Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama
internasional Calori Protein Malnutrition (CPM) dan kemudian diganti dengan
Protein Energy Malnutrition (PEM). Kurang Energi Protein adalah seseorang yang
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Manifestasi KEP dari
diri penderitanya ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang
menderita KEP.
Kurang Energi Protein (KEP) pada balita
sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada balita, Kurang Energi
Protein (KEP) dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.
Pada orang dewasa, Kurang Energi Protein
(KEP) menurunkan produktivitas kerja dan derajad kesehatan sehingga menyebabkan
rentan terhadap penyakit. Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ
poin akibat kekurangan gizi dan penurunan produktivitas diperkirakan antara 20%
- 30%.
Salah satu gejala dari penderita KEP ialah
hepatomegali, yaitu pembesaran hepar yang terlihat sebagai pembuncitan perut.
Anak yang menderita tersebut sering pula terkena infeksi cacing. Kedua gejala
pembuncitan perut dan infeksi cacing ini diasosiasikan dalam pendapat oleh para
ibu-ibu di Indonesia bahwa anak yang perutnya buncit menderita penyakit
cacingan dan bukan karena kurang energi protein.
Dalam pandangan ahli gizi Kurang Energi
Protein (KEP) dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor, marasmus dan marasmus
kwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KEP dengan kekurangan protein sebagai
penyebab dominan, marasmus adalah gambaran KEP dengan defisiensi energi yang
kronis dan marasmus kwashiorkor adalah kombinasi defisiensi kalori dan protein
pada berbagai variasi.
Klasifikasi Kurang Energi
Protein (KEP)
Untuk
tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang berat badan
anak dibanding dengan umur dan menggunakan KMS dan tabel BB/U Baku Median WHO –
NCHS.
- KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita kuning
- KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah (BGM).
- KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan taqbel BB?U Baku median WHO-NCHS.
Untuk Kurang Energi Protein (KEP) ringan dan
sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP
berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagaimarasmus,
kwashiorkor atau marasmickwashiokor.Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai
oudema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/gizi buruk tipe kwashiorkor.
Upaya terhadap penanggulangan Kurang Energi
Protein (KEP) merupakan tindakan-tindakan preventif. Pencegahan dan
penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP) tidak cukup ditinjau dari aspek pangan
atau makananya. Di masyarakat sering terdapat anggapan bahwa masalah kurang
gizi adalah sama dengan kekurangan pangan. Upaya yang langsung ke sasaran berupa
pelayanan dasar gizi, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan upaya tidak langsung
meliputi: a) jaminan ketahan pangan, b) memperluas kesempatan kerja untuk
meningkatkan daya beli, dan c) membangun dan meningkatkan industri kecil dan
menengah untuk memberikan kesemapatan pada penduduk miskin meningkatkan pendapatan.