Marasmik – Kwashiorkor merupakaan gambaran
klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus,
dengan BB/U< 60 % baku median WHO-NCHS disertai oedema yang tidak mencolok
(DEPKES RI, 1999). Kekurangan zat gizi makro ( energi dan protein ) dalam waktu
besar dapat mengakibatkan menurunya status gizi individu dalam waktu beberapa
hari atau 2 minggu saja yang ditandai dengan penurunan berat badan yang
cepat.Keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan zat gizi sering disebut dengan
istilah gizi kurang atau gizi buruk. Kejadian kekurusan (kurang berat terhadap
tinggi badan) pada tingkat sedang dan berat pada anak kecil maupun kekurusan
pada individu yang lebih tua dapat mudah dikenali dengan mata. Demikian pula
halnya dengan kasus kekurangan energi berat (marasmus) dan kekurangan protein
berat(kwasiokor) serta kasus kombinasi marasmik-kwassiokor dapat dikenali
tanda- tandanya dengan mudah. (Soekirman, MPS, 1998).
Epidemilogi gangguan pertumbuhan atau kurang
gizi pada anak balita selalu berhubungan erat dengan keterbelakangan dalam
pembangunan sosial ekonomi. Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak
terdistribusi secara merata ditingkat masyarakat, tetapi kekurangan gizi sangat
erat hubungannya dengan sindroma kemiskinan. (Gopalan, C, 1987).
Tanda – tanda sindroma, antaralain berupa:
penghasilan yang amat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan sandang,
pangan, dan perumahan, kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah sanitasi
lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap
pelayanan kesehatan yang amat terbatas, jumlah anggota keluarga yang terlalu
besar, dan tingkat buta aksara tinggi (Gopalan, C, 1987).
Status gizi terutama ditentukan ketersediaan
dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi pada waktu yang tepat ditingkat sel
semua zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
berfungsi normal semua anggota badan. Oleh karena itu prinsipnya status gizi di
tentukan oleh dua hal – terpenuhinya dari makanan semua zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh, dan peranan faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut. Terhadap kedua hal ini, faktor
genetik dan faktor sosial ekonomi berperan (Martorell, R, and Habicht, 1986).