Ada beberapa faktor-faktor penyebab
kemiskinan. Menurut Suryadiningrat (2003) dalam Rahmawati (2006), kemiskinan pada
hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan
nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan orang lain.
Penganiayaan terhadap diri sendiri manusia tercermin dari adanya: (a) keengganan
bekerja dan berusaha, (b) kebodohan, (c) motivasi rendah, (d) tidak memiliki
rencana jangka panjang, (e) budaya kemiskinan dan (f) pemahaman yang keliru
terhadap kemiskinan. Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari
ketdakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat dari adanya ketidakpedulian
orang mampu kepada orang yang tidak mampu dan kebijakan pemerintah yang tidak
memihak pada orang miskin.
Kemiskinan secara struktural pada umumnya
disebabkan oleh lingkungan sosial budaya yang menyebabkan adat kebiasaan
masyarakat yang tidak produktif, keterbatasan atau keterisolasian terhadap
smber daya alam dan manusia ataupun karena rendahnya tingkat pendidikan,
kesehatan dan kesempatan kerja.
Mudrajat Kuncoro (2006) menganalisis penyebab
kemiskinan dari dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor sosial. Faktor
ekonomi ditunjukan oleh (1) rendahnya akses terhadap lapangan kerja dan (2)
rendahnya akses terhadap faktor produksi seperti modal usaha, akses pasar seta
sedikitnya kepemilikan asset. Sedangkan faktor sosial ditunjukan dengan
rendahnya akses terhadap pendidikan dan rendahnya akses terhadap fasilitas
kesehatan.
Menurut Kartasamita (1996), kondisi
kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab yaitu:
Rendahnya
taraf pendidikan
Taraf
pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan
menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang dimasuki. Taraf pendidikan yang
rendah juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
Rendahnya
derajat kesehatan
Taraf
kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya
pikir dan prakarsa.
Terbatasnya
lapangan pekerjaan
Keadaan
kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya
lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu
pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan.
Kondisi
keterisolasian
Banyaknya
penduduk miskin secara tidak berdaya karenaterpencil dan terisolasi sehingga
sulit atau tidak dapat terjangkau oleh layanan pendidikan, kesehatan dan gerak
kemajuan yang dinikmati oleh masyarakat lainnya.
Sharp, et al (1996) dalam Mudrajat Kuncoro
(2006) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi. Pertama,
secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia yang rendah
berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang yang
kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga,
kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ragnar Nurkse (dalam Sukirno, 1985)
menyatakan bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketidakadaan pembangunan
masa lalu tetapi juga menimbulkan hambatan pembangunan di masa yang akan
datang. Menurut pandangan Nurkse terdapat dua jenis lingkaran perangkap
kemiskinan yang menghalangi negara-negara berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan
yang pesat antara lain:
Dari segi penawaran modal
Tingkat
pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas
yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah
sehingga menyebabkan tingkat pembentuka modal rendah.
Dari segi permintaan modal
Di
negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah
karena luas pasar untuk berbagai jenis barang terbatas karena pendapatan
masyarkat rendah. Sedangkan pendapatan masyarakat yang rendah tersebut
disebabkan oleh produktivitas masyarakat yang rendah yang diwujudkan oleh pembentukan
modal pada masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas tersebut disebabkan
karena kurangnya perangsang untuk menanam modal.
Meier dan Baldwin (dalam Sukirno, 1985)
mengemukakan pula satu lingkaran perangkap kemiskinan yang timbul dari hubungan
saling mempengaruhi diantara keadaan masyarakat yang masih terbelakang dan
tradisionil dengan kekayaan alam yang masih belum dikembangkan. Untuk
mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki, dalam suatu masyarakat harus
memiliki tenaga kerja yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan dan
melaksanakan berbagai kegiatan ekonomi.
Sedangkan Todaro (2006) berargumen bahwa
tinggi rendahnya kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama,
yaitu: tingkat pendapatan nasional rata-rata dan lebar sempitnya kesenjangan
dalam distribusi pendapatan.
Pada level rumah tangga, menurut Gounder
(2005) kemiskinan rumah tangga disebakan oleh beberapa faktor yaitu: tingkat
pendidikan tertinggi yang dicapai oleh kepala rumah tangga, usia kepala rumah
tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, daerah tempat tinggal (rural/urban),
ukuran rumah tangga, etnik (suku), serta sektor pekerjaan yang digunakan untuk
mencukupi kebutuhan rumah tangga. Achia (2010) menambahkan faktor lain yang
dapat mempengaruhi kemiskinan rumah tangga adalah usia dari rumah tangga
tersebut serta agama yang dianut oleh kepala rumah tangga.
Dabukke (dalam Rahmawati, 2006), menyatakan
bahwa peluang suatu rumah tangga berada dalam kemiskinan dipengaruhi oleh
faktor-faktor: jenis mata pencaharian utama, jumlah anggota rumah tangga,
jumlah anggota rumah tangga yang termasuk tenaga kerja, luas sawah garapan
setahun, luas sawah yang dimiliki, total pendapatan dari kegiatan pertanian,
total pendapatan dari kegiatan non pertanian, curahan waktu rumah tangga di
sektor pertanian dan curahan waktu rumah tangga pada sektor non pertanian.
Mathiassen (dalam Nasir, 2008) menambahkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemiskinan rumah tangga antara lain angka buta huruf, pendidikan
tertinggi yang ditamatkan, sektor pekerjaan utama kepala rumah tangga,
kepemilikan aset rumah tangga, kondisi perumahan, dan komposisi demografi.
Kemudian
Mok T.Y, C.Gan dan A. Sanyal membagi faktor-faktor penyebab kemiskinan menjadi
empat kategori yang antara lain:
- Demografi. Faktor penyebab secara demografi ini terdiri dari usia kepala rumah tangga, ukuran rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, jumlah tanggungan dalam rumah tangga, ras dan migrasi yang pernah dilakukan oleh keluarga tersebut
- Status sosial dan ekonomi. Faktor penyebab kemiskinan rumah tangga secara status sosial dan ekonomi ini diindikatorkan melalui jenis sektor pekerjaan yang dikerjakan oleh kepala rumah tangga.
- Pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh kepala keluarga
- Region atau wilayah tempat tinggal
Tags
Dinamika Sosial