Beta karoten sebagai antioksidan bagi tubuh
manusia. Beta karoten merupakan salah satu dari 600 komponen karotenoid yang banyak
ditemukan dalam tanaman (Winarsi, 2007). Karotenoid adalah suatu substrat
pigmen kuning sampai merah yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Lima puluh di
antaranya potensial dapat menjadi vitamin A yang kemudian dinamakan karotenoid
pro vitamin A. Beta karoten memiliki struktur dasar berupa satuan isoprene
(Mayes (b), 2002). Beberapa isoprene ini bergandengan ujung dengan ujung
membentuk rantai konyugasi sebagaimana membentuk struktur karotenoid umumnya.
Beta karoten membentuk 2 molekul vitamin A.
Di dalam tubuh manusia, hanya sebagian saja beta karoten yang dikonversi
menjadi vitamin A dan sisanya disimpan sebagai cadangan (Mayes(b), 2002).
Proporsi beta karoten yang dikonversi dikontrol oleh kadar/status vitamin A,
sehingga tidak sampai menjadi hipervitaminosis vitamin A. Beta karoten
memainkan peranan biologis yangpenting walaupun dalam status sebagai provitamin.
Penyerapan vitamin beta karoten ke dalam tubuh manusia memerlukan garam empedu
melalui usus halus bagian atas. Sebagian beta karoten dikonversi menjadi
vitamin A di dinding mukosa usus.
Absorpsi beta karoten sangat cepat, dengan
watu penyerapan maximum dapat terjadi 2 samapi 6 jam setelah makanan masuk
dalam pencernaan. Sisa beta karoten disimpan dalam jaringan lemak sehingga
terlihat berwarna kekuningan. Beta karoten dijual dalam bentuk kapsul gelatin
keras dan lembut, dalam tablet multivitamin dan formula vitamin antioksidan di
pasaran (Roche, 2000).
Beta karoten memiliki aktivitas biologis
sebagai antioksidan dengan menetralisir radikal bebas yang timbul dari reaksi
normal biokimia tertentu ataupun dari sumber eksogen seperti polusi udara, asap
rokok, pelatihan fisik berlebih, dll. Beta karoten juga dapat meredam singlet
oxygene, suatu molekul yang reaktif yang terbentuk dari pajanan sinar
ultraviolet pada kulit, sehingga dapat mencegah berkembangnya menjadi sel
kanker. Singlet oxygene seperti radikal bebas lainnya dapat memicu pembentukan
rantai reaksi radikal bebas selanjutnya (Roche, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Ronal menunjukkan
bahwa pemberian beta karoten 30-60 mg/hari selama 2 bulan pada pria dan wanita umur
50 tahun dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh seperti meningkatnya sel
limposit yang lebih aktif sehingga dapat melindungi tubuh terhadap kanker, infeksi
virus dan bakteri (Atmosukarto & Rahmawati, 2003).
Beta karoten ini juga dapat meredam singlet
oxygene dan mengurangi perubahan lemak menjadi radikal bebas dengan jalan
merusak lipid peroksidase pada sperma. Penelitian-penelitian di laboratorium
melaporkan bahwa efek beta karoten sinergis dengan efek vitamin E dan vitamin
C. Suplemen beta karoten juga dapat meningkatkan imun dan integritas kulit
(Roche, 2000).
Tags
Gizi dan Nutrisi