Orang chinalah yang pertama kali
membudidayakan ulat sutera dengan pemberian pakan daun murbei. Mereka mengubah
kokon lewat proses pemintalan menjadi benang sutera dan menenunnya menjadi
kain. Mereka juga memasarkan sutera ke seluruh dunia. Pada masa pemerintahan
dinasti Han (206 SM - 25 SM) sudah ada pabrik pemintalan benang sutera. Ketika
pertama kali diperkenalkan, kain sutera sudah menarik hati para keluarga
kerajaan china. Pakaian-pakaian keluarga kerajaan yang mewah dan indah ini lalu
ditiru oleh para bangsawan dan orang-orang kaya di wilayah itu. Akibatnya,
dimulailah usaha persuteraan secara massal. Banyak petani china yang menanami
lahannya dengan pohon murbei dan memelihara ulat sutera.
Naluri dagang yang dimiliki orang china
membantu memperluas budidaya ulat sutera hingga melintas ke negara-negara di
sekitarnya, bahkan sampai jauh ke Eropa. Lewat jalur perdagangan yang masyhur
yaitu jalur sutera atau silk road, sutera dibawa ke luar dataran China. Dengan
menggunakan karavan, pedagang china membawa kain sutera sampai ke eropa melalui
gurun ghobi dan turki, serta daratan negara-negara di Asia Kecil.
Jepang dan korea di Asia Timur, serta
daerah-daerah di Asia Barat seperti India, sejak abad ke-4 sudah mengenal
budidaya dan pengolahan sutera. Sedangkan daerah-daerah di Asia Tenggara
mengenal sutera ketika orang china melewati daerahnya untuk mengembangkan sutera
ke India. Saat itu yang dikenal baru kain suteranya, sedangkan budidaya ulat
sutera sendiri dikenal lama setelah itu.
Setelah jalur sutera mencapai eropa, kota
venesia di Italia menjadi pusat perdagangan sutera antar negara Timur dan
Barat. Bangsa arab yang berpusat di kota bagdat dan damaskus mengembangkan
teknik penenunan kain sutera. Sutera lantas terkenal ke seluruh penjuru dunia.
Perdagangan lewat laut memperluas pasaran sutera ke Perancis, Spanyol dan
Inggris. Dari daerah-daerah ini, berlanjut ke seluruh daratan eropa, terutama
jerman.
Sejak abad ke 13, perancis mulai mengusahakan
kain sutera. Perkembangan usaha persuteraan sungguh sangat pesat dinegara ini.
Pada abad ke 16, daerah Lyon saja terdpat sekitar 5 ribu ahli pembuat sutera.
Karna pesatnya kebutuhan akan kokon dan benang sutera, maka akhir abad ke-16
tiu Perancis dan Italia mulai membudidayakan ulat suteranya. Di Inggris pabrik
penenunan sutera pertama kali didirikan pada abad ke-15
Sedangkan jepang mengenal sutera tidak lama
setelah China memulainya. Pada abad ke-2 bibit kupu-kupu penghasil sutera
didatangkan ke Jepang dari China. Perkembangan yang pesat kemudian menjadikan
kegiatan persuteraan menjadi tulung punggung perekonomian jepang. Di zaman
Meiji, tahun 1880, jepang menhasilkan 44.000 ton kokon atau sama dengan 2.000
ton sutera mentah. Pada tahun 1930, ekspor jepang sekitar 30-50% didominasi
oleh sutera mentah, yaitu sebanyak 40.000 ton. Sayang sekali perkembangan
industri lain di jepang menggeser kejayaan usaha sutera. Lahan-lahan murbei
yang berkurang karena perluasan areal industri menyebabkan prosuksi jepang
menurun.
Dibandingkan negara lain, Amerika Serikat
termasuk terlambat mengenal persuteraan. Pabrik penenunan kain sutera baru
didirikan tahun 1838 di daerah new georgia. Daerah inilah yang kelak menjadi
pusat persuteraan Amerika.
Di Indonesia, perkembangan sutera juga
sudah lama berlangsung, yaknidimulai pada abad ke-10. Awalnya, kegiatan
perdagangan sutera di Indonesiadilakukan secara langsung oleh negara China dan
India. Hal ini membuatpemanfaatan sutera mengalami perkembangan di wilayah
Nusantara, terutama didaerah Sulawesi dan berlanjut hingga masa pendudukan
Belanda. Sejak tahun1922 hingga periode pendudukan Jepang, ulat sutera B. Mori berkembang
baik dibeberapa daerah, terutama pada ketinggian 1000-5000 kaki dpl, misalnya
di Garut(Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), Curup (Bengkulu), dan Pematang
Siantar(Sumatera Utara).
Tags
Pertanian