Siklus hidup Ulat Sutera sangatlah unik. Menurut Jumar (2000), siklus hidup adalah
serangkaian berbagai stadia yang terjadi
pada seekor serangga dalam pertumbuhannya, sejak dari telur sampai
menjadi imago (dewasa). Perkembangan pasca-embrionik atau perkembangan insecta
setelah menetas dari telur akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan
ukuran mancapai serangga dewasa.
Perubahan bentuk dan ukuran yang bertahap ini
disebut dengan metamorfosis. Ulat sutera sendiri adalah salah satu serangga
yang mengalami metamorfosis sempurna. Sepanjang
hidupnya, ulat sutera telah mengalami empat fase, yaitu fase telur, fase
larva, pupa dan imago. Pada fase larva terdapat beberapa tahap, yaitu instar I,
instar II, instar III, instar IV, dan instar V (Katsumata dalam Ekastusi, 1992).
Gambar Siklus Hidup Ulat Sutera Bombyx mori L
Seperti halnya kupu-kupu, ngengat juga mengalami
beberapa tahapan dalam hidupnya sampai menjadi dewasa. Berawal dari telur,
menetas menjadi larva (ulat), kemudian berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon
dari sutera, dan akhirnya menjadi bentuk dewasa berupa ngengat. Rangkaian
peristiwa ini dikenal dengan istilah
metamorfosis sempurna dan terjadi dalam waktu kurang lebih dari satu bulan. Dalam
tahap ini mengalami perubahan yaitu telur berubah menjadi ulat dan kemudian menjadi
dewasa atau ngengat. Dalam peristiwa ini ada dua perubahan yang terjadi. Pertama,
perubahan pada setiap telur menjadi bentuk ulat. Kedua, perubahan ulat menjadi
ngengat. Telur sutera menetas secara tidak langsung berubah jadi ngengat, tetapi
terlebih dahulu menjadi ulat. Dalam pertumbuhannya ulat mengalami beberapa kali
pergantian kulit, karena kulitnya seakan-akan hanya mampu membungkus tubuh sampai
pada tahap pertumbuhan tertentu. Untuk mencapai pertumbuhan berikutnya diperlukan
kulit baru untuk membungkus tubuh yang lebih besar (Tim penulis, 1992).
Ngengat
dalam hidupnya mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk yang
berbeda antara satu fase dengan fase yang lain. Perubahan tersebut adalah dari telur
berubah menjadi larva, kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi imago
(bentuk dewasa), yakni berupa ngengat (Guntoro, 1995).
Serangga mempunyai kelenjar yang mengeluarkan
hormon yang disebut ekdison, yang merupakan suatu steroid. Ekdison selalu
dianggap sebagai hormon yang bertanggung jawab terhadap pergantian kulit
serangga. Dapat ditunjukkan bahwa ekdison bekerja langsung pada kromosom. Hal
ini dapat dilihat oleh adanya gejala pembengkakan (puffing) pada kromosom
setelah dikenai ekdison. Gejala ini adalah akibat pembuatan DNA dan RNA
ditempat itu, yang berhubungan langsung dengan sintesis proteinnya
(Sastrodihardjo, 1984).
Telur ulat sutera berbentuk agak gepeng dan kecil,
ukurannya kira-kira 1,3 mm, lebar 1 m dan tebal 0,5 mm beratnya hanya ± 0,5 mg.
Warna telur hari pertama setelah telur keluar dari induk kupu adalah kuning
sampai kuning susu. Pada telur ulat sutera polyvoltin warna tersebut hampir
tidak berubah sampai kurang lebih 7-8 hari, tetapi dalam 1-2 hari menjelang
akan menetas akan berubah lagi menjadi abu-abu kebiruan (KPSA, 1990).
Tags
Pertanian