Ulat sutera (Bombyx mori) merupakan salah
satu dari sekitar 100 jenis anggota famili Bombicydae yang menghasilkan ulat
sutera, memiliki nilai ekonomis tinggi.
Bombyx mori termasuk dalam genus
Bombyx, famili Bombycidae, ordo Lepidoptera, filum Arthropoda dan kelas
Insekta. Bombyx mori termasuk serangga “holometabolis” (holos = lengkap,
metabole= perubahan metamorfose
lengkap), yaitu golongan serangga yang dalam masa pertumbuhanannya dari
telur, yang menetas menjadi ulat, kemudian berubahbentuk menjadi pury
(kepompong, entung) dan ngengat, menunjukan perubahan bentuk (metamorfose) yang
sempurna (lengkap) (Sihombing 2002).
Telur--> Ulat atau Larva-> Pupa (dalam kokon)-> Ngengat
Gambar 1 Ulat Sutera (kiri)
Ulat sutera adalah mengalami metamorfosa
sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi melewati 4 stadia, yaitu telur,
larva, ulat, pupa dan ngengat (Atmosoedarjo et al 2000). Sebagai serangga yang
hidup di daerah tropis, Bombyx morimampu hidup, berkembang dan beradaptasi pada
suhu 24-30 0celcius dengan kelembaban 60-80% dan aliran udara yang
baik. Bombyx moribanyak dijumpai ketika musim hujan dan sedikit pada musim
panas. Bombyx mori dapat melakukan diapose (menghentikan satu fase perkembangan
sebelum memasuki perkembangan yang lain) dengan cara memperpanjang masa pupa,terutama
di musim panas.
Makhluk ini tergolong berdarah dingin
(poikilotermik) yang siklus hidupnya sangat dipengaruhi oleh klimat lingkungan
(suhu, cahaya, kelembapan, dan angin).
Bentuk telur Bombyx moriadalah bulat sedikit
gepeng, berat sekitar 0,006 g/butir, dengan panjang 1-1,3 mm dan lebar 0,9-1,2
mm. Satu gram telur berisiantara 1600 – 1650 butir telur dengan berat jenis
telur adalah 1,075.
Pertumbuhan ulat seluruhnya merupakan masa
makan dan masa tumbuh. Sewaktu baru ditetaskan dari telur, berat tubuh hanya
sebesar 0,038 gram dan panjang badan 0,25 cm, tetapi setelah mencapai umur
23-25 hari berat tubuhnya sekitar 360 gram dengan panjang tubuh mencapai 7,2
cm. Pertambahan berat tubuh dari awal hingga 23-25 hari yaitu sekitar 9500 kali
dan panjang berlipat menjadi 30 kali. Diketahui pula saat terjadi proses
pergantian kulit (moulting) berat basahnya akan menurun (Sihombing 2002). Ulat
sutera akan berubah bentuk manjadi kokon dengan pupa di dalamnya. Pupa (Latin =
golek, wayang) atau kepompong (entung) adalah stadia perantara dari ulat
sebelum berubah menjadi ngengat. Berikut tanda-tanda jika seekor ulat akan
mengokon:
Waktunya
sudah cukup, yakni waktu ini dihitung sejak telur ditetaskan,
Tidak
aktif makan
Keluar
kotoran ulat berwarna hijau, karena makanan tidak tercerna,
Warna
tubuhnya jernih, padat berisi, terutama bagi ulat penghasil benang yang
berwarna kuning.
Setelah ulat membentuk kokon dengan pupa di
dalamnya maka akan terbentuk pula fibroin. Fibroin adalah protein bentuk serat,
tidak larut dalam air dan tahan akan hidrolisis oleh air ataupun enzim-enzim.
Protein yang terkandung dalam pupa ulat sutera mencapai 60-75%. Selain protein,
terdapat kandungan zat gizi lainnya pada pupa.
Tags
Pertanian