Kandungan jengkol kaya akan nutrisi baik buah
maupun kulit jengkol. Meskipun sering dianggap sebagai makanan yang menimbulkan
bau yang tidak sedap, hasil penelitian menunjukkan bahwa biji jengkol juga kaya
akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, alkaloid,
minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin (Anonim, 2007). Adapun
khasiat dari biji jengkol menurut para ahli kesehatan antara lain: dapat
memperlancar proses buang air besar. Hal ini disebabkan oleh biji jengkol mengandung
serat yang tinggi. Biji jengkol juga dapat mencegah penyakit diabetes, mungkin
karena kandungan asam dan mineralnya (Anonim, 2007).Biji jengkol cukup kaya
akan zat besi, yaitu 4.7 gram per 100 gram.
Kandungan fosfor pada biji jengkol ( 166.7
mg/100 gram ) juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta
untuk penyimpanan dan pengeluaran energi. Dengan demikian, sesungguhnya banyak
manfaat yang diperoleh dari mengonsumsi biji jengkol. Hanya saja, konsumsi biji
jengkol dapat memberikan efek bau tak sedap, baik pada saat bernafas maupun
pada saat buang air besar dan kecil(Anonim, 2007).
Saat dicerna biji jengkol akan menyisakan zat
yang disebut asam jengkolat (Jencolic acid) yang dibuang keginjal, disinilah
efek yang sering ditakuti masyarakat yaitu jengkoleun atau jengkolan. Jengkolan
terjadi saat asam jengkolat yang sukar larut dalam air akhirnya mengendap dalam
ginjal, membentuk kristal padat hingga bisa berakibat sulit membuang air seni.
Jika pH darah netral, asam jengkolat tidak menimbulkan bahaya tetapi jika
cenderung asam (pH kurang dari 7) asam jengkolat membentuk kristal yang tidak
larut (Anonim, 2009).
Kulit buah jengkol dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan pertumbuhan gulma pada lahan pertanian padi. Kulit jengkol tersebut
diiris melintang dan disebar pada sawah yang tergenang air dengan ketinggian 5
cm. Sifat herbisida ini disebabkan oleh adanya kandungan berbagai macam asam
lemak panjang dan fenolat pada kulit jengkol yang dapat menghambat pertumbuhan
tumbuhan lain (Enni dan Krispinus, 1995).
Kulit buah tumbuhan jengkol (Pithecollobium
lobatum Benth) dinyatakan mengandung senyawa flavonoida berdasarkan hasil
skrinning fitokimia yang dilakukan dengan pereaksi FeCl3 1%, NaOH 10%, Mg-HCl,
dan H2SO4(p). Terhadap kulit buah tumbuhan jengkol tersebut dilakukan ekstraksi
maserasi menggunakan pelarut metanol (pelarut polar) dan selanjutnya dilakukan
ekstraksi partisi dengan menggunakan pelarut n-heksan (non polar) dengan tujuan
untuk memisahkan senyawa yang bersifat non polar misalnya lemak (lipid)
(Hutauruk, 2010).
Bahan aktif dari kulit jengkol seperti
alkaloid, terpenoid, saponin, dan asam fenolat dapat digunakan sebagai
larvasida dengan cara mengekstrak kulit jengkol. Kulit jengkol digiling sampai
berupa simplisia. Lalu, simplisia direbus dan dimaserasi selama tiga hari.
Hasil maserasi disaring digunakan sebagai larutan ekstrak air kulit jengkol.
Dalam hal ini, pelarut yang dipakai adalah menggunakan air biasa, karena dapat
dengan mudah diperoleh dan mudah untuk pembuatan ekstrak. Hasilnya, kemampuan
ekstrak air kulit jengkol dalam, mengendalikan populasi Aedes aegypti dapat
diamati melalui kemampuannya menurunkan indeks pertumbuhan jentik Aedes aegypti
(Dinata, 2009).
Hasil skrinning fitokimia serbuk simplisia
dan ekstrak etanol kulit buah jengkol menunjukkan adanya kandungan senyawa
kimia alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida, dan steroid/triterpenoid.
Tanin dan flavonoid adalah senayawa aktif antibakteri. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Nurussakinah di tahun 2010, ekstrak etanol kulit buah
jengkol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli. Hasil uji aktivitas dari ekstrak etanol
diperoleh konsentrasi terkecil pada bakteri Streptococcus mutans sebesar 30 mg/mL,
konsentrasi terkecil bakteri Staphylococcus aureus sebesar 20 mg/mL dan konsentrasi
terkecil pada bakteri Eschericia coli sebsesar 20 mg/mL. Ekstrak juga memberikan
batas daerah hambat yang efektif dengan diameter 15,66 nm pada konsentrasi 90 mg/mL
untuk bakteri Streptococcus mutans, diameter 14,26 nm pada konsentrasi 90 mg/mL
untuk bakteri Staphylococcus aurenus, diameter 14,67 nm pada konsentrasi 60
mg/mL untuk bakteri Eschericia coli (Nurussakinah, 2010).
Tags
Tanaman