Keunggulan bersaing berkelanjutan sangat menentukan
kualitas dari sebuah manajemen. Menurut Kenichi Ohmae (Grant,1991) agar berhasil dan
bertahan dalam suatu industri perusahaan harus memenuhi dua kriteria: (1) Harus memasarkan apa yang
ingin dibeli oleh pelanggan, (2) Harus dapat bertahan terhadap persaingan. Untuk
itu perusahaan harus dapat lebih unggul dibandingkan pesaing dan dituntut untuk
mampu menciptakan daya saing strategis dengan cara merumuskan serta menerapkan
strategi pencipta nilai (Hitt, et al, 1999).
Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu
menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan digabungkan dalam suatu rantai
yang dapat memberikan kontribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi
perusahaan—melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis
dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing (Hitt, et al,1999). Sumber keunggulan bersaing
dapat diperoleh melalui cakupan bersaing dengan yang dimiliki oleh pesaing,
baik itu berupa cakupan segmen maupun jangkauan integrasi ke dalam aktivitas. Rantai
nilai yang terkoordinasi dapat
menciptakan keunggulan bersaing antarhubungan.
Analisa sumber daya organisasi dilakukan dengan membuat
kerangka umum yang biasanya dikenal dengan “resource
base view of the firm” (Wernerfelt, 1984). Adapun asumsi-asumsi dasar“resource base view of the firm” sebagai
berikut:
Resource Heterogenity
Perusahaan dipandang sebagai sejumlah sumber daya
produktif dan setiap perusahaan
mempunyai sejumlah sumber daya yang berbeda.
Resource immobility
Sumber daya yang membuat perusahaan mampu menetralisir
ancaman dan mengeksploitasi peluang. Kemampuan sumber daya ini hanya dimiliki
oleh perusahaan tertentu dan sulit untuk ditiru, kalaupun bisa hal ini akan
memakan biaya tinggi. Resource immobility
merupakan sumber daya potensial untuk daya saing perusahaaan.
Umumnya sumber daya
dikategorikan menjadi empat, yaitu modal keuangan, modal fisik, modal manusia,
dan modal organisasi. Sumber daya merupakan input
proses produksi perusahaan seperti barang
modal, kemampuan pekerja, paten, keuangan, serta manajer yang berbakat. Secara
individual, sumber daya umumnya tidak menghasilkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan. Dengan strategi tim yang memungkinkan berkembangnya
keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
Demikian juga inovasi
perusahaan. Apabila tidak dilindungi oleh paten atau batasan lain, dapat dibeli
atau ditiru oleh pesaing. Tetapi jika inovasi produksi tersebut diintegrasikan
dengan sumber daya lainnya untuk membentuk suatu kemampuan, maka akan muncul
kompetensi inti yang akan menghasilkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
Dengan demikian, penciptaan keunggulan bersaing yang berkesinambungan adalah
melalui integrasi beberapa sumber daya.
Sumber
daya terdiri atas dua, yakni sumber daya berwujud, meliputi sumber daya
finansial, sumber daya fisik, sumber daya manusia, sumber daya organisasional;
dan sumber daya tak berwujud meliputi sumber daya teknologi, sumber daya untuk
inovasi, reputasi (Hitt, et al, 1999).
Kemampuan mencerminkan
kapasitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang terintegrasi untuk
mencapai apa yang diharapkan. Sebagai perekat yang mengikat organisasi menjadi
satu, kemampuan muncul dari waktu ke waktu melalui interaksi yang kompleks
antara sumber daya berwujud maupun tidak berwujud. Ini didasarkan pada pengembangan,
pelaksanaan, dan pertukaran informasi serta pengetahuan melalui modal manusia
yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, pengetahuan perusahaan dicakup dan
dicerminkan oleh kemampuannya, dan merupakan sumber inti keunggulan bersaing
yang berkesinambungan dalam perekonomian global.
Dasar utama bagi
kemampuan perusahaan adalah kemampuan dan
pengetahuan sumber daya manusia dalam pengembangan dan penggunaan kemampuan
serta kompetensi inti yang dimilikinya. Sejumlah pengetahuan yang dimiliki
sumber daya manusia suatu perusahaan adalah salah
satu kemampuan perusahaan yang paling signifikan dan merupakan akar dari segala
keunggulan bersaing. Sampai sejauh mana
suatu perusahaan mendapatkan pengetahuan baru dan mengembangkan kemampuan yang
perlu untuk menerapkannya di pasar
merupakan sumber utama keunggulan bersaing yang berkesinambungan dalam
perekonomian global.
Seberapa banyak
kemampuan dibutuhkan perusahaan untuk mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan. McKinsey dan Co.,
misalnya, menyarankan klien mereka untuk mengidentifikasi tiga atau empat
kemampuan yang merupakan kompetensi inti perusahaan. Begitu teridentifikasi,
suatu tindakan strategis perusahaan harus dibentuk sekitar kompetensi inti
tersebut (Hitt,et al,1999).
Hubungan
antara masing-masing empat faktor utama (skala, kecepatan, inovasi, dan
kualitas) yang memengaruhi dinamika bersaing suatu industri dan kinerja sebuah
perusahaan. Strategi perusahaan harus didasarkan atas hubungan dari
masing-masing faktor dan mengantisipasi bahwa pesaing akan mengambil tindakan
bersaing dan tanggapan bersaing yang dirancang untuk mengeksploitasi hubungan
positif.
Struktur industri berbeda berdasarkan
siklus hidup masing-masing industri, dinamika bersaing dan strategi bersaing
yang penting untuk keberhasilan juga berbeda. Ada tiga tahapan umum siklus
hidup industri yang relevan dengan pelajaran tentang dinamika bersaing:
industri yang baru muncul, industri yang sedang berkembang, dan industri yang
matang.
Perusahaan-perusahaan
yang memasuki industri yang baru muncul berusaha membangun tempat atau bentuk
dominasi dalam suatu industri. Adanya persaingan yang kompetitif dalam hal
memperebutkan loyalitas konsumen. Dalam industri ini, tergantung pada jenis
produk, perusahaan sering kali berusaha membangun kualitas produk, teknologi
dan atau hubungan yang menguntungkan dengan pemasok untuk mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan dalam mengejar daya saing strategis.
Wirausahawan
individu di perusahaan-perusahaan kecil, khususnya di sektor barang modal,
berperan sangat penting menuju proses inovasi. Bahkan, dalam beberapa bidang,
perusahaan-perusahaan besar menjadi inovator efektif. Sementara iut, wirausahawan
individu dan perusahaan kecil masih memberi sumbangan besar juga (Hitt, et al, 1999).
Walaupun
perusahaan kecil tidak menyediakan jaringan dan keuntungan aman dan besar bagi
karyawannya, ada kenikmatan tersendiri bekerja di perusahaan kecil. Dengan
bekerja di perusahaan kecil, karyawan merasakan semacam sasaran yang jelas.
Perusahaan tahu apa yang diperbuatnya dan ke mana arahnya. Jalur komunikasi
pendek dan langsung, karyawan mempunyai dedikasi dan kepedulian serta diberi
tanggung jawab sungguh-sungguh. Mereka dilatih dalam sejumlah tugas dan
biasanya diberi upah tertentu yang mendorong kesetiaan mereka terhadap
pengusaha. Keberadaan wirausahawan dan perusahaan kecil dalam pengembangan produk baru dan
penanaman inovasi adalah sangat penting (Hitt,
et al, 1999).
Tags
Ekonomi