Dalam rangka mendeteksi perubahan yang
terjadi di permukaan bumi diperlukan
suatu teknik yang
dapat mengidentifikasi
perubahan-perubahan atau fenomena
melalui pengamatan pada berbagai waktu yang berbeda. Menurut Singh (1989) salah
satu data yang paling
banyak digunakan adalah data penginderaan jauh dari satelit
yang dapat mendeteksi perubahan karena peliputannya
yang berulang-ulang dengan interval waktu yang pendek dan terus menerus.
Penginderaan
jauh merupakan suatu teknik untuk
mengumpulkan informasi mengenai
obyek dan lingkungannya dari jarak
jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya menghasilkan beberapa bentuk citra yang
selanjutnya diproses dan diinterpretasi untuk
menghasilkan data yang
bermanfaat untuk aplikasi
sesuaidengan kebutuhannya (Lo, 1996).
Sedangkan definisi Sistem
Informasi Geografis (SIG)
menurut Chrisman (1997) adalah
suatu sistem perangkat lunak maupun keras, data, orang, organisasi dan institusi
yang melakukan pengumpulan, penyediaan,
analisis menyimpulkan informasi yang meliputi
area di bagian bumi. Jadi data
tersebut dapat berupa data spasial dan
tabular yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Aronoff
(1989), memberikan pengertian
Sistem Informasi Geografis adalah
suatu sistem berbasis
komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data
bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan
kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran
sebagai hasil akhir (output). Hasil
akhir (output) dapat dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan
pada masalah yang berhubungan dengan geografi.
Analisis spasial dikembangkanuntuk mengisi
kebutuhan akan permodelan dan penganalisisan data spasial.
Rustiadi et al.
(1999) mendefinisikan analisis spasial sebagai
suatu kemampuan umum untuk memanipulasi
data spasial ke dalam
bentuk-bentuk yang berbeda
dan mengekstraksi pengertian
tambahan sebagai hasilnya. Analisis spasial berbeda
dengan peringkasan
(summarization) data spasial.
Rustiadi
et al. (1999)
mendefinisikan analisis spasial sebagai
suatu kumpulan dari teknik-teknik
analisis kejadian-kejadian geografis di mana
hasilhasil analisis tergantung pada susunan spasial kejadian-kejadian
tersebut. Bentuk dari ‘kejadian geografis’
ini dinyatakan dalam kumpulan obyek titik,
garis, atau area. Dengan
demikian, analisis spasial membutuhkan informasi nilai -nilai atribut maupun geografi dari
obyek -obyek yang dikumpulkan tersebut.
Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan
berbagai data pada
suatu titik tertentu di
bumi, menggabungkannya, menganalisa,
dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang diolah
pada SIG adalah
data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis dan
merupakan lokasi yang
memiliki sistem koordinat
tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga
aplikasi SIG dapat
menjawab beberapa pertanyaan
seperti lokasi,kondisi,
tren, pola dan
pemodelan. Kemampuan inilah
yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.
Sub Sistem Informasi
Geografis (SIG)
SIG
dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut:
Data
Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan,
mempersiapkan, dan menyimpan data spasial
dan atributnya dari
berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan
format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oeh perangkat
SIG yang bersangkutan.
Data
Output
Sub-sistem ini
bertugas untuk menampilkan
atau menghasilkan keluaran
(termasuk mengekspornya ke format
yang dikehendaki) seluruh
atau sebagian basis
data (spasial) baik dalam
bentuk softcopy maupun hardcopy seperti
halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.
Data
Management
Sub-sistem
ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke
dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau
di-retrieve, diupdate, dan diedit.
Data
Manipulation & Analysis
Sub-sistem ini
menentukan informasi-informasi y ang
dapat dihasilkan oleh
SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan
penggunaan fungsifungsi dan operator
matematis & logika)
dan pemodelan data
untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
Sejarah Sistem Informasi
Geografis (SIG)
Sistem
ini pertama kali
diperkenalkan di Indonesia
pada tahun 1972
dengan nama Data Banks
for Development. Munculnya
istilah Sistem Informasi
Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari
International Geographical Union
di Ottawa Kanada pada tahun 1967.
Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut
CGIS (Canadian GIS-SIG
Kanada). CGIS digunakan
untuk menyimpan, menganalisa dan
mengolah data yang
dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada
(CLI-Canadian Land Inventory)
yang merupakan sebuah
inisiatif untuk mengetahui
kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada
tanah, pertanian, pariwisata,
alam bebas, unggas
dan penggunaan tanah pada skala 1:250000.
Sejak
saat itu Sistem
Informasi Geografis berkembang
di beberapa benua
terutama Benua Amerika, Benua
Eropa, Benua Australia,
dan Benua Asia.
Seperti di Negaranegara
yang lain, di Indonesia
pengembangan SIG dimulai di lingkungan
pemerintahan dan militer. Perkembangan
SIG menjadi pesat
semenjak di ditunjang
oleh sumberdaya yang bergerak di
lingkungan akademis (kampus).
Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern
(berbasis computer, digital) dimulai sejak tahun 1960-an.
Pada saat itu
untuk menjalankan perangkat
SIG diperlukan computer mainframe khusus
dan mahal. Dengan perkembangan
computer PC, kecanggihan
CPU, dan semakin
murahnya memori, sekarang
SIG tersedia bagi
siapapun dengan harga murah.
Komponen Sistem Informasi
Geografis (SIG)
Menurut
John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat beroperasi dengan
komponen- komponen sebagai berikut:
- Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder.
- Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb.
- Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut: Data osisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi/keruangan yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut, Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.
- Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data.
- Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat pendukung lainnya.
Selain
kelima komponen di
atas, ada satu
komponen yang sebenarnya
tidak kalah penting yaitu Metode. Sebuah SIG yang
baik adalah apabila didukung dengan metode perencanaan desain sistem yang baik dan sesuai dengan ‘’business
rules’’ organisasi yang menggunakan SIG tersebut.
Tugas Utama Sistem Informasi
Geografis (SIG)
Berdasarkan desain awalnya tugas utama
SIG adalah untuk melakukan analisis data spasial. Dilihat
dari sudut pemrosesan
data geografik, SIG
bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama
dilakukan oleh berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan
pemrosesan lama hanyalah
digunakannya data digital.
Adapun
tugas utama dalam SIG adalah sebagai berikut:
- Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Proses konversi data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk digital disebut dengan digitizing. SIG modern bisa melakukan proses ini secara otomatis menggunakan teknologi scanning.
- Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam SIG lebih fleksibel dibandingkan dengan cara manual atau pendekatan kartografi otomatis. Prosesnya diawali dengan pembuatan database. Peta kertas dapat didigitalkan dan informasi digital tersebut dapat diterjemahkan ke dalam SIG. Peta yang dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai skala dan dapat menunjukkan informasi yang dipilih sesuai dengan karakteristik tertentu.
- Manipulasi data, data dalam SIG akan membutuhkan transformasi atau manipulasi untuk membuat data-data tersebut kompatibel dengan sistem. Teknologi SIG menyediakan berbagai macam alat bantu untuk memanipulasi data yang ada dan menghilangkan data-data yang tidak dibutuhkan.
- Manajemen file, ketika volume data y ang ada semakin besar dan jumlah data user semakin banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah menggunakan database management system (DBMS) untuk membantu menyimpan, mengatur, dan mengelola data
- Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk menampilkan query dan alat bantu untuk menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG digunakan untuk menganalisis data geografis untuk melihat pola dan tren.
- Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam tipe operasi geografis, hasil akhirnya divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta sangat efisien untuk menyimpan dan mengkomunikasikan informasi geografis. Namun saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan tampilan peta dengan menambahkan laporan, tampilan tiga dimensi, dan multimedia.
