Kromatografi
lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah terdiri atas
bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas,
logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang
di totolkan baik berupa bercak ataupun pita. Setelah plat atau lapisan
dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang
cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (stahl, 1985).
Pendeteksian
bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk senyawa tak
berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar
ultraviolet. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika
disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang
panjang (366 nm). Jika dengan cara itu senyawa tidak dapat dideteksi maka harus
dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu
pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al,
1991; Stahl, 1985).
Fase Diam (Lapisan Penjerap)
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam
berupa lapisan tipis yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan pada
permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, dapat pula terbuat
dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan
bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum (pati). Penjerap yang umum
dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silika gel, alumina, kieselgur,
dan selulosa (Gritter, et al, 1991).
Dua sifat yang penting dari fase diam adalah
ukuran partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat
tergantung pada kedua sifat tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan
adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan
hasil yang memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan
adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang
halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik
(Sastrohamidjojo, 1985).
Fase Gerak (Pelarut Pengembang)
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri
atas satu atau beberapa pelarut. Jika diperlukan sistem pelarut multi komponen,
harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga
komponen (Stahl, 1985).
Dalam pemisahan senyawa organik selalu
menggunakan pelarut campur. Tujuan menggunakan pelarut campur adalah untuk
memperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut adalah erdasarkan
atas polaritas masingmasing pelarut, sehingga dengan demikian akan diperoleh
sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang digunakan dalam
kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksana, karbontetraklorida, benzena,
kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air
(Gritter, et al, 1991).
Harga Rf
Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam
kromatografi sangat lazim menggunakan harga Rf (Retordation Factor) yang
didefinisikan sebagai:
Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal
/ Jarak garis depan pelarut dari titik awal
Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf (Sastrohamidjojo, 1985):
- Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
- Sifat Penjerap
- Tebal dan kerataan dari lapisan Penjerap
- Pelarut dan derajat kemurniannya
- Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
- Teknik percobaan
- Jumlah cuplikan yang digunakan
- Suhu
- Kesetimbangan
Tags
Kimia