Hati menghasilkan empedu yang mencapai ½
liter setiap hari. Empedu berasal dari
hemoglobin sel darah merah yang telah tua. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit. Zat
ini disimpan di dalam kantong empedu.
Empedu mengandung kolesterol, garam
mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Empedu yang
disekresikan berfungsi untuk mencerna lemak,
mengaktifkan lipase, membantu daya
absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air
menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu
di hati tersumbat,
empedu masuk ke
peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan.
( Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Hati juga
menghasilkan enzim arginase yang dapat mengubah arginin menjadi ornitin dan
urea. Ornitin yang terbentuk
dapat mengikat NH3 dan CO2
yang bersifat racun. Fungsi lain
dari hati adalah mengubah glukosa yang diambil dari darah
menjadi glikogen yang
disimpan di sel-sel
hati. Glikogen akan dirombak kembali menjadi glukosa oleh
enzim amilase dan dilepaskan ke darah sebagai
respon meningkatnya kebutuhan
energi oleh tubuh ( Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Hati yang normal memiliki konsistensi yang halus dan
kenyal bila disentuh, apabila hati terinfeksi suatu penyakit, maka akan terjadi
pembengkakan. Akibat pembengkakan yang
terjadi, sel hati
akan mulai mengeluarkan
enzim alanin aminotransferase ke
darah. Dengan adanya peningkatan jumlah enzim ini dapat membantu mendiagnosis
adanya gangguan fungsi hati. Konsentrasi enzim yang lebih
tinggi dari normal,
menandakan hati mulai rusak. Perubahan dan kerusakan
hati meningkat dengan
adanya perkembangan penyakit.
Setelah membengkak, hati melakukan perbaikan dengan membentuk bekas luka
atau parut kecil, parut ini disebut
fibrosis. Semakin meningkat kerusakan
yang terjadi, semakin banyak
parut yang terbentuk dan dalam tahap selanjutnya disebut sirosis (Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Penyakit yang dapat mempengaruhi hati
meliputi kelainan sekunder pada berbagai
penyakit sistemik dan
kelainan primer yang
lebih spesifik bagi
hati. Salah satu klasifikasi
gangguan hati yang
bermanfaat adalah klasifikasi berdasarkan sistem
anatomik yang terkena
– sirkulasi, sistem
empedu, atau sel hati (Ronal.AS dan Richard. AM, 2004).
Penggunaan
suplemen berenergi yang
terlalu sering dalam
jangka waktu yang lama dan dengan
dosis tertentu dapat menyebabkan adanya gangguan fungsi hati. Hal itu
dikarenakan, kandungan yang terdapat di dalam suplemen berenergi sepeti kafein,
taurin dan vitamin.
Kelebihan kafein , taurin
dan vitamin akan disimpan oleh tubuh di dalam hati,
apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan memperberat kerja hati dan
menyebabkan terjadinya gangguan fungsi hati. Dimana keadaan
itu ditandai dengan adanya peningkatan
enzim SGPT, maka pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya gangguan fungsi
hati tersebut adalah dengan memeriksa
kadar SGPTnya.
Yuk kunjungi situs kami di http://gunungrizki.com/, banyak info-info menarik disini
BalasHapus