Bidang-bidang Aplikasi Sistem
Informasi Geografis (SIG)
Sistem
Informasi Geografis dapat
dimanfaatkan untuk mempermudah
dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai
atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya
terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini
merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non
spasial, sehingga para
penggunanya dapat membuat
peta dan menganalisa informasinya dengan
berbagai cara. SIG merupakan alat
yang handal untuk menangani data spasial,
dimana dalam SIG
data dipelihara dalam
bentuk digital sehingga
data ini lebih padat
dibanding dalam bentuk
peta cetak, tabel,
atau dalam bentuk
konvensional lainya yang akhirnya
akan mempercepat pekerjaan
dan meringankan biaya
yang diperlukan.
Beberapa
alasan penggunaan SIG, antara lain:
- SIG sangat efektif dalam membantu proses-proses pembentukan, pengembangan, atau perbaikan peta mental yang telah dimiliki oleh setiap orang yang selalu berdampingan dengan lingkungan dunia nyata.
- SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang effektif, menarik, dan menantang dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian, dan pendidikan mengenai ide atau konsep lokasi, ruang (spasial), kependudukan dan unsur-unsur geografis yang terdapat dipermukaan bumi berikut data atribut terkait yang menyertainya.
- SIG dapat memberikan gambaran yang lengkap dan komprehensif terhadap suatu masalah nyata yang terkait spasial permukaan bumi. Semua entitas yang dilibatkan dapat divisualkan untuk memberikan informasi baik yang tersirat(implisit) maupun yang tersurat (eksplisit).
- SIG menggunakan baik data spasial maupun atribut secara terintegrasi hingga sistemnya dapat menjawab baik pertanyaan spasial maupun non-spasial, memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial.
- SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualkan data spasial berikut atribut-atributnya. Modifikasi warna, bentuk dan ukuran simbol yang diperlukan untuk merepresentasikan unsur-unsur permukaan bumi dapat dilakukan dengan mudah.
- SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk layer, tematik, atau coverage data spasial. Dengan layer ini permukaan bumi dapat ‘’direkonstruksi’’ kembali atau dimodelkan ke dalam bentuk nyata (real world tiga dimensi) dengan menggunakan data ketinggian berikut layer tematik yang diperlukan.
- SIG dapat menurunkan informasi secara otomatis tanpa keharusan untuk selalu melakukan interpretasi secara manual. Dengan demikian, SIG dengan mudah dapat menghasilkan data spasial tematik yang merupakan (hasil) turuan dari data spasial yang lain (primer) dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya.
Berikut
ini adalah beberapa contoh aplikasi SIG di berbagai bidang:
- Pengelolaan Fasilitas: Peta skala besar, network analysis, biasanya digunakan untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan, pelayanan jaringan telekomunikasi.
- Sumber Daya Alam: studi kelayakan untuk tanaman pertanian, pengelolaan hutan, perencanaan tataguna lahan, analisis daerah bencana alam dan analisis dampak lingkungan.
- Lingkungan : pencemaran sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan lumpur di sekitar sungai, danau atau laut, pemodelan pencemaran udara, dll.
- Perencanaan: pemukiman transmigrasi, tata ruang wilayah, tata kota, relokasi industri, pasar, pemukiman, dll.
- Ekonomi dan bisnis: penentuan lokasi bisnis yang prospektif untuk bank, pasar swalayan, mesin ATM, show room, dll.
- Kependudukan: penyediaan informasi kependudukan, pemilihan umum, dll
- Transportasi: inventarisasi jaringan (seperti jalur angkutan umum), analisis rawan kemacetan dan kecelakaan, manajemen transit perencanaan rute, dll.
- Telekomunikasi: inventarisasi jaringan, perizinan lokasi-lokasi BTS beserta pemodelan spasialnya, sistem informasi pelanggan, perencanaan pemeliharaan dan analisis perluasan jaringan, dll.
- Militer: penyediaan data spasial untuk rute perjalanan logistic, peralatan perang, dll
Tags
Geografi