Tahap penyebab luka terdiri dari beberapa fase. Penyembuhan luka adalah
proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Penyembuhan luka
melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat penyembuhan pada semua luka sama,
dengan variasinya bergantung pada lokasi, keparahan dan luasnya cedera.
Tanpa memandang penyebab, tahapan penyembuhan luka secara umum terbagi
atas :
Fase koagulasi
Setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti dengan
aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini
diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.
Fase inflamasi
Fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional yaitu menggalakkan hemostasis,
menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama
bakteria. Pada fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami degranulasi, melepaskan
faktor pertumbuhan seperti
platelet derived growth
factor(PDGF) dan transforming
growth factor ß(βTGF),
granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), C5a, TNFα, IL-1
dan IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit
matriks fibrin yang
mengawali proses penutupan
luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4.
Inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah
beberapa menit dan berlangsung selama
sekitar 3 hari setelah cedera. Proses perbaikan
terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostatis),
mengirim darah dan sel ke area yang mengalami cedera (inflamas), dan membentuk
selsel epitel pada tempat cedera (epitelialisasi). sel epitel pada tempat cedera
(epitelialisasi). Selama proses
hemostatis, pembuluh darah yang cedera akan mengalami konstriksi dan trombosit berkumpul
untuk menghentikan perdarahan. Bekuan-bekuan
darah membentuk matriks fibrin yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan
sel
Fase proliperatif
Fase proliperatif terjadi
dari hari ke
4-21 setelah trauma. Aktivitas utama selama fase
regenerasi ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan
granulasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. Keratinosit disekitar
luka mengalami perubahan
fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara
keratinosit pada membran
basal menyebabkan sel
keratin bermigrasi kearah lateral.
Keratinosit bergerak melalui
interaksi dengan matriks protein ekstraselular
(fibronectin,vitronectin dan
kolagen tipe I).
Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial
growth factor(VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan
granulasi.
Fase remodeling
Remodeling merupakan fase
yang paling lama
pada proses penyembuhan luka,terjadi
pada hari ke
21-hingga 1 tahun.
Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin myofibroblas
dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi
pada penyembuhan luka.
Pada fase ini
terjadi juga remodeling kolagen. Kolagen
tipe III digantikan
kolagen tipe I
yang dimediasi matriks metalloproteinase yang
disekresi makrofag, fibroblas, dan sel
endotel. Pada masa 3 minggu
penyembuhan, luka telah
mendapatkan kembali 20%
kekuatan jaringan normal
(Hunt,2003; Mann ,dkk;2001, Ting,dkk; 2008).
Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat
memerlukan waktu lebih dari satu tahun, bergantung pada kedalaman dan kaluasan
luka. Serat kolagen kedalaman dan
kaluasan luka. Serat kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum
mencapai bentuk normal.
Tags
Patologi