Aplikasi Konsep Emotional Quotient (EQ) Terhadap Pembinaan Mental Remaja
Dalam Tinjauan Bimbingan Konseling Islam. Merujuk pada sebuah pengertian
Emosional Quetient yang disebutkan Daniel Goleman yang tertera pada pembahasan
bab III dalam kaitannya dengan bimbingan konseling Islam empati adalah akar
sebagai kunci menuju proses konseling, Empati adalah suatu istilah umum yang
dapat digunakan untuk pertemuan, pengaruh, dan interaksi diantara kepribadian-kepribadian.
(May, 2003)
Gangguan kesehatan jiwa sebagian besar disebabkan oleh tekanan-tekanan,
pengalaman-pengalaman emosional dan konflik batin. Secara pikologis kondisi ini
akan berakibat pada: persepsi buruk terhadap dirinya dan orang lain, perilaku
menyimpang dan perasaan tidak bahagia. Tiga keadaan ini pada akhirnya
melemahkan kemampuan si sakit dalam membuat keputusan secara umum melaksanakan
tanggungjawabnya dengan efesien dan membina hubungan yang harmonis dengan
sesama. (Najati, 2002).
Emotional intellegence atau disingkat EI adalah kemampuan untuk untuk
mengendalikan hal-hal negatif seperti kemarahan dan keragu-raguan atau rasa
kurang percaya diri dan juga kemampuan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal
positif seperti rasa percaya diri dan keharmonisan dengan orang-orang
disekeliling.
Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri; semakin terbuka kita pada
emosi diri sendiri, semakin terampil kita membaca perasaan. (Mayer dan Melissa
Kirkpatrick, 1994). Bagi para penderita aleksitimia, yang tidak tahu apa yang mereka
rasakan, akan kelabakan bila harus memahami apa yang dirasakan oleh orang
sekitarnya.
Secara emosional, mereka tulinada. Not dan kord emosional yang terjalin
melalui kata dan tindakan orang—nada tegas suara atau perubahan sikap tubuh,
keheningan penuh makna atau gemetarnya tubuh yang membawa isyarat—ber-langsung tak
teramati. (Goleman, 2003)
Kemampuan berempati—yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain—ikut berperan dalam pergulatan dalam arena kehidupan mulai dari penjualan
dan manajemen hingga ke asmara dan mendidik anak, dari belas kasih hingga
tindakan berpolitik. (Goleman, 2003)
Empati merupakan arti kata “einfulung” yang dipakai oleh para psikolog
Jerman. Secara harfiyah ia berarti “merasakan kedalam”. Empati berasal dari
kata Yunani “pathos”, yang berarti perasaan yang mendalam dan kuat yang
mendekati penderitaan, dan kemudian diberi awalan “in”. Kata ini paralel dengan
kata “simpati”.
Tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Bila simpati berarti “merasakan
bersama” dan mungkin mengarh pada sentimentilitas, maka empati mengacu pada
keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang,
sedemikian sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakan atau kehilangan
identitas dirinya sendiri. dalam proses empati yang mendalam dan misterius
inilah berlangsung proses pengertian, pengaruh dan bentuk hubungan antar pribadi
yang penting lainnya. (May, 2003)
Suatu kepribadian yang ikut merasa dan berpikir ke dalam kepribadian lain
sehingga tercapai suatu keadaan identifikasi. Dalam identifikasi ini pemahaman
antar manusia yang sebenarnya dapat terjadi.
Dengan demikian, maka secara harfiyah adalah benar bahwa cinta membawa
perubahan dalam diri orang yang mencintai dan yang dicintai sekaligus.
Perubahan pada kedua belah pihak ini cenderung membuat keduanya tampak lebih
mirip satu sama lain, atau minimal akan membawa orang yang dicintai mendekati
gambaran ideal yang dimiliki orang yang mencintai. Cinta membawa kekuatan
psikologis yang sangat besar. Cinta merupakan kekuatan terbesar yang tersedia dalam
mempengaruhi dan merubah kepribadian. (May, 2003)
Dalam dunia knseling, pada dasarnya seorang konselor bekerja atas dasar
dan melalui proses empati. Pada proses konseling, baik konselor maupun konseli
dibawa keluar dari dalam dirinya dan bergabung dalam satu kesatuan psikis yang
sama. Emosi dan keinginan keduanya menjadi bagian dari kesatuan psikis yang
baru. Sebagai konsekuensinya, masalah-masalah konseli akan ditimpakan kepada
seorang “manusia baru”, dan dalam hal ini konselor (orang tua, pembimbing, atau
para da’i) menanggung setengahnya. Stabilitas psikologis dari kejelasan
pikiran, keberanian dan kekuatan keinginan yang dimiliki konselor akan menyusup
ke dalam diri konseli (klien), dan memberikan bantuan dalam perjuangan
kepribadiannya. (May, 2003)
Pertanyaan-pertanyaan mengenai proses konseling dalam pula muncul seputar
hubungan empati dan telepati mental, atau aspek-aspek khusus transferensi
mental lainnya. Telepati mental berarti pemindahan atau transfer ide-ide dari
satu orang ke orang lain melalui cara-cara di luar indra. Empati merupakan
istilah umum untuk semua partisipasi satu kepribadian dalam keadaan psikis
orang lain, dan hipotesis mengenai telepati mengacu pada salah satu aspek
partisipasi.
