Pembangunan
yang hanya dijalankan
oleh satu pihak
atau dipaksakan, artinya tanpa
melibatkan rakyat dalam
arti sebenarnya bukanlah model
pembangunan yang ideal.
Pembangunan semacam ini dapat
terjadi, namun dalam
kondisi dimana sistem
Pemerintahannya adalah
diktator. Model pembangunan diktator
hanya akan melahirkan penderitaan dan
kesengsaraan rakyatnya, oleh
karena itu model pembangunan yang
seimbang atau ideal adalah model pembangunan dengan melibatkan dan didukung penuh rakyat. Dukungan ini dalam bentuk
partisipasi. Jika pembangunan hanya dilakukan oleh Pemerintah, yaitu mengandalkan sepenuhnya
Pemerintah, maka dapat
dipastikan pembangunan tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan, oleh
karena itu peran serta masyarakat menjadi sangat penting.
Penduduk merupakan aset
dalam pembangunan, mengingat penduduk sebagai
suatu agent of
development, sehingga tidaklah berlebihan bila dikatakan berhasil
tidaknya pembangunan ditentukan oleh sikap penduduk selama proses pembangunan
berlangsung.
Modernisasi Pembangunan
Perkembangan
ekonomi yang ditandai
dengan munculnya modernisasi dan
kemajuan yang sangat
pesat di segala
bidang, pada awalnya ditemui pada
kawasan negara Eropa dan Amerika. Namun pada saat ini
mulai terjadi pergeseran
ke Asia, yaitu
dimulai dari Jepang, Korea dan Cina. Negara-negara
tersebut terkenal memiliki informasi dan teknologi yang
cukup tinggi. Pada
umumnya sebagian besar
negara di Asia dan Amerika Latin,
masih berkutat dengan dengan kemisikinan dan ketidakmampuan mereka untuk
menjalankan pembangunan.
Masalah
globalisasi, hak asasi
manusia, hal paten
dan lingkungan merupakan isu-isu yang sangat luas dikenal di negara
maju, sebaliknya menjadi sangat
asing untuk negara-negara
sedang berkembang. Kemajuan ekonomi
dalam ekonomi global
telah mempertajam
ketimpangan internasional diberbagai
bidang, seperti bidang sosial,
budaya dan politik.
Pada akhirnya ketimpangan
ini semakin melebarkan jurang
perbedaaan antara negara
kaya dengan negara miskin.
Di kawasan Asia
sendiri, jurang perbedaaan
ini dapat dilihat dari tingkat
pendapatan perkapita yang sangat jauh berbeda.
Pendekatan Sosial Budaya dalam
Pembangunan Ekonomi
Faktor
sosial budaya masyarakat
dalam proses pembangunan adalah sangat
penting. Kebiasaan atau
adat istiadat yang
ada di dalam masyarakat pada
umumnya sudah terjadi
ratusan tahun dan
turun temurun, oleh karena
itu sangat sulit
untuk mengadakan perubahan begitu saja. Nilai-nilai yang
terkandung dan diyakini betul sebagai suatu kebenaran, sangatlah
sulit untuk menerima
perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat modern.
Menurut
Hagen (dalam Kompas,
2000), berpendapat bahwa faktor
kekuatan yang paling
penting untuk menggerakan
masyarakat negara sedang berkembang
dari kemandekan ekonomi
atau stagnasi ekonomi ke arah
proses pembangunan adalah perubahan pada nilai sosial budayanya. Hagen telah
mencoba untuk menyusun teori umum mengenai pembangunan yang
didasarkan pada serangkaian
faktor sosiologis, antropologis
dan psikologis. Dari hasil penelitian
tersebut, Hagen membuat
suatu model, bahwa kemajaun
ekonomi dan pembangunan
ekonomi dijadikan fungsi dari
(tergantung dari )
perubahan pada kombinasi
bidang sosiologis, antropologi
dan psikologi dalam kehidupan masyarakat.
Menurut
Hagen, sebab utama
bagi perubahan masyarakat terlihat secara internal pada
faktor-faktor yang melekat pada tata susunan masyarakat dan dalam tubuh
masyarakat itu sendiri bukan pada sejumlah faktor eksternal.
Perkembangan ekonomi terjadi
ditandai dengan akumulasi modal
dan kemajaun teknologi hanya bila ada perubahan nilainilai budaya dan perilaku
warga masyarakat.
Dalam
pendekatan sosial budaya
juga juga ditonjolkan segi kelembagaan dan
peranan lembaga-lembaga pergaulan
hidup (Social Institutional), termasuk
kebiasaan hidup dalam
masyarakat (Social Habits). Faktor
budaya yang melekat
pada segi kelembagaan
sangat berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku masyarakat
dalam melakukan produksi, distribusi,
konsumsi, tabungan dan investasi.
Pembangunan Ekonomi dan Demokrasi
Proses
demokratisasi yang terjadi
di dunia ini,
pada umumnya melanda negara-negara
yang sedang mengalami
transisi Pemerintahan yang bersifat
diktator, otoriter dan
koruptor yang pada
umumnya menggunakan sistem pemerintahan yang sentralistik pada semua
bidang terutama pada bidang-bidang
yang dianggap sangat
vital. Masa transisi merupakan masa
yang paling berat,
sebab nilai-nilai atau konsep
demokratisasi sendiri belum
dipahami sepenuhnya oleh
, masyarakat sehingga banyak
negara-negara sedang berkembang
yang mengalami kegagalan.
Menurut
Francis Fukuyama (dalam
Kompas, 2000), umat manusia
sekarang sedang memasuki
periode akhir dari
sejarah. Menurutnya masyarakat manusia bergerak dari periode hanya satu
orang yang berkuasa (monarki) menuju kepada beberapa orang yang berkuasa (oligarki) dan
berakhir pada semua
orang berkuasa (demokrasi).
Sebaliknya menurut termiloginya, Samuel Huntintong,
manusia sedang mengalami gelombang
ketiga proses demokatratisasi.
Masing-masing gelombang dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Gelombang pertama terjadi pada tahun 1828 – 1926 ketika Amerika Serikat, Eropa Barat dan negara-negara jajahan Inggris menjadi demokratis.
- Gelombang kedua terjadi pada tahun 1943 – 1962 terjadi di negara-negara yang kalah perang (Jerman, Italia dan Jepang), di beberapa negara Amerika latin serta beberapa negara bekas kolonial.
- Gelombang ketiga dimulai pada tahun 1974 sampai sekarang yang dimulai dengan terjadinya proses demokrasi di Portugal, lalu diikuti negara-negara Asia, dan akhirnya negara-negara komunis setelah runtuhnya Uni Soviet.
Berbagai
peristiwa penting di
Asia menegaskan bahwa gelombang ketiga
itu terus bergulir.
Pada tahun 1979
terjadi revolusi Islam di
iran yang dipimpin oleh Ayotollah
Ruholloh Khomeni dengan menggulingkan diktator Shah Reza Pahlevi. Bulan
februari 1986, pecah revolusi
kekuatan rakyat di
Manila dengan berhasil
menumbangkan kediktaktoran Ferdinand Marcos yang dipimpin oleh Cory
Aquino.
Setelah itu revolusi demi revolusi atau reformasi demi
reformasi terjadi di banyak
negara, termasuk Indonesia.
Reformasi politik di Indonesia
terjadi pada tahun
1997 dengan lengsernya
Suharto sebagai presiden selama
kurang lebih 32
tahun berkuasa. Kesemuanya
itu menegaskan bahwa perubahan sedang dan terus terjadi di segala tataran (Kompas, 30 Oktober
2000).
Tags
Ekonomi