipatorik, (4)
reactive teacher, (5) pembelajaran yang menyenangkan.
Belajar
Siswa Aktif
Dengan
model Cooperative Learning prosesnya berpusat pada siswa, aktivitas belajar
lebih dominan, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar
bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi
pembelajaran.
Belajar
Kerja sama
Proses
pembelajaran dilalui dengan bekerja sama dalam kelompok untuk membangun
pengetahuan yang tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi
keberhasilan penerapan model pembelajaran cooperative learning.
Pembelajaran
Partisipatorik
Prinsip
dasar pembelajaran partisipatorik adalah siswa belajar dengan melakukan sesuatu
(learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun
pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. Siswa saling membantu untuk
mendapat pengetahuan antar siswa.
Reactive
Teacher
Guru
perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi
belajar yang tinggi. Motivasi dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan
suasana yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan
manfaaat pelajaran ini untuk masa depan mereka.
Pembelajaran
yang Menyenangkan
Pembelajaran
harus berjalan dalam suasana menyenangkan. Suasana pembelajaran yang
menyenangkan harus dimulai dari sikap dan suasana belajar yang tertekan diluar
maupun didalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan bahasa yang
menyayangi siswa-siswanya.
Langkah–langkah pembelajaran cooperative
learning tidak akan berjalan dengan efektif jika suasana belajar yang ada tidak
menyenangkan.Nur Asma (2006) menyebutkann tujuan pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
Pencapaian Hasil Belajar
Pembelajaran
cooperative juga bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas–tugas
akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan pada siswa yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik,
baik kelompok bawah maupun kelompok atas.
Penerimaan terhadap
Perbedaan Individu
Efek
penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang
luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial kemampuan,
maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.
Pengembangan Keterampilan
Sosial
Tujuan
penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting
untuk dimiliki dalam masyarakat yang saling bekerjasama. Selain unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sanggat berguna untuk membantu
siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama.
Ragam model Cooperative Learning yang telah
dikembangkan diantaranya adalah sebagai berikut.
Student Team-Achievement
Divisions (STAD)
Pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa ditempatkan dalam kelompok yang
beranggotakan empat atau lima orang siswa yang berbedabeda tingkat kemampuan,
jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu
siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah
menguasai pelajaran. Semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara
sendiri-sendiri di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.
Teams Games Tournaments
(TGT)
Pembelajaran
kooperatif tipe TGT ini menggunakan pelajaran sama yang disampaikan guru dan
tim kerja yang sama seperti dalam Student Team-Achievement Divisions, tetapi
menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, di mana siswa memainkan game
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Team Assistedted
Individualization (TAI)
Tipe
ini ada kesamaan dengan tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD) dan
Teams Games Tournaments (TGT) dengan menggunakan pembauran kemampuan empat
anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik.
Namun, metode STAD dan TGT menggunakan pola pengajaran tunggal untuk satu
kelas, sementara tipe TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran yang individual. Selain itu, STAD dan TGT dapat diaplikasi pada
hampir semua mata pelajaran dan tingkat kelas, sementara TAI dirancang khusus
untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas 3-6 (Nur Asma, 2006).
Jigsaw II
Pada
tipe Jigsaw II ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat
atau lima orang dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam Student
Team-Achievement Divisions (STAD) dan Teams Games Tournaments (TGT). Siswa
ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang
studi sosial, biografi atau materimateri yang bersifat penjelasan terperinci
lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam
aspek tertentu dari tugas membaca.
Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC)
Tipe
CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada
kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah
menengah. Dalam CIRC guru menggunakan novel atau bahkan bacaan yang berisi
latihan soal dan cerita. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim
mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif,
termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana
akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain,
menulis tanggapan terhadap cerita, dan
melatih pengucapan, penerimaan dan kosa kata.
Group Investigation (GI)
Group
Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa
bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi
kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Dalam metode ini, para siswa
dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam
orang anggota. Kelompok ini memilih topik-topik dari unit yang dipelajari oleh seluruh
kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan
kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok.
Co-op Co-op
Tipe
ini menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya untuk
mempelajari sebuah topik di kelas. Co-op co-opmemberi kesempatan pada siswa
untuk bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil, pertama untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan
mereka kesempatan untuk saling berbagi kesempatan baru itu dengan teman-teman
sekelasnya.
Tags
Psikologi Pendidikan