Konsep Variasi bahasa bukan hanya terjadi
karena penuturnya tidak homogen, melainkan juga karena kegiatan interaksi
sosial yang mereka lakukan juga beragam. Secara garis besar variasi dapat
dibedakan atas variasi yang bersifat internal dan yang bersifat eksternal.
Variasi yang bersifat internal terjadi karena adanya faktor-faktor
intralinguistik, misalnya mencakup perbedaan realisasi morfem {-s} pemarkah
jamak dalam bahasa Inggris yang direlisasikan sebagai [s], [z], [iz], atau [Ø].
Variasi yang bersifat eksternal terjadi karena adanya faktor-faktor
ekstralinguistik, seperti perbedaan wilayah, dimensi sosial, dan situasi tutur.
Variasi yang bersifat internal lebih hakiki, yang merupakan ciri alamiah sebuah
bahasa dan ini dianggap sebagai variasi dalam linguistik, sedangkan variasi
yang bersifat eksternal bukan ciri yang hakiki dan karenanya mudah berubah
sesuai dengan faktor-faktor eksternal tadi.
Sehubungan dengan pandangan de Sussure,
keragaman bahasa terjadi pada tingkat parole dan bukan pada tingkat langue,
sedangkan variasi atau ragam berada pada tingkat langue. Alasannya adalah
karena dalam wujud ragam/variasi itu telah terkandung aspek sosial yang turut
membentuk variasi tersebut dan akhirnya menjadi sistem dalam variasi
bahasa/dialek tersebut. Ini dapat disejajarkan dengan etik dan emik (konsep
Pike). Karena itu, dalam kajian sosiolinguistik dan dialektologi variasi yang
dikaji adalah variasi bahasa yang bersifat eksternal (band. Nababan 1984 dan
Gunarwan 2004).
Variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan
(a) latar belakang geografi, (b) latar belakang sosial penutur, (c) medium yang
digunakan, (d) pokok pembicaraan, dan (d) latar belakang sejarah. Variasi
bahasa berdasarkan latar belakang geografi disebut dialek. Dialek ini lazim
disebut sebagai dialek regional atau dialek geografi. Variasi bahasa
berdasarkan latar belakang sosial penuturnya disebut juga sosiolek atau dialek
sosial. Dialek ini berkenaan dengan dimensi sosial penutur, seperti etnis,
usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan
sosial ekonomi. Variasi yang ketiga, yaitu berdasarkan medium yang digunakan
adalah bahasa tulis dan bahasa lisan. Berdasarkan pokok pembicaraan bahasa
dibedakan atas bahasa ilmu, bahasa hukum, bahasa niaga, bahasa jurnalistik, dan
bahasa sastra. Variasi yang terakhir, yaitu berdasarkan latar belakang sejarah
atau variasi historis, dibedakan atas bahasa yang inovatif dan bahasa
konservatif.
Kedua jenis variasi yang terakhir ini diacu
dari sejauhmana bahasa tuturan mengalami perkembangan dari bahasa protonya.
Bila bertahan atau terwaris secara linier berarti konservatif. Sebaliknya, bila
mengalami perubahan atau pergantian disebut inovatif.
Variasi regional, variasi sosial, dan variasi
historis merupakan objek kajian dialektologi, sebaliknya, variasi bahasa
berdasarkan medium atau pokok pembicaraan yang juga dikenal sebagai ragam atau
register merupakan objek kajian sosiolinguistik. Ini sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Halliday. Halliday (1979 dan lihat juga Kridalaksana 1993) mengklasifikasikan
variasi bahasa sebagai dialek dan register. Dialek adalah variasi bahasa yang
terjadi karena adanya perbedaan pemakai bahasa, sedangkan register terjadi
karena adanya perbedaan pemakaiannya.
Lebih lanjut Petyt (1980) berpendapat bahwa
dialek adalah variasi yang berbeda dari bahasa yang sama. Istilah dialek
mengacu pada perbedaan antara jenis-jenis bahasa yang berbeda kosa kata atau
bahasanya, begitu pula pelafalannya. Hal ini berbeda dengan aksen yang
semata-mata mengacu pada perbedaan lafal.
Pada kajian dialek, variasi bahasa tidak hanya
dapat direkam dalam wilayah geografi dan variasi bahasa tidak semata-mata
bergantung pada transkripsi fonetis saja tanpa memperhatikan sistem dan
struktur bahasa atau dialek yang diperamati. Kajian dialek harus memahami bahwa
variasi bahasa dapat muncul karena bahasa mempunyai sistem tersendiri dan
mempunyai sistem fonemik dalam struktur fonologi bahasa tersendiri. Sistem
fonemik, misalnya dapat dikaji berdasarkan prinsip (1) penyebaran bunyi yang
saling melengkapi, (2) kesamaan bunyi, (3) adanya pasangan minimal (Petyt 1980
Chambers dan Trudgill 2004).
Kajian dialek yang berdasarkan pada tempat
yang berbeda-beda disebut geografi dialek. Wardhaugh (1988) menjelaskan bahwa
geografi dialek adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan usaha
pembuatan peta pada distribusi ciri-ciri variasi linguistik yang menunjukkan
asal lokasi bahasa tersebut. Selanjutnya, variasi-variasi linguistik tersebut
sampai pada usaha memetakan sebagaimana langkah akhir penelitian geografi
dialek.
Selanjutnya, Trudgill (1984) memberikan
gambaran tentang tujuan kerja dialektologi, yaitu membuktikan kesinambungan dan
perkembangan sejarah bahasa dan menyediakan sebagai suatu dasar sejarah
terhadap studi lebih lanjut yang dapat diukur. Seorang dialektolog secara
khusus memusatkan perhatian pada perekaman dan pemeliharaan dialek yang lebih kuno
sebelum dialek tersebut punah.
Beberapa ahli memberi pendapat tentang kerja
dialektologi, seperti Bloomfield (1995) mengatakan bahwa geografi dialek tidak
hanya membantu kita untuk mengilhami fakor-faktor di luar bahasa, tetapi juga melalui
bukti-bukti berupa bentuk-betuk peninggalan dan stratifikasistratifikasi,
memberikan banyak hal yang terperinci mengenai sejarah setiap bentuk. Begitu
juga dengan Collins (19865) mengatakan bahwa penyelidikan geografi dialek
sangat penting untuk menentukan batas-batas dialek serta menyelidiki jaringan
dialek dari segi linguistik.
Berdasarkan uraian di atas semakin jelas
bahwa variasi yang akan dibahas dalam penelitian ini mencakup variasi regional,
variasi sosial, dan variasi historis. Kajian variasi regional dalam penelitian
ini adalah mengamati kemungkinan variasi dialek yang muncul dari dua dialek
yang dituturkan oleh peserta tutur saat berinteraksi. Kedua dialek tersebut
adalah DTB dan DBB yang status kedialektalannya telah diuji secara geografis
dan historis. Kajian variasi sosial yang dimaksudkan di sini adalah mengamati
variasi dialek yang muncul saat peserta tutur yang berbeda etnis berinteraksi.
Selanjutnya, kajian variasi historis adalah membandingkan variasi dialek yang
muncul dari dua kajian sebelumnya dan kemudian membandingkannya dengan bahasa
proto.