Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat
dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam
belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner, murid mengorganisir bahan yang
dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan discovery
learning, atau dengan kata lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan dan
mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari
berajar.
Menurut
Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:
- Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama.
- Tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
- Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Perkembangan
mental anak menurut Bruner (Toeti Soekamto, 1994), Kajian Bruner menekankan
perkembangan kognitif. Ia menekankan cara-cara manusia berinteraksi dalam alam
sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam. Menurut Bruner,
perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang ditentukan cara melihat
lingkungan, yaitu enaktif (0-2 tahun), ikonik (2-4 tahun), dan simbolik (5-7
tahun).
- Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
- Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komperasi)
- Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ekonik dalam proses belajar.
Berdasarkan
hasil observasi dan eksperimennya mengenai kegiatan belajar-mengajar matematika
Bruner merumuskan empat teori umum tentang belajar matematika yaitu:
- Teorema penyusunan (contruction theorem)
- Teorema pelambangan (notation theorem)
- Teorema pembedaan dan keaneka ragaman ( contrast and variation theorem)
- Teorema pengaitan (connectivity theorem)
Empat Tema
tentang Pendidikan
Tema pertama
mengemukakan pentingnya arti struktur
pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita
menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya
tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
Tema kedua
adalah tentang kesiapan untuk belajar.
Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang
lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai
kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga
adalah menekankan nilai intuisi dalam
proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk
sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis
untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang benar
atau tidak.
Tema keempat
adalah tentang motivasi atau
keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru
untuk merangsang motivasi itu.
Teori-teori Psikologi telah banyak membantu
membentuk Landasan Pendidikan didalamnya anak dapat belajar dengan
efektif. Landasan psikologis sangat
penting karena manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, sehinggap
membutuhkan teori yang berbeda-beda untuk diaplikasikan dalam kasus-kasus
pendidikan. Mengingat dekatnya hubungan
teori-teori tersebut dengan pendidikan, maka guru-guru modern patut
mempelajarinya dan mengaplikasikannya dalam kelas.
Tags
Psikologi Pendidikan