Untuk memastikan efektifnya konseling,
para konselor harus menyadari bahwa tidak semua orang membutuhkan konseling,
dan tidak semua orang melihat manfaat apa pun dari konseling. Orang mungkin
saja lebih memilih bentuk pertolongan lain untuk mengatasi masalah-masalah
mereka. Kecenderungan wajar bila orang berusaha mencari sumber- sumber dukungan
dan pertolongan yang sifatnya alamiah. Di Asia, keluarga biasanya merupakan
satu sumber alamiah seperti yang dimaksudkan. Hal ini tetap saja berlaku bahkan
seandainya keluarga sudah mengalami perubahan. Teman-teman juga merupakan satu
sumber dukungan yang penting. Dalam suasana perkotaan, ikatan keluarga sudah
melemah dan sering kali orang lari pada teman-teman mereka untuk mendapatkan
pertolongan pada saat-saat stres. Terkadang satu- satunya yang mereka butuhkan
pada saat-saat stres seperti ini adalah telinga yang bersedia mendengarkan.
Mereka hanya membutuhkan kesempatan untuk menceritakan kesulitan-kesulitan
mereka atau mencari dukungan emosional. Untuk orang-orang seperti ini,
bergabung dalam sebuah kelompok pendukung atau kelompok beranggotakan orang-
orang "yang menolong diri sendiri" sudahlah mencukupi. Konseling
mungkin saja tidak dibutuhkan.
Konselor harus memulai pekerjaan mereka dengan kesadaran seperti itu
sehingga mereka tidak perlu mati-matian dalam usaha menolong orang lain.
Sebaliknya, mereka perlu semakin seksama dalam menilai dan mendekati
orang-orang yang mempunyai masalah.
Oleh karena itu, tepat untuk mengajukan pertanyaan: Apakah konseling itu
dan untuk siapakah konseling itu diberikan? Pada dasarnya, konseling ditawarkan
untuk mereka yang memiliki masalah-masalah yang tidak dapat mereka pecahkan
atau yang mereka pikir tidak ada jalan keluarnya. Konseling merupakan sejenis
pertolongan emosional, psikologis, yang disediakan untuk mereka yang menghadapi
situasi-situasi hidup yang agak tidak wajar, dimana mereka mengalami sejumlah
besar masalah. Meskipun keluarga, teman- teman atau para pemuka agama maupun
masyarakat, bisa benar-benar memberikan pertolongan, tetapi ada saat-saat di
mana sumber pertolongan dari luar dibutuhkan. Sumber yang disebutkan terakhir
ini menambahkan dan melengkapi apa saja yang sudah diberikan. Dan sumber
pertolongan ini diberikan oleh seseorang yang secara khusus terlatih untuk
tujuan tersebut.
EQ memiliki lima dimensi: mengetahui emosi seseorang dan mengontrolnya;
mengenali emosi dalam (empati) orang lain dan mengontrolnya; dan motivasi pribadi.
Goleman menganggap empati—kemampuan untuk melihat kehidupan seperti yang
dilihat orang lain—sebagai kemampuan dasar manajemen.
Kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan
menerapkan pemecahan yang ampuh. Memecahkan masalah bersifat multifase dan
mensyaratkan kemampuan menjalani proses berikut:
- Memahami masalah dan percaya pada diri sendiri, serta termotivasi untuk memecahkan masalah itu secara efektif;
- Menentukan dan merumuskan masalah sejelas mungkin (misalnya dengan mengumpulkan informasi yang relevan);
- Menemukan sebanyak mungkin alternatif pemecahan (misalnya curah gagasan);
- Mengambil keputusan untuk menerapkan salah satu alternatif pemecahan (misalnya menimbang-nimbang kekuatan dan kelemahan setiap alternatif, kemudian memilih alternatif terbaik);
- Menilai hasil penerapan alternatif pemecahan yang digunakan, dan
- Mengulang proses di atas apabila masalahnya tetap belum terpecahkan. (Stein dan Howard E. Book, 2003 : 179) Pemecahan masalah berkaitan dengan sikap hati-hati, disiplin, dan sistemik dalam menghadapi dan memandang masalah. Kemampuan ini juga berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dsan menghadapi, bukan menghindari masalah.
