Latar belakang terbentuknya ASEAN didasari
karena adanya persamaan nasib, sikap dan kepentingan Negara-negara di Asia Tenggara.
Sejak jaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 SM, seluruh kawasan Asia Tenggara
merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu Austronesia, yaitu
berasal dari pusatnya sekitar Teluk Tonkin dan lembah sungai Mekong. Kebudayaan
dan bahasa Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan dan pergaulan bangsa-bangsa
di wilayah Asia Tenggara ini.
Baru semenjak abad pertama masehi, sebagian
besar Asia Tenggara mendapat pengaruh dari luar. Unsur-unsur peradaban dan
kebudayaan India, Hindu dan Budha mulai masuk. Sedangkan wilayah Vietnam, Laos
dan Kampuchea (Kamboja) banyak mendapat pengaruhi dari peradaban dan kebudayaan
China.
Berbagai kerajaan, besar dan kecil telah
lahir, bangun dan berkembang yang pada umumnya beragama Hindu dan Budha. Yang
tersebar diantaranya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Di Malaysia dan Brunei
Darussalam berdiri kerajaan Islam sampai sekarang ini, bahkan kerajaan Malaysia
sekarang ini adalah gabungan kerajaan Islam tersebut. Kedatangan Islam telah
memperkaya hidup dan budaya Asia Tenggara, disamping agama Hindu dan Budha.
Tetapi mulai abad ke-16 mulailah malapetaka
yang menimpa kawasan ini. Bangsa-bangsa barat mulai berdatangan dan berebut
pengaruh di kawasan ini. Mula-mula mereka datang sebagai pedagang tetapi
kemudian sebagai penjajah. Satu demi satu kerajaan merdeka itu mereka taklukkan
sehingga akhirnya seluruh Asia Tenggara, kecuali Muangthai (sekarang disebut
Thailand), menjadi daerah jajahan mereka.
Adapun
yang menjadi alasan utama bangsa-bangsa Barat tersebut menjajah Asia Tenggara
yaitu:
- Karena letaknya yang sangat strategis untuk pelayaran dan perniagaan
- Kawasan ini memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah
- Wilayah ini mempunyai penduduk yang cukup banyak sebagai calon pembeli barang industri dunia barat (pasar yang potensial).
Imperialis Inggris menguasai Malaysia (1814),
Singapura (1849), Burma (Myanmar) pada tahun 1894, dan Kalimantan Utara (1880).
Imperialism Perancis menguasai Indocina (Kamboja,Vietnam dan Laos) sejak tahun
1896. Kerajaan Spanyol menguasai Filipina sampai tahun 1898, kemudian pada
tahun tersebut Amerika Serikat mengalahkan Spanyol dan menduduki Filipina.
Sedangkan seluruh Indonesia dikuasai sepenuhnya oleh pemerintahan Kolonial
Belanda sejak tahun 1908, meskipun sudah banyak daerah Indonesia satu demi satu
jatuh ketangan pemerintahan mereka sejak abad ke-17. Pada tahun 1941 meletus
Perang Dunia II di kawasan Pasifik. Jepang menyerang dan menduduki Pearl
Harbour. Kemudian satu demi satu negara Asia Timur, Asia Selatan dan Asia
Tenggara jatuh ketangannya. Pada jaman pendudukan Jepang ini pusat pemerintahannya
berada di Dalat (Saigon) sebuah kota di Vietnam.
Demikianlah apa yang terjadi dimana seluruh
rakyat dan bangsa di Asia Tenggara selama sekitar setengah abad mengalami
penderitaan yang sama sebagai daerah jajahan bangsa Barat dan Jepang.
Selain
persamaan karena mengalami penjajahan, ada beberapa persamaan lain diantara
kelima pendiri ASEAN tersebut yakni:
- Negara yang sedang berkembang;
- Penghasilan Bahan Mentah, kecuali Singapura;
- Negara yang memerlukan modal asing dan tekhnologi canggih untuk membangun ekonomi nasionalnya;
- Negara yang bersifat agraris, (kecuali Singapura) dan industrinya masih pada tahap permulaan dan lainnya.
Persamaan nasib ini kemudian menimbulkan
perasaan senasib sepenanggungan dan setia kawan yang kuat di kalangan bangsa
Asia Tenggara. Perasaan setia kawan ini pulalah yang merupakan salah satu
pendorong lahirnya ASEAN. Di laut yang sama yaitu Selat Malaka dan Selat Sunda.
Perairan ini merupakan urat nadi lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia,
juga merupakan pintu gerbang utama di sebelah barat. Selain itu perairan Laut
China Selatan adalah daerah perairan pokok yang dikelilingi oleh Negaranegara
Asia Tenggara. Karena itu pada hakikatnya merupakan daerah perairan bersama bagi
Negara-negara tersebut, bahkan tidak mengherankan jika sejak jaman bahari telah
terdapat saling pengaruh antara Negara-negara yang ada di kawasan ini.
