Kemudian, fase kedua, yaitu antara tahun 1920-1940. Pada
kurun ini di Amerika dan Canada dibentuk forum studi bahasa asing, yang
kemudian menghasilkan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi (compromise
method) dan metode membaca. Ini merupakan perluasan dari teknik-teknik
pengajaran membaca yang sudah ada, dikaitkan dengan tujuan-tujuan pengajaran
bahasa yang lebih khusus.
Tuntutan situasi politik dan perang (awal perang dunia
II) menyebabkan orang berhasrat mencarijalan keluar dalam problem belajar bahasa
asing. Pada saat itu, tuntutan yang mendesak adalah menemukan metode belajar
bahasa asing yang paling efisien dan cepat, yang dapat dipakai sebagai jalan
pintas dalam berkomunikasi antara pihak-pihak yang bertikai untuk kepentingan
perang. Situasi ini menjadiawal fase ketiga dalam pengajaran bahasa.
Ada tiga periodisasi pada kurun ini, yaitu:
- Periode 1940-1950; lahirnya metode eisien dan praktis dari dunia ketentaraan
- Periode 1950-1960; munculnya metode audiolingual di amerika dan audiovisual di Inggris dan Prancis.
- Periode 1060-1970; periode keraguan dan kaji ulang terhadap hakikat belajar bahasa. (Nurhadi,1990)
Kemudian periode keempat (1970-1980). Periode ini
dipandang sebagai periode titik balik dan merupakan periode yang paling
inovatif dalam studi pemerolehan bahasa kedua. Konsep dan hakikat belajar
bahasa mulai dirumuskan kembali, kemudian diarahkan pada pengembangan sebuah
model metode pengajaran bahasa yang efektif dan efisien, yang dilandasi oleh
teori yang kokoh.