Fungsi utama konseling dalam Islam yang hubungannya dengan kejiwaan tidak
dapat terpisahkan dengan masalah-masalah spiritual (keyakinan). Islam memberikan
kepada individu agar dapat kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Seperti pada individu yang memiliki sikap selalu berprasangka buruk kepada Tuhannya
dan menganggap bahwa Tuhannya tidak adil, sehingga membuat ia merasa susah dan
menderita dalam kehidupannya.
Sehingga ia cenderung menjadi pemarah akhirnya akan merugikan dirinya
sendiri dan lingkungannya. Islam mengarahkan individu agar dapat mengerti apa
arti ujian dan musibah dalam hidup. Kegelisahan, ketakutan, dan kecemasan
merupakan bunga kehidupan yang harus dapat ditanggulangi oleh setiap individu
dengan memohon pertolongan-Nya, melalui orang-orang ahli: (Adz-Dzaky, 2002)
“Dan sesungguhnya Kami senantiasa
memberikan kepadamu suatu rasa ketakutan, lapar, kekuranan harta, jiwa dan buah-buahan;
dan sampaikanlah berita gembira kepada para penyabar; yaitu orang-orang yang
apabila musibah telah menimpa, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami milik
Allah dan sesunggunya hanya kepada-Nya kami akan kembali. Mereka itulah
orang-orang yang memperoleh ucapan sholawat dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang memperoleh petunjuk”. (Al-Baqarah, 2: 155-157)
Setelah individu-individu telah dapat kembali dalam kondisi yang fitri
(bersih dan sehat), telah dapat memahami dan membedakan mana yang hak dan mana
yang batil, mana yang halal dan mana yang haram, mana yang manfaat dan mana
yang madharat, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang baik untuk dirinya
dan mana yang baik untuk orang lain dan sebaliknya, barulah dikembangkan ke
arah pengembangan dan pendidikan bagi mereka.
Fokus konseling Islam disamping memberikan perbaikan dan penyembuhan pada
tahap mental, spiritual atau kejiwaan dan emosional.
Mengikut Daniel, kecerdasan emosi adalah situasi di mana aspek rohaniah
perlu diberi keutamaan dalam kehidupan kita terutamanya dalam situasi bekerja.
Kecerdasan emosi melibatkan proses :
- Kesadaran diri (self-awareness)
- Disiplin diri
- Memahami perasaan dan isi hati orang lain .
- Mempunyai kemahiran intra dan inter personal yang baik untuk berkomunikasi.
- Dapat mengawal perasaan. Proses yang disebutkan diatas adalah penting ke arah mewujudkan suasana bimbingan yang menyeronokkan serta melahirkan masyarakat penyayang. (Zain, 2002)
Ketenangan dan keseronokan adalah merupakan salah satu daripada keperluan
asas manusia. Perasaan tenang dan seronok bukan sahaja ingin dikecapi di rumah
tetapi juga di lingkungan sekitar. Ini boleh dikatakan melalui suasana mesra
yang dapat dijalinkan dalam satu pasukan yang mempunyai semangat.
Ungkapan "masyarakat penyayang" serta "masyarakat perihatin"
bukan hanya sekadar menanam tebu dibibir mulut atau sekadar memenuhi ruang
hiasan di pejabat-pejabat tetapi harus direalisasikan melalui amalan dan
tindakan dalam pekerjaan.
Kelembutan, ketegasan dan kemesraan dalam menjalankan tugas akan lebih
dihormati daripada kekerasan dan paksaan. Aspek emosi ini tidak memerlukan
seseorang itu berpangkat tinggi atau berpelajaran tinggi untuk mencapainya.
Ianya dapat dicapai melalui perhubungan yang mesra, bertindak tidak mengikut perasaan,
menghormati orang lain, serta menyedari bahawa setiap insan mempunyai kekuatan
dan kelemahan masing-masing.
Pemahaman terhadap konsep EQ dapat diterapkan dalam merealisasikan
fungsi-fungsi Bimbingan Konseling Islam (BKI), baik yang berupa tindakan
preventif, kuratif, represif, kuratif dan rehabilitasi, dan developmental atau
pengembangan Bimbingan konseling Islam
dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi dalam tindakan untuk pembinaan mental
remaja dapat dikaitakan sebagai berikut :
Tindakan Preventif
Dalam fungsi preventif pengenalan EQ bisa memberikan manfaat bagi
konselor dan klien (remaja), yaitu diantaranya adalah:
Usaha pencegahan timbulnya
kenakalan remaja secara umum : (Panuju dan Ida Umami S.Ag, 1999)
- Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
- Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan.
