Perhatikan
bait-bait perkataan berikut dari seorang ustad yang saya tuliskan ini, masih
tentang calon pendamping
“Tak perlu menuntut yang
sempurna, dan mempersulit keadaan yang sebenarnya sederhana. Sebab padamu juga
kelemahan itu selalu ada. Yang benar adalah sempurnakanlah niat awal kita, jika
ia penuh berkah dan ridha dari-Nya, maka titik kemuliaan menjadi seorang
manusia, Insya Allah akan dimudahkan oleh Allah untuk ada dalam diri kita”
“Semakin banyak kriteria, semakin banyak
syarat, semakin banyak keinginan.. maka bersiap-siaplah kecewa. Apa penyebabnya
? karena bisa jadi yang diharapkan tak seindah realita, yang disyaratkan tak
sempurna dalam lakunya. Maka berharap menemukan seseorang dalam kesempurnaan
hanya membuat yang sederhana menjadi rumit dan tak mudah untuk dicerna”
Nah,.maka
akan muncul pertanyaan lagi “ haruskah saya jadi ustad dulu baru bisa menikahi
akhwat? Saya pikir, memang perlulah harus jadi ustad dulu, minimal sholat diperhatikan.
Wallahua’lam,.jika hanya ada keinginan memiliki istri sholehah sedangkan diri
tidak ada kemantapan hati tuk mensholehkan diri terlebih dahulu maka mungkin
keinginan itu sangat jauh dari realita yang ada pada diri. Masalah hidayah itu
Allah yang mengatur, dan seorang isteri pun tidak bisa menjamin dirinya bisa
memberikan hidayahNya itu jika Allah tidak berkehendak kepada suaminya. Iman
tak dapat diwarisi. Maka jika keterkaguman itu hanya sebatas keinginan tanpa
ada berusaha tuk mencapai memperbaiki diri, mensholehkan diri maka keterkaguman
itu hanya sebatas itu.
Sesungguhnya
keterkaguman itu bisa memotivasi kita untuk bisa dan lebih baik dari nya dan
tentu itu dilakukan karenaNya, UntukNya dan akan kembali kepadaNya. Allah tidak
pernah mengecewakn kita sedikitpun
Posisi
lelaki sebagai imam bagi keluarga,nah suami yang sholeh akan bisa membawa
bahtera rumah tangga penuh sakinah, mawaddah, warohmah.
Wallahua’lam..Subhanakallahumma
waa bihamdikaa ashadu alla ilaa haa illa anta, astagfiruka waa atuubuilaih…
Tags
Islam