Analisis wacana kritis adalah studi tentang
struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik)
bahasa. Analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau
teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui isi teks
berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana
bangunan struktur kebahasan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna
yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto,2001).
Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam
analisis wacana. Pandangan pertama yaitu positivisme-empiris yang melihat
bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan
melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala sejauh ia dinyatakan dengan memakai
pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis dan memiliki hubungan dengan
pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisah antara
pemikiran dan realitas.
Pandangan kedua adalah konstruktivisme yang
banyak dipengaruhi pemikiran fenomenologi. Dalam konstruktivisme, bahasa tidak
lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan
yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru
menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta
hubungan-hubungan sosialnya.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan
kritis. Pandangan ini ingin mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang
sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis
maupun institusional. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada
konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri
si pembicara. Tetapi merupakan representasi yang berperan dalam membentuk
subjek tertentu maupun strategi di dalamnya.
Dalam analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis / CDA), wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi
bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks
untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis disini agak berbeda dengan
studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis bukan
dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan
dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan
praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.
Menurut Fairclough dan Wodak, (Eriyanto 2009),
analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dari praktik sosial.
Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan
dialektis diantara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan
struktur sosial yang membentuknya. Analisis wacana kritis melihat bahasa
sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat
ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Analisis wacana kritis
menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung
dan mengajukan versinya masing-masing.
Tags
Komunikasi