- Usaha pembinaan remaja : (1)Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. (2)Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan ketrampilan, melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etika. (3)Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar. (4)Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana tejadi banyak kenakalan remaja.
Dengan usaha pembinaan yang terarah para remaja mengembangkan diri dengan
baik sehingga keseimbangan diri dengan baik hingga keseimbangan diri akan
dicapai dimana tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi.
Pikiran yang sehat akan mengarahkan mereka ke perbuatan yang pantas, sopan dan
bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
Usaha pencegahan kenakalan remaja
secara khusus yang dilakukan oleh para pendidik, konselor, orang tua, da’i dan para
pembimbing lainnya terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan
mental di rumah tentunya merupakan tanggung jawab orang tua dan anggota
keluarga lainnya yang sudah dewasa. Di sekolah pendidikan mental ini khususnya dilakukan
oleh guru, guru pembimbing atau psikolog sekolah, guru BP dan para pendidik
lainnya. juga terlihat sarana pendidikan lainnya yang mengambil peran penting
dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat.
Sebagai langkah lebih lanjut “pemberian bimbingan” terhadap remaja dengan
tujuan menambah pengertian para remaja mengenai :
- Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan dalam
- hubungan dengan orang lain.
- Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntunan dan menyesuaikan diri dengan tuntunan tersebut.
- Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang diberikan dapat dilakukan dengan pendidikan dua
pendekatan, yakni :
- Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si remaja dan membantu mengatasinya.
- Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil. (Panuju dan Ida Umami S.Ag, 1999)
Tindakan Represif
Dalam fungsi represif pengenalan EQ bisa memberikan manfaat bagi konselor
dan klien (remaja), yaitu diantaranya adalah: Usaha menindak pelanggaran
norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap
setiap perbuatan pelanggaran.
- Di rumah dan dalam lingkungan keluarga, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Di samping peraturan tentu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orang tua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara keluarga harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus diwajibkan anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembanngan dan umur. Seorang anak yang berumur 7 tahun sudah harus berada di dalam rumah sebelum maghrib. Seorang remaja mungkin saja pada waktu senja masih berada dalam perjalanan ke rumah setelah mengikuti aktivitas ekstra kurikuler. Sedangkan seorang remaja lanjut pada waktu senja masih dalam perjalanan menuju kursus bahasa untuk menambah kefasihan berbahasa asing. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa terhadap remaja yang belum dapat bertanggung jawab harus dikenakan hukuman bila ia pulang pada malam hari sehabis bermain di rumah temannya. Sedangkan pada remaja lain tidak beradanya di rumah pada waktu senja bukan merupakan pelanggaran tata tertib keluarga, bahkan sudah merupakan hak dan kewajiban bagi remaja tersebut.
- Di sekolah dan lingkungan sekolah, maka kepala sekolah yang berwenang dalam pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Misalnya dalam pelanggaran tata tertib kelas dan peraturan yang berlaku untuk pengendalian suasana pada waktu ulangan ujian. Akan tetapi hukuman yang berat seperti halnya “skorsig” maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya.
Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan
peringatan secara lisan maupun tulisan kepada pelajar dan orang tua, melakukan
pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan
melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergantung dari macam
pelanggaran tata tertib sekolah yang telah digariskan. (Panuju dan Ida Umami
S.Ag, 1999)
Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Dalam fungsi Kuratif dan Rehabilitasi pengenalan EQ bisa memberikan
manfaat bagi konselor dan klien (remaja), yaitu diantaranya adalah: Tindakan
ini dilakukan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja dan
memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus,
yang sering ditanggulangi oleh Lembaga khusus atau perorangan yang ahli di
bidang ini. Masalah kenakalan remaja
perupakan sebagian dari masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat
dan sudah lama menjadi bahan pemikiran (Soekanto, 1976)
Maka penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa
segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap,
serasi dan dewasa. Remaja diharapkan menjadi orang dewasa yang berkepribadian
kuat sehat jasmani, rohani, kuat iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan
tanah airnya. (Panuju dan Ida Umami
S.Ag, 1999)
Developmental atau Pengembangan
Dalam fungsi Developmental dan pengembangan pengenalan EQ bisa memberikan
manfaat bagi klien (remaja), yakni membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Untuk mencapai tujuan seperti disebutkan di muka, dan sejalan dengan
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islami tersebut, maka bimbingan dan
konseling islami melakukan kegiatan yang dalam garis besarnya dapat disebutkan
yaitu, membantu individu mengetahui, mengenal dan memahami keadaan dirinya
sesuai dengan hakekatnya, atau memahami kembali keadaan dirinya, sebab dalam
keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan
dirinya yang sebenarnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bimbingan dan
konseling islami “mengingatkan kembali individu akan fitrahnya”.
Tags
Emosi Manusia