ASEAN adalah singkatan dari “Association Of
South East Asian Nations” yang berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara.
ASEAN merupakan organisasi regional (kawasan) yang dibentuk oleh pemerintahan
lima Negara pendiri utama di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau
sering juga disebut Deklarasi Bangkok oleh kelima menteri luar negeri
masing-masing Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok ibukota
Thailand. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya ASEAN.
Kelima
menteri luar negeri tersebut adalah:
- Adam Malik dari Indonesia
- Tun Abdul Razak dari Malaysia
- S. Rajaratnam dari Singapura
- Thanat Koman dari Thailand
- Narcisco Ramos dari Filipina
Dalam kenyataannya tidak dapat dipungkiri
bahwa perkembangan ASEAN tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Asia Tenggara
sebelumnya, terutama dalam hubungan dua kerjasama, ASA dan Maphilindo. Oleh
sebab itu untuk dapat mengetahui latar belakang ASEAN, perlu kiranya untuk
mengetahui pengalaman MAPHILINDO dan ASA.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
kerjasama regional pertama di Asia Tenggara yang dibentuk oleh negara-negara
Asia Tenggara sendiri tanpa ikut sertanya negara lain di luar kawasan adalah
Maphilindo dan ASA. Walaupun kedua kerjasama regional ini masing-masing
dibentuk atas dasar kepentingan negara yang hendak membentuknya. ASA (Association
Of South East Asia) misalnya, dibentuk pada tahun 1961 yang dengan tujuan untuk
membendung pengaruh komunis dari Uni Soviet. Kemudian tidak ketinggalan dengan
Maphilindo, organisasi yang dibentuk sebenarnya untuk mencegah lahirnya Negara
imperialis Malaysia.
Walaupun kedua kerjasama tersebut dibentuk,
tapi sayang umurnya tidak bertahan lama. Organisasi ASA hanya dapat bertahan
selama enam tahun mulai dibentuk pada tahun 1961 dan resmi dibubarkan pada
tahun 1966, karena sengketa Sabah yang dituntut Filipina terhadap Malaysia.
Tidak begitu halnya dengan Maphilindo, bahkan umurnya lebih pendek lagi,
organisasi ini hanya berusia dua minggu lebih.
Pada mulanya ketika pemikiran untuk
melanjutkan kerjasama regional di Asia Tenggara mulai timbul terutama pada
saat-saat mulai berakhirnya konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia, pihak
Malaysia menginginkan ASA dapat dipertahankan dan jika perlu memperluas
keanggotaannya. Sebaliknya, Indonesia menyodorkan Maphilindo untuk dijadikan
dasar kerjasama regional yang akan datang.
Selain itu dalam menelusuri terbentuknya
ASEAN, dianggap perlu pula untuk mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di
Asia Tenggara sekitar tahun 1965-1966. Peristiwa itu yang berkaitan erat dengan
pembentukan ASEAN. Mungkin yang paling erat kaitannya adalah munculnya Orde
Baru di Indonesia menggantikan Orde Lama. Dalam tampilnya Orde Baru,
konfrontasi terhadap Malaysia diakhiri, dan dengan demikian hubungan Indonesia
dengan Malaysia yang berantakan sejak lahirnya Malaysia tahun 1963 kembali
normal.
Pada waktu yang bersamaan terjadi pula
peristiwa lain dalam bentuk pertukaran pemimpin di Filipina dari Presiden
Macapagal kepada Presiden Marcos. Pada masa Macapagal, hubungan Filipina dengan
Malaysia menjadi tegang akibat sengketa Sabah. Masalah itu sempat membekukan
hubungan kedua Negara. Sebagai presiden terpilih yang baru, Marcos melunakkan
sikap Filipina terhadap Sabah. Hal itu dengan sendirinya ikut memperbaiki dan
memulihkan hubungan Filipina-Malaysia.
Peristiwa itu disusul pula dengan keluarnya
Singapura dari federasi Malaysia. Hal itu memberi suasana baru di kawasan Asia
Tenggara yang sedang dilanda oleh kemelut konfrontasi. Sebelumnya, sewaktu
Singapura masih bergabung dengan Malaysia, ada perbedaan dalam mengelola
kebijaksanaan ekonomi yang akhirnya menjadi pendorong bagi Singapura untuk
keluar dari federasi itu. Tanpa pulihnya kembali hubungan Singapura-Malaysia,
kedudukannya malah akan terjepit antara dua Negara Melayu-Malaysia dan
Indonesia.
Tags
Negara-Negara